Itinerary

Mengenal Aksesoris Perempuan Lewolema dalam Balutan Pakaian Tradisional Lamaholot

Secara tradisional baju adat Nusa Tenggara Timur (NTT) dikelompokkan menjadi dua macam, yakni pakaian adat pria dan adat wanita. Pakaian adat NTT biasanya menggunakan kain tenun. Salah satu rumpun budaya atau kelompok etnik yang masih melestarikan tradisi baju adat tersebut adalah Lamaholot di Flores Timur.

Terdapat hal menarik untuk diceritakan terkait pakaian tradisional khas Lamaholot dan pernak-pernik yang melekat padanya. Khususnya yang kerap dipakai kelompok perempuan Lamaholot di Kecamatan Lewolema. Sebuah permukiman yang berada di sisi barat Larantuka, ibu kota Flores Timur dan terpisah oleh Gunung Ile Mandiri. 

Gelang tangan perempuan Lamaholot di Lewolema/Fransiska Maria Tukan
Para perempuan penerus generasi muda Lamaholot di Lewolema/Fransiska Maria Tukan

Ada begitu banyak aksesoris yang kian mempercantik perempuan Lamaholot dengan balutan pakaian daerahnya. Pakaian adat Lamaholot dan aksesoris pelengkap tersebut seperti menjadi ciri khas tersendiri. Aksesoris pada laki-laki agak sedikit berbeda dengan perempuan. Namun, keduanya sama-sama mengenakan sarung tenun dan baju senuji dengan warna dan motif yang relatif serupa.

Setiap aksesoris yang digunakan mempunyai makna dan tujuan tersendiri dalam kebudayaan Lewolema. Berikut sejumlah pakaian dan aksesoris yang biasa dikenakan oleh perempuan Lamaholot di Lewolema.

1) Baju tradisional

Baju atau busana tradisional untuk perempuan Lewolema disebut dengan labu senuji. Labu adalah bahasa Lamaholot yang berarti baju. Baju senuji identik berwarna hitam dengan bordiran huruf “S”. Hitam menjadi warna paten dan ciri khas untuk baju senuji perempuan Lewolema.

Mengenal Aksesoris Perempuan Lewolema dalam Balutan Pakaian Tradisional Lamaholot
Tampilan busana adat senuji perempuan Lewolema/Fransiska Maria Tukan

Merujuk Ruron (2020), terdapat dua versi yang berkaitan dengan motif atau simbol (kenire) yang umumnya berbentuk huruf “S” dan disulam pada baju adat senuji: Versi pertama adalah motif ular naga, yang merupakan simbol kekuatan. Apabila dirunut dengan kepercayaan adat setempat, terutama berkaitan dengan dewi padi (Nogo Gunu atau Ema Hingi), ular adalah pertanda hasil panen. Masyarakat adat percaya bahwa kehadiran ular di kebun memberi petunjuk akan hasil panen yang melimpah dari pemilik kebun, khususnya kebun adat suku atau kampung.

Adapun motif versi kedua adalah rasi bintang yang berbentuk pari atau layang-layang. Rasi bintang pari terdiri dari empat buah bintang utama dan satu bintang bantu. Sebelum mengenal kalender atau kompas, masyarakat Indonesia—khususnya Flores Timur—biasanya menggunakan rasi bintang sebagai penunjuk arah dalam suatu perjalanan. Rasi yang terdiri dari lima bintang tersebut kemudian berkembang dengan menghubungkannya dalam aktivitas menanam padi. Masyarakat adat setempat menyebutnya dengan nama Pari Lema Rere atau “lima pari terlihat”, yang artinya musim tanam sudah dimulai dan pertanda saatnya menanam padi, jagung, dan pangan pokok lainnya. Namun, sebelum menanam terlebih dahulu melakukan ritual adat di kebun tersebut.

Selain Pari Lema Rere, konon juga terdapat istilah Wuno Pito Gere (tujuh bintang). Ketika melihat Wuno Pito Gere, berarti masyarakat adat segera menyiapkan benih padi, jagung, dan tanaman lainnya untuk ditanam di kebun yang telah disiapkan.

