#dirumahajaEvents

Ngobrol soal “Peduli Pekerja Pariwisata” bareng Jonathan Thamrin

Beberapa hari yang lalu, Ngobrol Bareng TelusuRI kedatangan Jonathan Thamrin, pendiri Travacello, sebuah perusahaan perjalanan (travel company) yang siap mengantar pelancong ke berbagai daerah di Indonesia. Perjalanan ke tempat-tempat seperti Raja Ampat, Ora, Morotai, Tangkahan, dan Sumba sempat ditawarkan oleh Travacello sebelum pandemi. 

Travacello menjadi menarik sebab yang mereka tawarkan pada pejalan bukan sekadar pengalaman berwisata, tapi juga kesempatan untuk berkontribusi positif pada masyarakat yang bermukim di daerah tujuan pelesiran. Mereka punya gerakan bernama Travacello Care yang berfokus pada bidang pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat di destinasi wisata seluruh Indonesia.

Salah satu program Travacello Care yang menarik adalah Shoes 4 Hope yang tujuannya menggalang dana untuk menyumbangkan sepatu kepada anak-anak di Sumba dan Labuan Bajo. “Awalnya waktu gue ke Sumba gue liat anak-anak kecil lari-lari nggak pake sepatu, saat itu gue mikir, padahal sepatu gue di rumah banyak, di situlah gue kepikiran buat adain Shoes 4 hope,” cerita sosok yang biasa dipanggil Jo itu. 

Selain Shoes 4 hope, Travacello juga sudah mengadakan beberapa kegiatan lain, di antaranya Sumba School Project dan Festival Jalin Mimpi.

Peduli Pekerja Pariwisata

Sebagai salah seorang aktor industri pariwisata, Jo tahu bahwa pandemi mempersulit hidup para pekerja wisata, apalagi pekerja lepas. Sebagai bentuk solidaritas kepada teman-temannya yang menyambung hidup lewat pariwisata, lewat Travacello Care, Jo pun menggagas Peduli Pekerja Pariwisata. Lewat program ini, ia mengajak publik luas untuk mendonasikan sebagian rezeki kepada para pekerja pariwisata yang terdampak, khususnya mereka yang membutuhkan bantuan dalam bentuk uang tunai atau sembako.

Donasi ini dikhususkan bagi para karyawan MICE, usaha tur dan perjalanan (tour & travel), rental kendaraan, karyawan penginapan/homestay, pengemudi bus dan kapal tur, pemandu wisata, dan pekerja dunia penyelaman yang mengalami PHK, penutupan usaha, dan cuti tak berbayar. Untuk menghindari penyalahgunaan donasi dan agar tepat sasaran, Travacello Care akan menolak calon penerima bantuan jika tidak memenuhi kriteria.

Dimulai sejak Maret, dampak dari gerakan ini sudah mulai terasa bagi mereka-mereka yang menerima manfaatnya. Sebagian kisah penerima diunggah di akun Instagram Travacello.

Karyawan hotel mensimulasikan penyemprotan koper tamu di Hotel Inaya Putri Bali, Nusa Dua, Bali, Jumat, 5 Juni 2020 via TEMPO/Johannes P. Christo

“Kami diwajibkan unpaid [leave] mulai Februari kemarin,” tutur seorang karyawan perusahaan tur dan perjalanan Indonesia lewat rekaman suara. “Di bulan Juni ini masih diberlakukan … [dan] dana ini akan saya gunakan untuk melunasi uang sekolah anak-anak saya yang sudah menunggak dua bulan, kemudian minggu depan ada jadwal pemeriksaan untuk ibu saya ke dokter, dan sisanya akan saya pakai untuk membayar kekurangan hutang saya. Untuk teman-teman para pekerja pariwisata lainnya: semangat dan tetap berpegang pada Tuhan. Saya percaya pasti akan ada jalan keluar bagi kita semua.”

Di pengujung sesi Ngobrol Bareng kemarin, Jo mengumumkan bahwa Peduli Pekerja Pariwisata akan membuka gelombang kedua pendaftaran relawan dan penerima donasi yang akan diinformasikan lebih lanjut lewat Instagram @travacello dan situs web Travacello Care. Jika kamu belum bisa berdonasi uang maupun sembako, Peduli Pekerja Pariwisata juga membuka kesempatan untuk berkontribusi dengan cara lain. Kalau kamu seorang desainer, misalnya, kamu bisa mendonasikan karya semisal kartu pos, masker, dan suvenir untuk dijual oleh Travacello Care. Profitnya akan didonasikan kepada para pekerja pariwisata terdampak corona.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *