Selama periode Mei—Juli lalu, saya dan seorang teman seperjalanan, Marselina Jami—biasa saya panggil Kasel—memiliki sejumlah agenda pelesir untuk menikmati akhir pekan. Kami mengunjungi sejumlah destinasi wisata alam yang ada di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. 

Destinasi-destinasi tersebut kiranya bisa juga menjadi opsi teman-teman yang ingin berlibur ke Pulau Sumba, khususnya Sumba Timur. Terutama buat kalian yang gemar bertualang ke pantai maupun air terjun.

Berikut rekomendasi destinasi wisata alam pilihan kami, beserta informasi umum seputar kondisi akses dan transportasi menuju lokasi.

1. Pantai Watu Parunu dan Pantai Puttu Kapu

Batu berlubang di Pantai Watu Parunu (kiri) dan tebing karang di Pantai Puttu Kapu (kanan)/Yeni Marlina Mangngi

Pantai Watu Parunu terletak di Desa Lainjanji, Kecamatan Wulla Waijelu. Dari pusat kota Waingapu, ibu kota Kabupaten Sumba Timur, perjalanan ke Pantai Watu Parunu memerlukan waktu tempuh 3,5 jam dengan kendaraan roda dua. Akses ke Wulla Waijelu sudah sangat baik, tetapi jalur setelahnya menuju pantai masih belum terlalu bagus. 

Watu Parunu memiliki hamparan garis pantai yang sangat panjang dan berpasir putih, dengan tebing batu putih yang tinggi di ujung timur pantai. Debur ombaknya lumayan besar, karena berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Meskipun begitu, kontur pantai relatif landai. Jika ingin berenang, pastikan kondisi ombak aman.

Nama Watu Parunu berkaitan dengan fenomena alam batu berlubang yang menjadi ciri khas atau keunikan dari pantai ini. Dalam bahasa setempat, Watu berarti batu dan Parunu berarti merunduk. Kebetulan saat kami ke sini air laut sedang surut, sehingga kami dapat melihat jelas bentuk batu yang berlubang. Sedikitnya ada lima lubang, dua di antaranya berukuran cukup besar.

Selain Watu Parunu, kami mampir juga ke Pantai Puttu Kapu. Lokasinya berada di barat daya dari Watu Parunu. Meskipun masih satu garis pantai, tetapi akses menuju Puttu Kapu harus sedikit memutar lewat jalan kampung kembali. Jaraknya sekitar 1-1,5 kilometer. Daya tarik Puttu Kapu adalah batu karang unik berwarna kecokelatan yang mengelilingi pantai dan juga berpasir putih.

2. Air Terjun Wai Marang

Rekomendasi Wisata Pantai dan Air Terjun di Sumba Timur
Kolam alami di air terjun Wai Marang/Yeni Marlina Mangngi

Air terjun Wai Marang berada di Ngaru Kanoru, Kecamatan Umalulu. Perjalanannya sekitar dua jam dari Waingapu dengan sepeda motor. Akses jalan menuju lokasi lumayan bagus dan bisa dijangkau baik menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Lokasi air terjunnya berada di tengah hutan. Untuk sampai ke air terjun harus melewati 165 anak tangga dan beberapa jalur landai. Air terjun ini terdiri dari dua tingkat, salah satunya mengalir ke area tempat berenang berbentuk kolam alami dengan kedalaman sekitar delapan meter. Bagi pengunjung yang tidak bisa berenang, terdapat kolam kecil yang kedalamannya 1,5—2 meter. Kesegaran air yang jernih, tebing batu kapur di sekeliling, dan nuansa sejuk bisa membuat siapa pun—termasuk kami—betah berlama-lama untuk berenang atau sekadar bermain air sambil duduk di tepian.

3. Air Terjun Laiwi

Air terjun Laiwi terletak di Desa Matawai Amahu, Kecamatan Katala Hamu Lingu. Perjalanannya memakan waktu sekitar 2,5 jam dari Waingapu dengan kendaraan roda dua. Jalan menuju air terjun masih rusak dan belum terlalu bagus.

Air terjun ini memiliki empat tingkat. Tingkat pertamanya agak jauh dari tingkat kedua, ketiga, dan keempat. Air terjun tingkat pertama berada di tengah kebun atau sawah warga. Tingkat kedua berada di samping lokasi parkiran dengan ketinggian setidaknya satu meter,  lalu yang ketiga agak lebih tinggi sekitar empat meter. Air terjun tingkat keempat adalah yang paling tinggi. Informasi yang saya dapat sekitar 60 meter, dengan medan jalur yang lumayan bikin kaki gemetaran karena terdapat anak tangga yang cukup banyak untuk turun. Air terjun Laiwi dikelilingi tebing batu vertikal dan hutan dengan pepohonan yang tumbuh menjulang.