2) Sarung atau rok

Sarung untuk perempuan Lamaholot dinamakan emu kwatek. Dalam bahasa Lamaholot, emu kwatek bermakna sarung atau rok. Emu kwatek adalah sarung tradisional yang biasanya digunakan perempuan Lamaholot di Lewolema dalam setiap acara adat yang berlangsung di daerahnya.

3) Kain putih 

Dalam bahasa setempat, kain putih yang diikat di pinggang bersamaan dengan kewatek dinamakan sabok. Sabok merupakan sejenis kain putih yang dimaknai sebagai kebersihan hati seorang perempuan maupun laki-laki.

Mengenal Aksesoris Perempuan Lewolema dalam Balutan Pakaian Tradisional Lamaholot
Ikat pinggang motif khas Lewolema/Fransiska Maria Tukan

4) Ikat pinggang

Saat menggunakan kwatek atau sarung, biasanya perempuan Lewolema juga memakai ikat pinggang untuk mengikat sarung yang dikenakan. Ikat pinggang tersebut juga merupakan hasil tenun sedemikian rupa sesuai dengan motif khas Lewolema. 

5) Sisir 

Sisir atau dalam bahasa Lamaholot kiri, menjadi aksesoris kepala dengan hiasan bulu ayam. Sisir memiliki makna kemulian bagi seorang perempuan. Sisir yang digunakan umumnya berwarna merah, yang filosofinya mencerminkan keberanian. Adapun bulu ayam putih yang melekat pada kiri melambangkan kesegaran dan kebersihan.

Mengenal Aksesoris Perempuan Lewolema dalam Balutan Pakaian Tradisional Lamaholot
Sisir sebagai aksesoris kepala yang dipakai perempuan Lewolema/Fransiska Maria Tukan

6) Kalung 

Kalung atau nile merupakan hiasan leher yang menjadi aksesoris pendukung dalam pakaian tradisional Lamaholot. Nile terbuat dari manik dan benang. Penggunaan aksesoris nile melambangkan sifat welas asih atau kasih sayang seorang perempuan. 

Mengenal Aksesoris Perempuan Lewolema dalam Balutan Pakaian Tradisional Lamaholot
Aksesoris kalung perempuan Lamaholot di Lewolema/Fransiska Maria Tukan

7) Anting 

Dalam bahasa lokal, anting dinamakan belao. Belao menjadi aksesoris pendukung yang dikenakan pada sepasang telinga. Belao terbuat dari logam atau besi dan benang berwarna merah. Anting atau belao pada pakaian tradisional Lamaholot melambangkan harkat dan martabat manusia, khususnya perempuan.

Mengenal Aksesoris Perempuan Lewolema dalam Balutan Pakaian Tradisional Lamaholot
Anting perempuan Lewolema/Fransiska Maria Tukan

8) Gelang 

Gelang adalah aksesoris pelengkap terakhir yang biasa dipakai oleh perempuan Lamaholot di Lewolema. Di sebagian kalangan masyarakat terdapat pendapat umum, yaitu penggunaan gelang pada tangan perempuan Lewolema sekaligus menunjukan identitas diri mereka sudah menikah (berkeluarga) atau belum. Selain itu gelang juga melambangkan perempuan sebagai pemilik hidup dan kekayaaan.

Mengenal Aksesoris Perempuan Lewolema dalam Balutan Pakaian Tradisional Lamaholot
Gelang tangan perempuan Lamaholot di Lewolema/Fransiska Maria Tukan

Referensi
Ruron, Thobias. (2020). Mengenal Simbol pada Baju Adat Senuji. Diakses dari Suluh Nusa, https://suluhnusa.com/seni-budaya/20200203/mengenal-simbol-pada-baju-adat-senuji, 3 Februari 2020.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Biasa disapa Ika. Tinggal di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, salah satu kota terkecil di Indonesia. Selain kesibukan bekerja, juga senang menulis dan traveling ke tempat-tempat wisata.

Biasa disapa Ika. Tinggal di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, salah satu kota terkecil di Indonesia. Selain kesibukan bekerja, juga senang menulis dan traveling ke tempat-tempat wisata.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Takdir Dayak Lebo di Persimpangan Jalan