Apalah artinya singgah ke Makassar tanpa wisata kuliner. Waktu ke Makassar kemarin saya sempat mencoba tiga Makanan Khas Makassar. Kota terbesar di Sulawesi Selatan ini.
1. Pallubasa Serigala (Palbas Serigala) Favorit Raisa
Dengan cita rasa bumbu makanan khas makassar, kuah santan kental, serbuk kelapa, serta isi kuah berupa daging empuk dengan potongan daging kecil-kecil, Pallubasa Serigala berhasil membuat saya klepek-klepek. Kalau suka jeroan, kamu juga bisa memesan palbas campur yang isinya campuran daging dan jeroan.
Makan di sini, kamu pasti akan ditanyai, “Mau pakai alas apa tidak?” Awalnya saya bingung dan bertanya-tanya, “Alas apa maksudnya? Piring di bawah mangkok, kah? Ah, nggak usah pakai itu juga tidak masalah. ‘Kan makannya ditaruh di meja bukan dipegang pakai tangan. Jadi tak akan kepanasan.
“Nggak usah pakai alas juga nggak papa, Mas,” celetuk saya percaya diri.
Ternyata alas yang dimaksud adalah telur. Jadi, “Pakai alas atau tidak?” itu artinya “Pakai telur atau tidak?”
Telur di sini maksudnya adalah kuning telur mentah yang dicemplungkan begitu saja ke dalam kuah pallubasa.
Warung makanan khas makassar ini tidak terlalu besar, tidak ada AC cuma ada kipas. Jadi rada gerah-gerah asyik. Cukuplah untuk para pengunjung pallubasa yang tak pernah sepi itu. Konon katanya, sebelum ada di ruangan ini, warung makan pallubasa hanyalah sekecil warung tenda di pinggir Jl. Serigala. Tapi karena penikmatnya makin banyak dan selalu antre, akhirnya warung pallubasa ini bisa menjadi seperti ini.
Per November 2016, harga semangkuk pallubasa adalah Rp 14.000 dan nasi Rp 6.000. Kalau kamu mau alas, tambah Rp 3.000. Jadi, kira-kira seporsi pallubasa berharga sekitar Rp 23.000 pakai alas, sementara tanpa alas Rp 20.000. Sayangnya, porsi nasinya sedikit. Kamu yang makannya banyak pasti tidak akan kenyang menyantap satu porsi nasi palbas ini.
Jl. Serigala, Makassar
Jam buka: 9 pagi – 11 malam WITA
2. Konro Karebossi Makanan Khas Makassar
Warung ini dinamakan Konro Karebossi karena tendanya semula bertempat di Lapangan Karebossi. Namun kini Konro Bakar Karebossi dapat dijumpai di Kawasan Ruko Jalan Gunung Lompobattang No. 41-43, Makassar. Konro sendiri adalah makanan khas Makassar berupa iga yang dibakar atau disajikan dalam sop. Porsinya yang cukup besar membuat kita dapat menikmati konro bakar ini dengan puas, apalagi kuah sopnya juga sangat nikmat. Kebetulan pada kesempatan kemarin saya hanya mencoba konro bakarnya saja, sop konronya tidak.
Namun sebenarnya saya masih bingung sop konro itu yang seperti apa. Pasalnya meskipun yang saya pesan adalah konro bakar, tetap saja saya diberi kuah sop di mangkuk yang terpisah. Mungkin teman-teman dari Makassar yang baca tulisan ini bisa menjelaskan ke saya bedanya antara konro bakar dan sop konro? Karena dua-duanya tetap saja diberi bonus kuah sop.
Bagi saya konro ini enak sekali. Siraman saus kacangnya mantap. Daging iganya empuk sehingga saat dimakan gampang sekali dilepas dari tulang iga meskipun hanya menggunakan garpu dan sendok.
