Travelog

Melihat Aktivitas Kampung Jagal di Semarang

Di Kota Semarang terdapat sebuah Kampung kecil yang dikenal Kampung Jagal. Kampung itu terletak di sebuah gang kecil, Jalan Mataram, RT 03, RW 05, Kampung Bustaman Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang. 

Konon Kampung Bustaman pada era 1970-an pernah sampai pada puncak kejayaannya para penjagal hewan. Hal itu menjadi latar belakang Kampung Bustaman terkenal sebagai Kampung Jagal. 

Dulu jumlah para penjagal hewan di kampung tersebut berjumlah 12 orang. Namun sekarang, Penjagal Hewan di Kampung Bustaman hanya tersisa dua orang. Dia adalah Muhammad Yusuf dan Haji Toni.

Kampung Bustaman
Kampung Bustaman/Sumber

Saya berkesempatan ngobrol dan melihat proses para penjagal hewan itu bekerja. Sabtu (19/06/2021) dini hari, saya berkunjung ke rumah Bapak Yusuf. Berangkat dari indekos, menggunakan motor. Jalan raya masih sepi pengendara, hawa dingin menyelimuti badan. Menaiki motor dengan kecepatan standar, sambil melihat sepinya setiap sudut tempat Kota Semarang yang saya lewati. Kurang lebih perjalanan membutuhkan waktu setengah jam, dari indekos ke rumah Bapak Yusuf. 

Sesampainya di sana, saya parkir motor di gang sempit tidak jauh dari rumah beliau Saya disambut pemandangan saat beliau sedang mempersiapkan peralatan yang akan digunakannya untuk menjagal kambing. Seperti puluhan pisau tajam, timbangan gantung, dan sepatu boot telah disiapkan. 

Namun saya tidak melihat kambing yang akan di sembelih. Ternyata kambing itu ditempatkan di sebuah ruangan kecil kurang lebih ukuran 1,5 m x 2,5 m. Di ruangan itu pula, Pak Yusuf melakukan penyembelihan kambing. Saya dipersilahkan untuk melihat proses penyembelihan. Namun saya menolaknya, karena memang saya tidak berani atau tidak tega untuk melihat proses penyembelihan hewan. 

Penyembelihan kambing itu dilakukan oleh Pak Yusuf seorang diri. Yang saya herankan adalah saat Pak Yusuf menyembelih kambing, tidak ada suara kambing menjerit kesakitan. Sampai penyembelihan sembilan kambing pun, saya tidak mendengar jeritan kambing tersebut. Beliau pun kemudian bercerita bahwa ada trik yang digunakan dalam proses penyembelihan ini.

Saya hanya menunggu dan melihat aktivitas Pak Yusuf dari luar ruangan. Beberapa menit Pak Yusuf bekerja seorang diri, ada orang yang terlihat datang untuk membantunya. Dia adalah Zein menantu dari Pak Yusuf. 

Setelah proses penyembelihan, Pak Yusuf membawa kambing sembelihan ke luar ruangan, dan digantungkan pada tali yang khusus untuk menggantungkan kambing. Proses selanjutnya adalah menguliti kambing. 

Hanya butuh waktu kurang dari sepuluh menit kulit kambing berhasil dipisahkan oleh Pak Yusuf dari tubuh kambingnya. Pak Yusuf hanya membutuhkan pisau tajam dan kekuatan jari-jari tangannya. Dia lebih banyak menggunakan jari-jari tangannya untuk menguliti kambing daripada menggunakan pisau yang hanya digunakan untuk beberapa kali menyayat kulit kambing. 

Setelah proses menguliti selesai, tubuh kambing itu dibawanya ke dalam ruangan lagi, untuk mengeluarkan seluruh isi dari perut kambing itu. Kemudian, tubuh kambing yang tersisa itu dibawa keluar ruangan untuk ditimbang. Selanjutnya dilakukan pemotongan daging, tulang, berukuran kecil-kecil. 

Aktivitas tersebut, dilakukan oleh Pak Yusuf setiap hari. Untuk jam kerjanya, beliau memulainya dari Pukul 03.00 WIB hingga 05.00 WIB. Dalam waktu dua jam itu, Pak Yusuf rata-rata setiap hari mampu menjagal sembilan kambing. Dari menyembelih, menguliti, memisahkan isi perut, menimbang, hingga memotong daging berukuran kecil.

