Pelestarian hutan Indonesia perlu terus digalakan dalam berbagai kesempatan, termasuk di masa pandemi ini. Sebagai pemilik hutan hujan tropis terluas ketiga di dunia, peringatan Hari Hutan Indonesia menjadi tonggak kesadaran bahwa harga hutan di Indonesia tidak bisa dibeli berapapun.
Hari Hutan Indonesia diadakan dan diperingati untuk mengingatkan kita pada keindahan, kekayaan, dan kemegahan hutan Indonesia. Manfaat hutan terus kita rasakan secara langsung semisal air dan udara bersih, kebutuhan sangan, pangan, dan papan, obat-obatan, corak budaya dari berbagai suku bangsa, dan menyerap karbon yang dihasilkan oleh manusia.
Sejak setahun lalu, peringatan Hari Hutan Indonesia (HHI) yang dirayakan setiap tanggal 7 Agustus. Tanggal ini dipilih sebagai momen refleksi disahkannya Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2019 mengenai Penghentian Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Primer dan Lahan Gambut. Tahun lalu rangkaian acara bertemakan “Hutan Kita Juara”, tahun ini mengambil tema “Kita Jaga Hutan, Hutan Jaga Kita”.
Menariknya, tahun ini ada 26 organisasi yang bergabung menjadi koalisi perwakilan publik inisiator peringatan HHI, atau yang Konsorsium HHI. Adalah Ayo Ke Taman, Bogor Ngariung, Change.org Indonesia, Coaction Indonesia, Earth Hour Indonesia, Forum Konservasi Leuser, Hutan Itu Indonesia, Indorelawan, Kemitraan, KKI Warsi, Lindungi Hutan, Pantau Gambut, Perkumpulan Bentara Papua, Perkumpulan Kaoem Telapak, Rimba Makmur Utama, Terasmitra, Thirst Project Indonesia/ Watery Nation, WeCare.id, World Cleanup Day Indonesia, World Resources Institute (WRI) Indonesia, Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI), Yayasan HAkA, Yayasan KEHATI, Yayasan Madani Berkelanjutan, Yayasan Rekam Jejak Alam Nusantara, dan Zona Bening.
“Pada dasarnya Hari Hutan Indonesia adalah wadah dan gerakan publik, hari untuk semua orang Indonesia. Siapapun dapat bergabung dan bergerak dalam HHI, termasuk kami ber-26 organisasi yang sepakat untuk berkolaborasi dan bergotong royong membuat kampanye yang lebih besar lagi selain kerja masing-masing di organisasi kami.”
“Harapan besarnya memang semakin banyak masyarakat dan organisasi lainnya dapat berpartisipasi dalam merayakan dengan caranya masing-masing untuk memastikan hutan Indonesia tetap lestari,” tegas Christian Natalie selaku salah satu Steering Committee Konsorsium HHI, perwakilan dari Hutan Itu Indonesia.
“Sejak hari pertama, isu lingkungan hidup selalu menjadi isu yang ramai di Change.org. Dan hutan selalu menjadi kekhawatiran nomor satu dalam isu tersebut dengan jutaan tanda-tangan. Dua dari tiga petisi terbesar lingkungan, terkait hutan Indonesia. Cukup jelas bahwa masyarakat peduli terhadap hutan Indonesia, dan ingin melihatnya terlindungi. Konteks yang memayungi kekhawatiran ini adalah Krisis Iklim.”
“Dalam sebuah survei yang kami lakukan di 2020, 97% warga muda aktif percaya bahwa dampak krisis iklim bisa sama atau lebih dari dampak pandemi. Hal ini tidak mengejutkan karena anak mudalah yang akan mewarisi masalah-masalah ini di masa depan”, ucap Arief Aziz selaku Country Director Change.org Indonesia.
Ada lebih dari 60 kolaborator dari berbagai organisasi yang tercatat pada situs harihutan.id. serta lebih dari 660 sukarelawan yang bergabung melalui situs indorelawan.org.
Kemeriahan peringatan Hari Hutan Indonesia ini diisi dengan berbagai kegiatan kampanye seru. Diantaranya yakni penggalangan donasi untuk pelestarian hutan Indonesia, peluncuran pameran virtual berisi ragam aksi menjaga hutan, serta rangkaian acara Festival Hari Hutan Indonesia yang akan berlangsung dari bulan Agustus hingga 31 Oktober mendatang. Akan ada temu wicara “Kita Jaga Hutan, Hutan Jaga Kita”, webinar “The Healing Forest”, webinar RUU Masyarakat Adat, berbagai kompetisi, konser musik hingga peluncuran serial film pendek.
Informasi mengenai keseruan acara Hari Hutan Indonesia bisa didapatkan di kanal media sosial dan situs HHI.
“Kesuksesan peringatan HHI 2021 ini membutuhkan dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak untuk bergotong royong mengkampanyekan pelestarian hutan Indonesia. Dari data Madani, luas hutan di tahun 2019 (Hutan Alam dan Hutan Tanaman) sebesar 93,9 juta hektar atau 49,3 % dari total daratan ini terlalu besar untuk hanya dijaga oleh Pemerintah atau segelintir kelompok saja.
Bangsa ini butuh lebih banyak lagi penjaga hutan dengan aksinya masing-masing apapun latar belakang, profesi, daerah tempat tinggalnya, jadi kami membuka ruang kolaborasi semua pihak untuk dapat berinovasi di dalam peringatan ini”, kata Luluk Uliyah perwakilan dari Yayasan Madani Berkelanjutan.