Travelog

Seminggu di Kota Kembang

Liburan semester kali ini, saya memilih berkunjung ke kota yang dijuluki sebagai Kota Kembang, Bandung. Oleh karena Bandung adalah salah satu destinasi yang ramai dikunjungi wisatawan, saya harus memesan tiket kereta api lebih awal, seminggu sebelum keberangkatan, agar tidak kehabisan.

Saya berangkat dari Jogja hari Rabu sore pukul 14.10 WIB dari Stasiun Lempuyangan. Perjalanan yang cukup jauh membuat saya merasa cukup lelah. Namun saya sangat menikmatinya. Kereta Pasundan tiba di Stasiun Kiaracondong Bandung sekitar pukul 23.25 WIB. Saudara saya, Selvi, yang sedang kuliah di salah satu kampus di Bandung, sudah setengah jam menunggu saya di stasiun. Setelah kami bertemu, Selvi pun memesan taksi online dan kami berangkat menuju ke kosnya yang berada di daerah Buah Batu.

Setiba di kos, Selvi membuatkan teh hangat untuk saya dan kami pun bercerita singkat tentang perjalanan saya dari Jogja. Cukup hangat dan seru cerita malam itu. Namun, ketika waktu sudah menujukan pukul 01.00 WIB, kami pun segera beristirahat.

Keesokan siang, hari pertama liburan, saya dan Selvi mengunjungi keluarga yang tinggal di Sumedang dengan menggunakan angkutan DAMRI. Cukup dengan membayar ongkos Rp10.000, kami pun tiba di Sumedang. Kami menginap di rumah tante dan om selama tiga hari. Tak banyak yang kami lakukan selama di sana. Setiap sore hari kami berkeliling di seputar kompleks perumahan dan ke warung sayur membeli bahan makanan untuk dimasak. Di hari ketiga, kami pun kembali ke Kota Bandung.

Setibanya di Bandung, sore di hari keempat liburan, saya mampir ke alun-alun kota dan menelusuri Jalan Asia-Afrika. Bersama Selvi, saya naik angkutan umum yang ongkosnya Rp4.000.

Berfoto di Jalan Asia Afrika Bandung/Fransiska Maria Tukan

Sesampai di sana, alun-alun sudah begitu ramai dipadati pengunjung, mulai dari anak kecil, remaja, sampai orang tua. Tidak mengherankan sebab saat itu memang akhir pekan. Anak-anak berlarian sambil bermain bola dengan teman-temannya, orangtua begitu asyik bercerita sambil mengamati putra-putrinya yang bermain.

Setelah mengabadikan beberapa momen di sana, saya pun melanjutkan perjalanan menelusuri Jalan Asia-Afrika. Jalan itu terlihat begitu indah dan megah sebab penuh bangunan-bangunan bersejarah. Tentu saja saya mengabadikan momen selama di sana, dalam bingkai-bingkai foto dan klip video pendek.

Saat hari sudah mulai gelap, kami pun kembali ke kos.

Mampir ke Ciwidey

Hari kelima liburan, saya mampir ke Kawah Putih. Karena jarak Kawah Putih dari Kota Bandung cukup jauh, kami memilih menggunakan motor agar lebih cepat. Selesai bersiap-siap, saya dan Selvi pergi ke rental motor Andis Rent yang harga sewanya cukup terjangkau untuk mahasiswa. Setelah membayar Rp70.000 untuk satu hari dan menjaminkan KTP dan kartu mahasiswa, kami pun berangkat menuju Kawah Putih.

Kawah Putih terletak di daerah Ciwidey. Jaraknya dari Kota Bandung lumayan jauh, kira-kira tiga jam perjalanan lebih. Kami berangkat pagi-pagi sekali demi menghindari kemacetan. Namun, namanya kota besar, kemacetan pasti selalu terjadi.

Usai melewati jalanan yang menanjak, kami tiba di kawasan Kawah Putih. Kami tidak langsung menuju ke lokasi Kawah Putih, sebab mesti menaruh kendaraan terlebih dahulu di pos yang sudah disiapkan sebagai lahan parkir. Tiket masuk ke Kawah Putih Rp25.000, parkir kendaraan roda dua Rp5.000, dan tiket ontang-anting sebesar Rp10.000. Jadi, total harga tiket masuk satu orang adalah Rp40.000.

Kami lalu diarahkan untuk menaiki ontang-anting, kendaraan yang mengantarkan para pengunjung wisata dari lokasi parkir menuju ke puncak kawah. Pemandangan selama perjalanan ke sana begitu menghibur mata. Sangat hijau dan begitu banyak pohon besar. Sejuk dan nyaman ketika berada di sana.