Sedang menimbang daging kambing
Sedang menimbang daging kambing/Mohammad Iqbal Shukri

Bahkan menurut Pak Yusuf banyak orang yang datang kepadanya untuk jagal kambing. Tapi Pak Yusuf menolaknya. Karena kewalahan, dan sudah ada banyak orang yang langganan jagal kambing kepadanya setiap harinya. Jadi, Pak Yusuf setiap hari Senin sampai Minggu waktu dini hari adalah waktunya untuk bekerja menjadi seorang penjagal kambing yang tidak pernah libur. 

Sedangkan pada hari raya Idul Adha, Pak Yusuf menceritakan dirinya tidak mendapat bagian untuk menjagal kambing. Tanggung jawab menjagal kambing sudah diberikan kepada masyarakat lain. Meskipun begitu, Pak Yusuf tetap mendapat tanggung jawab dari masyarakat untuk menjagal hewan sapi. 

Anehnya, Pak Yusuf bercerita kepada saya, saat menjagal sapi dirinya memiliki trik sendiri. Yakni sapi yang akan disembelih, akan dijatuhkan dulu baru kemudian diikat. Saya sempat bingung, heran dan bertanya-tanya saat Pak Yusuf menceritakan itu.

“Apa bisa jagal sapi tanpa diikat dulu? Kalau nggak diikat kan pasti sapinya akan berontak,” tanya saya dalam batin yang saya simpan. 

Ya saya keheranan mendengar pengakuan Pak Yusuf perihal caranya menjagal sapi. Sebab saya baru mendengar ini. Soalnya trik jagal yang saya ketahui dan sering saya lihat itu, sapinya diikat kakinya, dan baru dijatuhkan. 

Tapi kebingungan saya itu langsung saya kesampingkan dengan kalimat dalam batin saya, “Ah sudahlah, Pak Yusuf lebih berpengalaman jadi pelaku di dunia jagal hewan daripada saya yang hanya seorang yang melihat proses jagal nya saja.”

Itu sebuah kalimat pengakuan saya terhadap Pak Yusuf yang telah berpengalaman puluhan tahun dalam dunia jagal. Jadi saat beliau bercerita trik jagal yang menurut saya tidak masuk akal bagi kalangan orang awam, akhirnya saya berkenan menerima cerita dari Pak Yusuf. 

Pak Yusuf mengatakan kepada saya, dirinya sudah menekuni profesi Jagal kambing itu sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) kelas tiga. Memang menurutnya di Kampung Bustaman kala itu, profesi jagal hewan sudah dilakukan secara turun temurun keluarga. 

Meski peminat profesi jagal hewan di Kampung Bustaman mulai menyusut, Pak Yusuf tetap bertekad untuk menurunkan keahlian ilmu jagalnya ke anaknya. Anak pertamanya bernama Lukman, dan menantunya bernama Zein yang sudah mulai diajarkan untuk menjagal hewan. Hal itu dilakukan Pak Yusuf, karena Dia ingin menjaga kejayaan penjagal hewan yang pernah disematkan di Kampung Bustaman dulu. 

Selain jagal hewan, Pak Yusuf menceritakan bahwa di Kampung Bustaman juga terkenal masakan tongseng dan gulai Bustaman. Menurutnya masakan tersebut bukan hanya dari racikan bumbunya, tapi dari kekhasan orang Bustaman yang membuat berbeda dengan masakan lainnya.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Mohammad Iqbal Shukri tinggal di Semarang, kesehariannya sibuk berproses untuk menjadi pembelajar yang baik, dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun. Selebihnya suka menikmati kehidupan, hidupku, hidupmu, hidup mereka, dan selalu mengingat terhadap yang menghidupkan kita.

Mohammad Iqbal Shukri tinggal di Semarang, kesehariannya sibuk berproses untuk menjadi pembelajar yang baik, dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun. Selebihnya suka menikmati kehidupan, hidupku, hidupmu, hidup mereka, dan selalu mengingat terhadap yang menghidupkan kita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Menelusuri Jejak Sejarah Masa Lalu Kota Lama-Pecinan Semarang*