Itinerary

3 Cara Traveler “Jaman Old” Mengabadikan Kenangan Perjalanan

Berkat kecanggihan teknologi, traveler “jaman now” seperti kita nggak perlu pusing-pusing lagi mikirin cara buat menyimpan kenangan pas jalan-jalan. Kita bisa segera mengunggah foto ke akun media sosial, atau bikin album di laman jejaring sosial, atau nulis catatan perjalanan di blog pribadi.

Tapi, kamu pernah bertanya-tanya nggak gimana cara traveler “jaman old” menyimpan kenangan jalan-jalan mereka supaya nggak pupus ditelan waktu?

traveler jaman old
Tumpukan kartu pos via pexels.com/Ylanite Koppens

1. Mengirim kartu pos buat orang-orang tercinta

Kartu pos memang belum punah. Tapi sekarang aktivitas mengirim benda pos itu—setidaknya di Indonesia—sudah makin jarang dilakukan. Ketimbang mengirim kartu pos, orang-orang lebih suka ngepost foto lewat Instagram dan ngetag orang-orang yang pengen dicolek. Lebih praktis, cepat, dan pasti sampai.

Tapi, buat traveler jaman old, kartu pos adalah medium andalan buat berkirim kabar ke orang-orang tercinta (sekaligus buat “menitipkan” kenangan). Kartu pos-kartu pos yang dilengkapi dengan foto-foto apik itu bakal terus disimpan sama orang yang menerima dan sewaktu-waktu bisa dibolak-balik lagi buat nostalgia.

traveler jaman old
Album foto via pexels.com/Bilguun Bayarmagnai

2. Mencetak foto-foto perjalanan dan menyusunnya dalam album

Traveler jaman now mungkin punya banyak album foto, tapi dalam bentuk digital. Traveler jaman old beda, Sob. Karena di masa kejayaan mereka orang-orang masih pakai kamera analog, hasil jepretan mereka, sebelum bisa dilihat, mesti dicuci dan dicetak terlebih dahulu. Makanya sebingkai foto rasanya jadi berharga banget.

Foto-foto yang berharga ini tentu saja nggak bisa ditaruh sembarangan. Traveler zaman old biasanya bakal menyusunnya secara rapi di dalam album foto. Kalau orangnya niat banget, mereka juga bakal melengkapi foto-foto itu dengan caption singkat berisi lokasi, tanggal, dan nama orang-orang yang mejeng di sana, supaya nggak lupa.

traveler jaman old
Catatan harian via pexel.com/Pixabay

3. Menulis catatan perjalanan dalam buku harian

Sekarang, kita punya laptop yang bisa dibawa ke mana-mana. Traveler jaman old nggak seberuntung kita. Makanya, mereka bakal bawa pulpen dan buku catatan buat menuliskan segala cerita yang mereka dapat selama jalan-jalan.

Cerita-cerita traveler jaman old itu juga banyak yang cuma berakhir dalam buku harian, soalnya belum cukup banyak “saluran” buat membagikan tulisan-tulisan itu. Jangankan blog atau laman-laman khusus perjalanan, kata “internet” saja masih asing buat telinga mereka. Palingan, harapan mereka cuma koran atau majalah.

Jadi, enak jadi traveler jaman old apa jaman now nih menurut kamu?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *