Itinerary

5 Tips Biar Main Drone Makin Asyik

Ada yang bilang menerbangkan drone bikin ketagihan. Bagaimana nggak ketagihan kalau dengan main drone kamu bisa melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda, dari atas, tanpa harus naik pesawat terbang. Cukup cari tempat agak lapang untuk take-off, pasang kacamata ray-ban, dan—voila!—kamu melayang-layang di udara. Ngedrone sambil jalan-jalan, yang akan kamu bawa pulang adalah foto-foto indah yang unik. Buat kamu yang suka main drone drone, tak ada salahnya untuk menyimak 5 tips biar menerbangkan drone lebih asyik yang TelusuRI dapat dari Rendy Cipta Muliawan, “pilot” drone yang sudah melanglang buana mengambil foto dan video dari udara.

1. Perbanyak jam terbang dan latihan secara rutin saat main drone

Ingat pepatah alah bisa karena terbiasa? Ungkapan ini bisa pula diterapkan pada aktivitas menerbangkan drone. Tak perlu khawatir kalau pada penerbangan pertama atau kedua kamu masih belum terlalu menguasai quadcopter itu. Semakin sering kamu terbang, semakin kamu mengenal karakter perangkat aerial-mu, semakin mahir pula kamu melakukan manuver-manuver di udara. Dan lama-lama kamu akan menjadi penerbang drone yang gesit, yang akan mampu mengatasi segala permasalahan yang mungkin muncul ketika kamu mengudara—misalnya ketika baterai tiba-tiba ngedrop dan kamu harus melakukan pendaratan darurat.

Bandung dari udara/Syukron

2. Kenali karakter kamera pada perangkat drone

Apapun tujuanmu main drone, aktivitas ini pasti ada hubungannya dengan mengambil gambar atau video. Nah, setiap kamera untuk drone yang beredar di pasaran memiliki karakter yang berbeda-beda pula—sensor, kualitas lensa, image encoding, dll. Efek dari perbedaan itu akan terasa pada kualitas dan resolusi foto yang dihasilkan. Sesuaikan kameranya dengan kebutuhanmu. Dan jangan lupa untuk mempelajari pengaturannya agar kamu bisa mendapatkan gambar atau video yang sesuai dengan yang kamu harapkan.

3. Pahami teknik dasar fotografi

Bagaimanapun juga aerial photography atau fotografi udara adalah pengembangan dari—tentu saja—fotografi. Dari segi teknis, tetap saja menggunakan hukum-hukum dasar fotografi. Segitiga ISO, speed, dan aperture alias bukaan jangan dilupakan. Dari segi komposisi, untuk membuat sebuah visual yang bercerita penerapan rule of thirds akan sangat berpengaruh. Tapi, bedanya dari “fotografi darat,” fotografi aerial akan selalu menghadirkan sisi high angle.

Stasiun Tugu Yogyakarta/Syukron

4. Cahaya adalah segalanya

Fotografi dan cahaya adalah dua sahabat yang tak bisa dipisahkan. Untuk mendapatkan gambar yang menarik, seorang fotografer udara harus jeli memanfaatkan cahaya. Jadi ketahuilah waktu-waktu terbaik untuk pengambilan gambar, biasanya pagi atau sore ketika cahaya jatuh dari samping sehingga objek menjadi lebih menarik dengan kontras dan warna yang cukup dramatis. Fotografer biasanya tergila-gila pada golden hour atau magic hour, yaitu beberapa saat setelah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari terbenam ketika cahaya bersinar jingga keemasan atau kemerah-merahan.

5. Perbanyak referensi fotografi aerial

Meskipun media sosial cukup efektif untuk mencari referensi fotografi aerial, tak ada salahnya untuk “berguru” pada media konvensional seperti majalah National Geographic. Ada juga beberapa film yang menarik yang akan memberikanmu sudut pandang baru, seperti Baraka dan Samsara. Kalau dalam menulis ada pepatah “you write what you read,” dalam fotografi udara semestinya pepatahnya menjadi: “you capture what you saw.” Perbanyaklah referensi, sebab semakin banyak pengetahuan yang kamu punya dan foto atau video aerial yang kamu lihat, semakin mulus pula jalanmu untuk menemukan cara yang pas untuk mengambil gambar. Referensi akan membantu membentuk karakter fotomu dan pada akhirnya akan mempengaruhi caramu dalam membuat visual yang bercerita. Save flight!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *