Hari Minggu kemarin saya mampir ke Puncak Sosok, salah satu destinasi wisata yang sedang terkenal di Jogja. Puncak Sosok berada di Desa Bawuran, Bantul, Yogyakarta. Lokasinya yang berada di atas bukit membuat jalan menuju ke sana menanjak dan berkelok-kelok. Itulah sebabnya tempat ini jadi salah satu destinasi favorit para goweser (pesepeda).
Berangkat pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit saya sudah tiba di sana. Untuk ke sana, saya mesti melewati jalan sempit yang akan lebih mudah dilewati dengan sepeda motor. Karena tempatnya agak tersembunyi, mungkin kamu bisa memanfaatkan aplikasi peta di ponsel.
Setiba di sana, belum banyak pengunjung yang datang. Udara pagi yang segar membuat saya merasa segar juga. Lelah akibat perjalanan seketika hilang. Lalu, matahari perlahan-lahan muncul di ufuk timur. Warna kuning keemasan yang memancar dari sang surya membuat saya makin bersemangat.
Saya menjelajahi setiap sudut Puncak Sosok. Meskipun hampir setiap sudutnya menarik, saya menemukan beberapa spot foto yang istimewa.
Rasa lapar muncul saat saya sedang mengelilingi Puncak Sosok. Untungnya, salah satu dari enam warung yang ada di sana sudah buka. (Sebagian warung buka sore hari untuk melayani pengunjung yang datang menjelang petang.) Karena pengunjung belum terlalu ramai, saya tidak perlu berebutan memesan makanan.
Di warung itu, saya mengambil sendiri makanan yang saya inginkan. Saya memilih dua bungkus sego wiwit yang sudah dikemas kecil-kecil seperti nasi angkringan. Sebagai pelengkap, saya mengambil empat tempe mendoan dan dua tahu goreng. Harga makanan di sana ternyata sangat murah. Sebungkus sego wiwit hanya Rp2.500 dan sebuah gorengan cuma Rp1.000. Terjangkau sekali buat kantong bocah seperti saya.
Meskipun sego wiwit di Puncak Sosok disajikan dalam porsi yang kecil, rasanya tidak kalah dibandingkan sego wiwit di tempat lain. Lauk-pauknya sama—sayuran yang direbus sampai empuk; gereh atau ikan asin yang digoreng garing; sambal gepeng gurih-pedas yang terbuat dari campuran kedelai, kacang, dan cabe kering; juga telur dadar yang gurih.
Tempe mendoannya juga empuk dan enak. Campuran adonan yang pas dan durasi menggoreng yang tepat membuat mendoan itu tidak terlalu lembek dan tidak terlalu kering. Menurut saya, rasa mendoan di Puncak Sosok tak kalah juara dari camilan-camilan kekinian.
Setelah menyantap sego wiwit dan tempe mendoan yang mantap jiwa, saya menutup sarapan dengan menyeruput wedang jeruk yang hangatnya pas untuk tempat berhawa sejuk seperti ini.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.