Biasanya, menu daging-dagingan seperti ini kurang cocok dipesan saat kencan pertama atau masa-masa awal PDKT. Pencitraan akan gagal karena daging lumayan alot dan harus digigit dengan “serius.” Namun kalau kamu bawa gebetanmu makan konro bakar di sini, saya rasa pencitraanmu akan lancar jaya karena daging konro di sini sama sekali tidak alot. Porsi konro di sini juga besar dan akan terasa kebanyakan buat para cewek. Nah, kalau ke sini, pesan saja satu porsi biar sepiring berdua. Biar romantis… dan hemat.
Sebelumnya saya pernah makan Konro Bakar Kelapa Gading di Jakarta Utara. Tapi entah kenapa Konro Karebossi yang makanan khas Makassar terasa lebih enak.
Harga konro bakar di Konro Karebossi Rp 47.000 dan nasi Rp 6.000. Jadi satu porsi bisa kamu tebus sekitar Rp 53.000 (belum termasuk PPN 10%).
Jl. Gunung Lompobattang No. 41-43, Kota Makassar, Sulawesi Selatan
Jam Buka: 1.20 siang – 9 malam WITA
3. Es Putar Papabon
Cukup untuk daging-dagingan. Saatnya beralih ke kuliner yang segar-segar, yaitu Es Putar Papabon. Dengan tagline “tanpa pengawet dan pemanis buatan,” es putar ini memang benar-benar segar, seperti ada rasa asem dari bahan alaminya yaitu santan kelapa. Jika es krim pada umumnya manis susu, Es Putar Papabon ini segar dan manis asem. Asem yang seperti apa, sebenarnya saya juga bingung menjelaskannya. Pokoknya satu kata: segar.
Perbedaan lain antara es krim dan es putar adalah rasanya ketika mulai mencair. Jika es krim mencair, kadang rasanya menjadi enek sebab campuran susunya terlalu manis. Sebaliknya kalau es putar mencair, entah mengapa rasanya tetap segar-segar saja. Siapa yang pernah menyantap Es Italia Ragusa di Jakarta? Kurang lebih rasanya seperti itu. Tapi menurut saya Es Putar Papabon ini lebih segar.
Varian rasanya juga beragam, dari mulai stoberi, blueberry, durian, mangga, alpukat, matcha, melon, nutella, oreo cookies, vanila, coffee latte, choco biscuit, moka, blackforest, coklat, taro, keju, dan mint papabon.
Waktu itu kami memesan waffle bowl—Rp 25.000—yang berisi tiga macam varian es putar dan tiga varian topping. Benar-benar murah, sebab target Papabon adalah kalangan muda, yakni siswa sekolah sampai mahasiswa dan mahasiswi. Tapi banyak pula bapak-bapak atau ibu-ibu yang membawa keluarganya makan es krim di sini.
Tempat yang saya kunjungi kemarin adalah gerai Es Putar Papabon yang pertama. Tempatnya kecil, jadi sehabis makan es di sini kita tidak bisa terlalu lama nongkrong sebab banyak pelanggan yang antre—harus saling menghargai.
Kebetulan saat kami ke sana adalah hari minggu dan Es Putar Papabon hanya buka sampai jam 5 sore. Kami tiba lima menit sebelum pukul 5. Di depan, tukang parkirnya sudah memperingatkan, “Es putarnya habis.” Namun di dalam teman kami yang asli Makassar tidak menyerah dan berusaha membujuk penjualnya. Katanya, “Ini orang-orang jauh dari Jakarta.” Kami pun berhasil menikmati Es Putar Papabon khas Makassar, meskipun menyantapnya dengan agak terburu-buru karena gerai akan segera tutup.
Sebenarnya ada dua gerai Es Putar Papabon di Makassar. Selain yang ini, ada juga gerai yang lebih besar dan kekinian, di sebuah ruko di Jl. Gunung Nona.
Jl. Gunung Nona, Pisang Selatan, Kota Makassar
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Blogger 23 Tahun. Suka menulis sampai orang lain tidak bisa membedakan saya sedang galau atau puitis. Sedang dalam taphap suka memasak dengan status eksperimen. Suka mengunjungi pantai, suka memandangi senja, suka bau hujan yang pertama kali turun. Sedang Merantau. Asal Malang, sedang tinggal di Jakarta. Pekerja paruh waktu, sambil kuliah sambil mencintai kamu