4. Pantai Tarimbang

Rekomendasi Wisata Pantai dan Air Terjun di Sumba Timur
Pantai Tarimbang saat senja/Yeni Marlina Mangngi

Ini adalah salah satu pantai yang menjadi daftar keinginan saya sejak tahun 2019. Terletak di Desa Tarimbang, Kecamatan Tabundung, pantai ini bisa dijangkau sekitar 3—4 jam dari Waingapu. Secara keseluruhan akses jalan sudah cukup bagus, tetapi 500 meter memasuki kawasan pantai masih rusak.

Pantai ini memiliki daya tarik yang memikat pengunjung. Selain kontur yang cenderung landai, pasirnya putih dan bertekstur lembut. Terdapat tebing karang yang populer menjadi latar foto wisatawan, pun dengan gradasi warna air laut yang kontras saat hari terang. Ombak relatif tenang sehingga aman untuk berenang. 

Tak hanya untuk anak-anak muda. Pantai Tarimbang juga cocok jadi salah satu destinasi piknik keluarga, sembari menggelar tikar dan makan bersama.

5. Air Terjun Tanggedu dan Pantai Puru Kambera

Perjalanan menuju air terjun Tanggedu yang berada di Desa Tanggedu, Kecamatan Kanatang, memerlukan waktu berkendara setidaknya 2,5 jam dengan sepeda motor dari Waingapu. Akses menuju lokasi sudah lebih baik dari tiga tahun lalu ketika saya pertama kali ke sini. Durasi selama itu tidak membuat kami bosan dan lelah, karena pemandangan alam memanjakan mata.

Saat ini, air terjun yang terletak di tengah hutan dengan trek curam dan melewati beberapa anak tangga itu, telah mengalami perubahan lebih baik. Pengelola telah memberlakukan karcis masuk, membangun lopo untuk tempat istirahat, serta penambahan fasilitas kamar mandi maupun kamar ganti.

Air terjun Tanggedu merupakan salah satu air terjun yang dikenal orang agak berbau mistis, mengingat lokasinya berada di kawasan lembah-lembah yang jauh dari permukiman warga. Ada beberapa titik yang dilarang oleh pengelola untuk mandi maupun berfoto terlalu lama. Walaupun demikian, panorama alam yang tersaji memang memukau. Ciri khasnya adalah relief bebatuan yang unik. Terdapat goresan alam bekas aliran sungai hingga kolam alami untuk berenang.

Selepas berwisata dari air terjun Tanggedu, kami menyempatkan mampir ke Pantai Puru Kambera yang juga berpasir putih dan lembut. Letaknya berada di pesisir utara Kecamatan Kanatang. Tak jauh dari situ, kami juga singgah di padang rumput atau sabana Puru Kambera, yang terkenal menjadi tempat mengabadikan matahari terbenam.

6. Air Terjun Laputi

Destinasi terakhir kami dan paling jauh adalah air terjun Laputi, Praing Kareha, Kecamatan Tabundung. Kami harus menempuh perjalanan 3 jam 45 menit dengan motor dari Waingapu. Jalan menuju lokasi sudah lumayan bagus. Hanya saja kami pergi ketika cuaca sedang hujan. Sempat ingin putar balik, tetapi kami nekat menerobos hujan karena sudah tanggung di pertengahan jalan. Kami menginap terlebih dahulu di rumah Om Ndahangai yang dekat dengan lokasi air terjun sekaligus danau Laputi, baru keesokan paginya berkunjung ke sana.

Air terjun dan Danau Laputi berada di kawasan konservasi Taman Nasional Matalawa (Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti). Menurut cerita mama dari Om Ndahangai, Danau Laputi merupakan sumber mata air Kali Kambaniru dan warga setempat percaya tempat tersebut masih mistis. Terdapat sejumlah rambu tidak tertulis yang harus dihormati, di antaranya dilarang ribut atau bicara sembarangan ketika melihat sesuatu yang aneh di sekitar danau. Oleh karena itu bagi pengunjung yang ingin ke sini disarankan untuk didampingi warga lokal. 

Mata air di Danau Laputi juga terkenal memiliki khasiat kesehatan. Selain itu berlaku aturan khusus lainnya bagi seluruh pengunjung, yaitu tidak boleh menggunakan sabun saat mandi dan jika ingin cuci muka maka harus menyamping dari pusat mata air. Terlepas dari itu, air terjun dan danau ini memang membuat kami betah berlama-lama dan menikmati keindahan alam yang tersaji.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Tinggalkan Komentar