Kawah Putih Ciwidey/Fransiska Maria Tukan

Dari puncak, kami pun turun dari ontang-anting dan berjalan menuju kawah. Karena kawahnya mengeluarkan belerang, kami tak lupa menggunakan masker agar lebih aman. Hampir satu jam kami berfoto-foto dan menikmati keindahan Kawah Putih. Cuaca hari itu cukup cerah namun sedikit berkabut. Namun itu bukan alasan untuk tidak berlama-lama di sana. Merasa cukup, kami pun kembali ke parkiran naik ontang-anting.

Dari wisata kawah putih, kami melanjutkan perjalanan ke Kebun Teh Ciwidey. Lokasinya hanya terpaut sekitar 15 menit perjalanan dari Kawah Putih. Untuk memasuki areal perkebunan teh, kami tidak perlu membayar parkir atau tiket—gratis. Hamparan tanaman teh yang tertata rapi dan hijau begitu menakjubkan. Karena itu adalah pengalaman pertama saya mengunjungi perkebunan teh tersebut, kamu bisa membayangkan betapa bahagianya saya saat itu.

Ketika hari sudah semakin sore, kami kembali ke Kota Bandung. Setiba di kos sekitar pukul 18.00 WIB, kami mandi dan menyiapkan makan malam. Selesai makan, saya mengajak Selvi mengelilingi kota Bandung di malam hari. Kota Bandung di malam hari sangat indah. Cukup ramai kendaraan yang lalu-lalang. Hampir sejam lebih berkeliling, akhirnya kami pun kembali ke kos dan beristirahat. Kami tidak sempat berfoto karena baterai ponsel sudah tidak kuat untuk membuka kamera.

Berfoto di tengah kebun teh/Fransiska Maria Tukan

Seharian di Dusun Bambu Lembang

Di hari keenam liburan, kami pergi ke Dusun Bambu Lembang. Dengan motor yang disewa di tempat yang sama, kami menempuh perjalanan sekitar dua jam ke Lembang. Karena masih pagi, jalan raya tidak begitu padat.

Sesampai di Dusun Bambu Lembang, setelah membayar tiket parkir kendaraan Rp10.000 dan tiket masuk Rp30.000, kami menelusuri Dusun Bambu. Tempatnya sangat luas dan hijau. Berjenis-jenis pohon bambu tumbuh di sana, juga aneka bunga. (Ada juga restoran, wahana permainan anak, dan ATM.) Yang membuat saya sangat senang selama berada di sana adalah kesempatan untuk menikmati aneka kesenian dan kerajinan bambu.

Juga, ada banyak lokasi berfoto yang bagus di Dusun Bambu Lembang. Rasa-rasanya, waktu seharian takkan cukup untuk menjelajahi semua tempat instagenik di sana. Makanya berat rasanya untuk meninggalkan Dusun Bambu. Tapi, karena hari sudah semakin sore, kami harus kembali ke Kota Bandung.

Di hari berikutnya, saya dan saudara saya hanya mengunjungi beberapa tempat dalam Kota Bandung, seperti Balai Kota Bandung, mal, dan tempat-tempat nongkrong lainnya.

Akhirnya liburan pun usai. Seminggu di Kota Bandung rasanya begitu singkat. Maunya, sih, masih ingin berlama-lama di Kota Kembang. Namun, sebagai seorang mahasiswa, saya mesti kembali ke kampus.

Sabtu sore, saya berangkat naik Kahuripan untuk kembali ke Jogja. Selvi mengantar saya sampai depan pintu masuk Stasiun Kiara Condong dan saya berjalan ke selasar. Ketika petugas stasiun mengumumkan bahwa Kahuripan sudah menunggu, saya bersama para penumpang lain masuk peron dan memasuki gerbong. Beberapa menit kemudian, kereta api perlahan-lahan meninggalkan Stasiun Kiaracondong.

Semoga waktu mengizinkan saya untuk kembali menyapa Kota Kembang.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Biasa disapa Ika. Tinggal di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, salah satu kota terkecil di Indonesia. Selain kesibukan bekerja, juga senang menulis dan traveling ke tempat-tempat wisata.

Biasa disapa Ika. Tinggal di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, salah satu kota terkecil di Indonesia. Selain kesibukan bekerja, juga senang menulis dan traveling ke tempat-tempat wisata.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *