28 Oktober 2021 lalu, Badan Promosi Pariwisata Daerah Kabupaten Semarang menggelar pertunjukan seni Rawa Pening Performing Art 2021 di Objek Wisata Bukit Cinta. Pelaksanaan acara ini tidak lepas dari keberhasilan pemerintah kabupaten dalam menurunkan status PPKM menjadi level 2 dan program vaksinasi yang sudah mencapai 79%. Tujuan diselenggarakannya acara yakni untuk memperkenalkan kembali pariwisata daerah yang sempat terpuruk akibat pandemi. Meski beberapa tempat wisata sudah membuka diri untuk wisatawan, namun penerapan protokol kesehatan ketat tak luput dari perhatian.

Dipilihnya Objek Wisata Bukit Cinta sebagai tempat penyelenggaraan acara karena letaknya yang berada di tepi Danau Rawa Pening. Pun, tempat ini berdekatan dengan destinasi wisata lain, seperti river tubing dan kolam renang di Muncul, serta kawasan perbukitan Sepakung. Sehingga acara ini diharapkan bisa mengenalkan destinasi wisata tersebut kepada peserta yang mengikuti Rawa Pening Performing Art 2021.

Aku mendapatkan kesempatan untuk menonton langsung Rawa Pening Performing Art 2021 bersama beberapa rekan. Pagi itu cuaca di Objek Wisata Bukit Cinta terlihat cerah. Suasana cukup ramai dengan banyaknya pengunjung yang datang. Sebelum memasuki objek wisata, pengunjung diwajibkan untuk mencuci tangan dan mengukur suhu tubuh terlebih dahulu.

Sejak selesai direnovasi, Objek Wisata Bukit Cinta terlihat lebih rapi dan ramai dikunjungi oleh wisatawan baik yang berasal dari sekitar itu maupun dari luar kota. Objek Wisata Bukit Cinta kini memiliki panggung terbuka yang biasa digunakan sebagai tempat pertunjukkan pagelaran seni dan budaya.

Sebelum acara dimulai, aku menyempatkan diri untuk berkeliling. Area pejalan kaki yang sangat nyaman dengan pagar pembatas yang dipasang mengelilingi area. Terdapat beberapa bangku yang bisa digunakan untuk bersantai dan sebuah dermaga yang penuh dengan perahu kecil.

Perahu-perahu ini milik warga sekitar yang bekerja sama dengan pengelola objek wisata dan pengunjung bisa menyewanya untuk berkeliling Danau Rawa Pening, melihat lebih dekat pemandangan barisan pegunungan yang ada. Tengoklah ada Gunung Merbabu, dan Gunung Telomoyo. Di beberapa sudut, tampak tersedia tempat untuk para pengunjung yang tertarik swafoto.

Setelah berkeliling, aku duduk bersantai di bangku yang menghadap ke arah Danau Rawa Pening. Pagi itu, banyak orang memancing di area danau dengan menggunakan perahu. Perahu-perahu yang membawa para pengunjung Bukit Cinta juga terlihat hilir mudik.

Rawa Pening Performing Art 2021 merupakan acara tahunan yang rutin diselenggarakan di Bukit Cinta. Pada tahun 2021, acara ini dimeriahkan oleh tiga sanggar tari yang berasal dari Kabupaten Semarang, yaitu Sanggar Amung Manunggal Budoyo, Sanggar Selo Songo Gedong Songo, dan Sanggar Genta Timur Mahardika.

  • Rawa Pening Performing Art
  • Rawa Pening Performing Art
  • Rawa Pening Performing Art

Penampilan pertama dibawakan oleh Sanggar Amung Manunggal Budoyo yang mementaskan Tarian Babad Suroloyo. Tarian ini menceritakan tentang kisah Selokantoro yang diperintahkan untuk mencari tempat pembuatan Candi Gedong Songo, yang bernama Suroloyo. Pesan yang ingin disampaikan dalam tarian ini adalah sikap amanah dan selalu memegang teguh wasiat dari pemimpin.

Salah seorang penarinya yang bernama Restu berhasil membuat para penonton kagum. Restu yang masih duduk di bangku sekolah kelas 2 SD merupakan penari termuda. Bahkan Restu mendapat kesempatan untuk membawakan alat penabuh gong yang digunakan untuk acara pembukaan Rawa Pening Performing Art 2021 oleh Bupati Kabupaten Semarang.

Kemudian penampilan dari Sanggar Selo Songo Gedong Songo menyambut. Mereka membawakan Tarian Hasto Broto. Nama tarian ini terdiri dari dua kata, yaitu kata hasto yang berarti delapan, dan kata broto yang berarti perilaku atau perbuatan. Tarian Hasto Broto bercerita tentang delapan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu memberikan semangat kehidupan, bertindak penuh kasih sayang, bertanggung jawab, menanggapi keadaan negeri dan rakyatnya, murah hati, berani, tegas dan adil, menggunakan kekuasaan untuk melindungi rakyat dengan keamanan dan ketentraman, dan pemimpin harus mengendalikan dirinya.

Penampilan terakhir ditutup oleh Sanggar Genta Timur Mahardika yang membawakan Tari Baru Klinting Maneges. Tari ini bercerita tentang legenda terbentuknya Danau Rawa Pening. Tarian ini bercerita tentang seorang anak kecil yang bernama Baru Klinting. Anak tersebut dikucilkan oleh warga desa karena penampilannya yang buruk rupa dan menjijikan. Pada suatu ketika, Baru Klinting mencabut sebuah lidi yang ditancapkan ke tanah. Akibatnya sebuah mata air keluar dari dalam tanah dan akhirnya menenggelamkan desa beserta seluruh warganya. Akibat kejadian tersebut, terbentuklah sebuah danau yang sekarang dikenal dengan nama Danau Rawa Pening. 

Acara Rawa Pening Performing Art 2021 ini seperti mengobati rasa rinduku yang sudah lama tidak menyaksikan acara seni budaya secara langsung karena adanya pandemi. Seperti yang diharapkan banyak orang, aku berharap pandemi bisa segera berakhir agar sektor pariwisata dan kegiatan pariwisata bisa  kembali bangkit dan menggeliat.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu

Tinggalkan Komentar