Di “Ngobrol Bareng,” selain membahas soal aktivitas yang bisa kita lakukan selama #dirumahaja, TelusuRI juga ngobrolin soal dampak COVID-19 pada industri pariwisata. Sobat ngobrolnya tentu saja adalah mereka-mereka yang bergelut di industri.
Buat kamu yang ketinggalan “Ngobrol Bareng,” ini kita kasih rangkumannya buat kamu.
Bangun Hardono, Hello Karimun
Pariwisata menjadi satu sektor yang paling terasa dampaknya. Bangun, owner Hello Karimun, bilang bahwa saat ini ia nggak melayani tur wisata di Karimunjawa karena seluruh wisatawan menunda perjalanan mereka, bahkan beberapa ada yang membatalkan. Akibatnya, nggak sedikit pemandu wisata yang nggak bekerja untuk sementara waktu. Meski begitu, mereka masih bisa menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Hello Harimun punya kampanye seru: “Jangan batalkan liburanmu, ganti jadwal pemesanan, dukung pariwisata.” Bangun pun berharap wisatawan nggak membatalkan perjalanan mereka ke Karimunjawa, cukup menunda keberangkatan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi pasca-COVID-19.
Githa Anathasia, Arborek Dive Shop
Nggak jauh beda dari Karimunjawa, seluruh aktivitas wisata Arborek nyaris berhenti. Hanya ada beberapa kegiatan seperti menanam terumbu karang yang sudah rutin dilakukan Arborek Dive Shop. Beberapa wisatawan mancanegara yang masih bertahan melaporkan keberadaan mereka ke kedutaan; sebagian besar memilih pulang ke negara masing-masing.
Kata Kak Githa, “Saatnya bumi istirahat. Langit di sini kelihatan lebih biru, air laut terlihat lebih jernih, bahkan ikan-ikan yang beberapa waktu ini nggak pernah nampak di jetty, mereka mulai datang lagi.”
“Semoga wabah ini segera berakhir; teman-teman bisa traveling lagi. Tapi perlu diingat, ya, jangan traveling membabi buta. Jangan sampai bumi yang sedang istirahat ini rusak lagi karena ulah wisatawan yang nggak bertanggung jawab,” sambungnya.
Marischka Prudence, Travel Blogger
Pas kemarin “Ngobrol Bareng” sama Kak Prue kita ngebahas dikit-dikit soal industri pariwisata yang juga kena dampak dari wabah COVID-19. Ia bilang yang bisa dilakukan oleh industri pariwisata, ya, tiarap dulu, karena hal ini akan membantu menjaga kurva infeksi COVID-19 tetap landai dan supaya [jumlah] tenaga medis masih berada dalam kapasitas menangani pasien yang terinfeksi COVID-19.
Kak Prue pun memberikan semangat kepada teman-teman pelaku wisata supaya melakukan apa pun yang bisa dilakukan untuk bertahan, meskipun sangat berat.
“Yang bisa dilakukan, ya, tetep survive, misalnya jualan masker atau apa pun,” ujar Kak Prue.
Made Tiara Maharani, Indahnesia dan Bajo Rental
Seperti Karimunjawa dan Arborek, Labuan Bajo, salah satu destinasi super prioritas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, juga harus tutup untuk sementara waktu.
“Per tanggal 23 Maret kawasan Taman Nasional Komodo udah tutup. Semua tempat pariwisata di NTT tutup,” Rara bercerita.
Ketika keluar surat dari Taman Nasional Komodo (TNK) soal penutupan kawasan wisata, para pelancong udah mulai kembali ke tempat asal masing-masing.
Sekarang, Indahnesia dan Bajo Rental menutup operasional. Nggak ada pemasukan sama sekali sehingga setiap anggota tim untuk sementara waktu harus pulang ke kampung halaman masing-masing. Meski begitu, Rara bilang kalau saat ini mereka masih melayani tanya jawab dengan calon wisatawan yang berencana datang ke Labuan Bajo setelah wabah ini berakhir.
“Di musim yang kayak gini kita nggak bisa bergantung ke pariwisata, kita dituntut untuk bertahan dan mempersiapkan strategi setelah corona,” ujar Rara.
Menurut Rara, momen ini bisa jadi waktu yang pas untuk mengorek-orek skill yang belum terasah dengan baik. “Ketika corona selesai nanti kita udah jadi pribadi yang lebih berkembang. Ibaratnya motor yang diservis, giliran jalan, udah tinggal tancap gas aja,” tutupnya.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.