Sudah hari Sabtu, tetapi masih saja saya terpaku sembari menghabiskan drama First Love. Serial yang terinspirasi dari lagu Hikaru Utada berjudul sama. Jiwa malas gerak (mager) saat akhir pekan ini begitu besar merasuk. Sampai akhirnya saya menemukan alasan bangkit dari rasa malas.
“Kuliner!” batin saya antusias.
Seketika jiwa malas memudar, tergantikan dengan semangat berburu bebek Madura. Saya membayangkan sepiring nasi bebek goreng, bumbu hitam yang lezat dengan rempah lengkap berpadu sambal mangga muda segar. Sungguh kombinasi yang susah untuk ditolak.
Berkat rekomendasi dari teman saya, Ido, tanpa ragu saya bersama keluarga bergegas menuju Bebek Soponyono, Sekarbungoh, Lebang, Bangkalan. Warga sekitar mengenalnya sebagai bebek pinggir laut.
Warung Bebek Soponyono sangat unik, karena berada di tepi jembatan Suramadu. Jika dari arah Surabaya, akan ada bendera merah putih yang berkibar di seberang jalan sebagai penanda tempatnya. Meski menuju tempat makan ini melintasi jalan setapak, tetap mudah menemukannya dengan bantuan petunjuk dari Google Maps.
Jangan lupa siapkan uang receh, karena ada banyak “Pak Ogah” di pinggir jalan. Mereka adalah orang-orang yang membantu kita menyeberang dan memberikan aba-aba di setiap tikungan. Saya sempat menghitungnya dari belokan pertama setelah jembatan hingga mendekati tempat makan. Sepertinya ada sekitar enam orang.
Makan Syahdu Sambil Memandang Suramadu
Sesampainya di warung Bebek Soponyono, angin segar menerpa walau sedikit menyengat menerpa. Gazebo di bawah pohon rindang nan teduh, bentang jembatan Suramadu yang menghubungkan Kota Surabaya dan Pulau Madura, dan perahu bersandar memberi kesan keindahan.
Sejauh mata memandang, jembatan Suramadu yang dibangun pada tahun 2003 tersebut tampak menawan dengan lalu-lalang kendaraan melintas di atasnya. Dengan panjang hampir 5,5 kilometer, Suramadu saat ini menjadi jembatan terpanjang di Indonesia.
Keberadaan Suramadu cukup mempersingkat waktu tempuh dari Surabaya menuju Madura dan sebaliknya. Dari hampir satu jam perjalanan kapal feri lewat laut, menjadi hanya 10 menit saja dengan kendaraan bermotor.
Selain itu dampak ekonomi-sosial masyarakat ikut meningkat. Tak terkecuali nasi bebek Madura sebagai kuliner lokal yang menjadi daya tarik untuk dicicipi.
Kami duduk di gazebo yang tepat menghadap laut dan Suramadu. Tempat ini cocok untuk disinggahi menjelang sore hari, sebab matahari tidak terlalu menyengat dan membuat berkeringat. Untuk menyiasati itu, saya memesan segelas es kelapa muda segar sembari menunggu makanan tiba.
Beruntung, antrean tidak terlalu panjang. Tak lama pramusaji datang membawa pesanan kami: tiga porsi nasi bebek bumbu hitam khas Madura dan seporsi ayam bakar. Ya, Bebek Soponyono tidak hanya menjual menu bebek saja. Ada juga rawon, soto, dan ayam.
Rahasia Kelezatan Bebek Soponyono
Di tempat ini, bebek dihidangkan bersama nasi putih pulen dan bumbu hitam yang cenderung basah seperti yang sering saya temui. Perpaduan bumbu hitamnya kaya rempah khas nusantara: jahe, lengkuas, dan kunyit. Cita rasa pedas, gurih, dan sedap menjadi satu perpaduan yang pas. Hal yang menarik adalah warna hitam ternyata bukan berasal dari kluwek—bahan baku yang biasa untuk rawon—melainkan dari proses memasak.
Bebek khas Madura ini dimasak menggunakan minyak sayur yang banyak. Bebek direndam dengan berbagai bumbu rempah lengkap dalam satu wajan. Proses ungkep bebek dalam minyak tersebut memakan waktu lama, sampai bumbu berubah warna menjadi hitam dan berminyak.
Biasanya, bebek yang digunakan memang tidak sembarangan. Hanya bebek jantan saja, karena kandungan lemaknya lebih sedikit. Kemudian sebelum proses ungkep dan bercampur bumbu lain, bebek terlebih dahulu dibakar untuk menghilangkan lemak dan membuat rasa amis hilang.
Rupanya seperti itulah rahasia bebek khas Madura. Sesuai namanya, “soponyono”, yang berarti “siapa sangka”.
Tekstur bebeknya pun empuk. Saya tidak perlu susah payah saat menyantap, sehingga membuat kepuasan semakin lengkap. Biasanya saya emosi sendiri ketika makan bebek yang dagingnya alot. Kenikmatan menjadi berkurang.
Menariknya lagi, pemilik warung memberikan bumbu hitam dengan porsi yang melimpah. Bahkan masih tersisa sampai suapan terakhir, karena saking banyaknya. Satu hal yang agak saya sayangkan adalah sambalnya tidak menggunakan mangga muda, tetapi sambal bawang biasa yang lumayan pedas dan gurih. Namun, bagi saya masih tetap lezat untuk disantap.
Terlebih seporsi nasi bebek yang hanya Rp20.000 membuat warung Soponyono makin ramai pengunjung, terutama saat akhir pekan. Selain rasanya mantap, harganya juga merakyat. Minuman es kelapa muda di sini juga murah, hanya lima ribu rupiah saja per gelas.
Madura tidak hanya terkenal dengan satenya yang melegenda. Masih ada bebek bumbu hitam, soto, rujak, dan rawon bening khas yang tak kalah lezatnya untuk dicoba saat berburu kuliner di pulau ini.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.