Menyebut kue lumpur, yang terbayang adalah kudapan bercita rasa legit khas Betawi. Sylviana Murni dalam buku Kuliner Khas Betawi (2012) menyebut kue ini dengan nama kue kelen.
Menurut Sylviana, kue ini memang mempunyai penamaan yang berbeda-beda di tiap daerah di tanah air. Salah satunya ada yang menyebut dengan kue lumpur. Di wilayah kebudayaan Betawi sendiri, kue ini tersebar merata sehingga relatif mudah untuk mendapatkannya.
Dari sisi historis, sejumlah sumber mengungkapkan kue lumpur diintroduksi oleh orang-orang Portugis saat menjajah Indonesia. Kue lumpur merupakan adaptasi dari kue khas Portugis “pasteis de nata” yang terbuat dari custard—adonan dari campuran susu atau krim dan kuning telur. Saat berada di Indonesia, orang-orang Portugis menyesuaikan pembuatan adonan dengan bahan lokal yang ada di Indonesia.
Penamaan kue lumpur karena teksturnya yang licin dan lembut layaknya lumpur. Bahan-bahan untuk membuat kue lumpur umumnya meliputi tepung terigu, kentang, santan, telur ayam, gula pasir, dan vanili. Ada juga yang mengganti santan dengan susu cair.
Kue Lumpur Bakar, Berawal dari Sidoarjo
Kue lumpur yang populer sebagai kudapan khas Betawi sebenarnya juga banyak kita temui di daerah lain. Di Semarang, misalnya, ada kue lumpur legendaris yang populer dengan sebutan kue lumpur Jagalan yang awalnya dijual di Jalan Jagalan, Semarang. Kue lumpur Jagalan tersebut pernah eksis di tahun 1965. Lalu vakum lama, hingga booming lagi tahun 2014 oleh generasi ketiga pewaris resep.
Selain Semarang, kue lumpur juga populer di kota-kota besar lainnya seperti Yogyakarta, Surabaya, dan Bandung. Bahkan juga terkenal di kota-kota besar lainnya di luar Jawa.
Dalam perkembangannya, muncul kreasi baru bernama kue lumpur bakar. Beberapa sumber menganggap Bu Lilik adalah sosok yang mengenalkan kue lumpur bakar pertama kali. Ia adalah seorang pengusaha kue lumpur legendaris dari Sidoarjo, Jawa Timur.
Momentum Bu Lilik mulai menekuni bisnis kue lumpur hampir bersamaan dengan terjadinya tragedi lumpur Lapindo. Hanya selisih sekitar tiga bulan sebelum semburan lumpur menenggelamkan 16 desa di tiga kecamatan: Porong, Jabon, dan Tanggulangin.
Tragedi itu rupanya “membawa berkah” bagi Bu Lilik, karena menjadikan kue lumpur buatannya terkenal. Apalagi cara membuat kue lumpurnya juga unik.
Adonan kue lumpur (tanpa kentang) dimasukkan ke dalam cetakan di atas kompor yang menyala, kemudian menindih bagian penutup cetakan dengan arang. Oleh karena itu, cita rasa kue lumpurnya berbeda dan lebih enak. Tekstur kue lumpurnya juga lebih keset, tetapi lembut dan lumer di mulut.
Dalam perkembangannya, banyak para pebisnis kuliner dari luar daerah sampai lintas kota dan lintas provinsi mengadaptasi kue lumpur bakar tersebut. Tak heran kini mudah menjumpai kue lumpur bakar di luar Sidoarjo.
Dapoer Eni, Pelopor Kue Lumpur Bakar Purwodadi
Di kota Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah, Erni Eswati (47) adalah sosok yang mengawali eksistensi kue lumpur bakar. Bermula dari keinginan pemilik Dapoer Erni itu untuk menyuguhkan kudapan yang berbeda dan belum ada di Purwodadi.
Jauh sebelum menekuni bisnis, ia adalah seorang pekerja kantoran sebagai manajer sebuah koperasi di Purwodadi. Tahun 2011, ia memutuskan resign dari pekerjaan yang telah dilakukannya selama 10 tahun itu, karena mengikuti suaminya yang bekerja di ibu kota..
Meskipun hanya di rumah, Erni—sapaan akrabnya—tidak mau menganggur alias ingin tetap produktif. Erni kemudian mengikuti kursus pembuatan kue yang sebenarnya sudah menjadi hobinya. Tujuannya agar lebih mematangkan kemampuan membuat kue. Tahun 2014, ia memutuskan memulai bisnis kuliner dengan mendirikan Dapoer Erni.
Empat tahun kemudian, karena sesuatu hal, ia dan suaminya memutuskan pulang ke Desa Depok, Toroh, Grobogan. Di kampung, Erni meneruskan usaha kulinernya dengan menerima pesanan kue, jajan pasar, tumpeng, dan lain sebagainya.
Selain mengelola Dapoer Erni, Erni juga aktif di berbagai kegiatan, di antaranya menjadi mentor pembuatan kue di Rumah Kreatif Grobogan (RKG) sejak tahun 2019 sampai sekarang. Lalu menjadi pengurus Komite Ekonomi Kreatif (KEK) Kabupaten Grobogan, sebagai anggota bidang akses permodalan dan pemasaran pada tahun 2022 dan masih aktif hingga saat ini..
Awal tahun 2023, Erni menggagas produksi kue lumpur bakar. Erni memiliki harapan kue lumpur bakar bisa menjadi salah satu oleh-oleh alternatif dari Purwodadi.
Kue Lumpur Bakar Bercita Rasa Lokal
Sejak awal Erni menyadari bahwa dirinya bukanlah kreator pertama kue lumpur bakar. Ia hanya mengadaptasi kue lumpur bakar yang sudah ada. Bahan dan teknik pembuatannya boleh saya bilang sama dengan kue lumpur bakar yang populer di Sidoarjo. Hanya saja, dari sisi komposisi dan takaran, Erni berkreasi sendiri menyesuaikan taste kue lumpur bakar yang ia inginkan.
Termasuk dalam hal topping. Erni melakukan diversifikasi bahan tambahan kue lumpur bakarnya dengan beragam pilihan: keju, nangka, coklat, kelapa muda, dan jagung manis. Ia menyediakan pilihan jagung manis, karena Grobogan terkenal sebagai salah satu lumbung jagung nasional. Status itu membuat Erni ingin menghadirkan kudapan bercita rasa lokal dengan label “Kue Lumpur Bakar Purwodadi”.
Meskipun termasuk produk pendatang baru di Dapoer Erni, pesanan kue lumpur bakar berdatangan hampir setiap hari. Bahkan tak sedikit yang repeat order, menandakan banyak pelanggan menyukai kue lumpur bakar buatan Erni. Ia mengemasnya dalam sebuah kotak berisi 10 buah kue lumpur bakar seharga Rp 25.000/kotak.
Saya bersama beberapa jurnalis lokal Grobogan, antara lain dari INews, Muria News, dan Suara Merdeka, sempat berkunjung ke Dapoer Erni yang terletak di di Jalan Pemuda (sebelah SMP Negeri 1 Purwodadi). Selain melihat proses pembuatan kue lumpur bakar Purwodadi, kami juga mencicipnya.
Cita rasanya legit dan manis, dengan tekstur lembut dan lumer di mulut. Kue lumpur bakar produksi Dapoer Erni akhirnya memang benar-benar menambah daftar oleh-oleh kuliner di Purwodadi. Semoga menjadi pemantik para pengusaha boga lainnya untuk terus berinovasi mempersembahkan kreasi terbaik.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.