Ini cerita liburan akhir pekan sebelum pandemi melanda. Setelah perjalanan mengunjungi Pantai Balekambang, membawa rasa penasaran saya  ingin segera berkunjung ke pantai lainnya di Malang. Setelah berselancar di dunia maya dan membaca berbagai ulasan beritanya, akhirnya saya putuskan untuk berkunjung ke Pantai Sendiki yang katanya memiliki sapta pesona istimewa. 

Rencana saya dan teman-teman waktu itu hanya menghabiskan liburan akhir pekan, dan ingin berlama-lama. Pantai Sendiki berhasil menjawab keinginan saya dengan pesona keindahan, dipadu suasana asri yang membuat sejuk pikiran dan hati. 

Belum percaya rasanya jika belum membuktikan secara langsung, dengan menjelajahi keindahannya. Sebagai pecinta destinasi pantai, harus saya akui bahwa Kota Malang memang tak pernah mengecewakan untuk urusan pantai pasir putih, deburan ombak yang memukau, dan udara sejuk. 

Lokasi Menuju Pantai Sendiki

Pantai Sendiki
Pantai Sendiki/Annisa S

Perjalanan dini hari pukul 05.00 WIB dari Sidoarjo, lagi-lagi kami hanya mengandalkan Google Maps selama perjalanan. Sembari tetap melihat papan penunjuk jalan, untuk memastikan rute yang kami lalui benar. Butuh 2 jam perjalanan dari Kota Malang untuk tiba di Pantai Sendiki. Sebenarnya jalannya aman, dan mudah dilalui. Hanya saja banyak tikungan sempit, jadi memang harus hati-hati.

Pantai Sendiki terletak di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Malang. Kira-kira jarak kurang lebih 1 km sebelum pantai, kami melewati akses jalan yang terbilang masih susah dilalui. Sempit, karena hanya bisa dilalui satu kendaraan roda 4 jadi sedikit antri untuk bisa melaluinya. Terlebih jalannya masih belum di aspal, kami melewati jalan yang masih berupa tanah becek, batuan, dan lapisan semen. 

Setelah tiba, kami parkir terlebih dahulu sekaligus membayar tiket masuk pantai. Cukup membayar Rp10.000 untuk satu orang. Sedangkan parkir juga terjangkau mulai dari Rp3.000 – Rp5.000 saja. Setelah parkir dan mengambil barang-barang bawaan kami, ada jalan setapak yang harus dilalui. Kurang lebih 500 meter untuk bisa tiba di tepi pantainya. 

Jalanan yang menanjak membuat saya dan teman-teman ngos-ngosan di tengah jalan, karena membawa banyak barang bawaan. Nampak warung-warung berjajar, namun jarang ada yang buka padahal ini akhir pekan. Untungnya, saya sudah membawa semua bekal yang cukup hingga esok hari. Jadi, tak perlu untuk bolak-balik lagi. Jelas butuh perjuangan untuk kembali mengambil barang-barang jika ada yang tertinggal, maka kami pastikan semua aman. 

Setelah jalan kaki yang menanjak, ada anak tangga yang harus kami turuni. Tidak banyak, kurang lebih 15 anak tangga. Sampai di sini, deburan ombak menggelegar sudah terdengar menyapa. Pohon-pohon besar rindang menjulang, lokasi pantai yang tersembunyi. Membuat kami semakin penasaran karena tidak seperti pantai-pantai pada umumnya. 

Sapta Pesona Pantai Sendiki

Pantai ini memang memiliki keindahan tersendiri yang telah tercatat jelas di papan sapta pesona pada gapura sebelum anak tangga. Konon, pantai Sendiki memiliki 7 atau sapta pesona yakni aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan. 

Tiba di pantai sekitar pukul 09.00 WIB, dimana matahari mulai panas menyinari kami. Sembari menuruni anak tangga, berhenti sejenak untuk mengusap keringat, lalu turun lagi perlahan. Begitu tiba di area pantai, saya langsung jatuh hati pada pantai ini. Keindahannya tak boleh dilewatkan begitu saja, suasana asri langsung menyapa kami. 

Pohon-pohon rindang berjejer, lengkap dengan rumah pohon berhasil mencuri perhatian. Rumah pohon di pantai ini seperti mewakili mimpi anak-anak kecil setelah membaca buku dongeng sebelum tidurnya. Mimpi yang sederhana, namun bermakna. 

Di pantai ini, ada berbagai rumah pohon yang bisa disewa yakni sekitar Rp150.000 per malam. Saya dan teman-teman pun memutuskan untuk menyewa rumah pohon. Sebenarnya ada camping ground yang disediakan, namun saya dan teman-teman memang sudah memutuskan untuk tidak menyewa berbagai peralatan camping untuk liburan kali ini. 

Saya dan teman-teman memang sengaja datang lebih awal karena ingin bersantai di rumah pohon. Membiarkan pintu terbuka, supaya udara menerpa. Sembari menikmati deburan ombak yang besar khas pantai, memandangi hamparan pasir putih yang membentang, dan menikmati suasana asri di pantai sendiki. 

Memang pengunjung dilarang berenang di pantai, hanya diperbolehkan di pinggir pantai saja karena ombaknya yang terlalu besar. Tidak bisa berenang, tidak membuat saya berkecil hati karena ada berbagai spot unik untuk melepas penat di sini. 

Salah satunya ayunan dari kayu yang kuat langsung menghadap pantai, dan udara sejuk yang menerpa saat berayun membuat beban di kepala rasanya sedikit hilang melayang bersama udara sejuk pantai ini. Ayunan disini banyak jumlahnya, mungkin ada sekitar 8 ayunan di pantai yang tersedia. 

Rumah pohon, dan kenangan berkesan

Pantai Sendiki
Rumah Pohon di Pantai Sendiki/Annisa S

Liburan singkat nan nikmat akhir pekan ini memang sederhana, sesederhana saya yang hanya ingin; menikmati suasana asri di pantai sembari ngopi, mendengar deburan ombak, dan menikmati pagi hari dengan udara segar langsung dari pantai.  

Saat saya berkunjung, memang masih sepi sekali yang datang. Namun saat malam hari yakni sekitar pukul 09.00 malam minggu, banyak pengunjung yang mulai berdatangan dari luar kota. Mereka mendirikan tenda-tenda di camping ground siap menikmati pagi di pantai yang indah ini.

Adanya pohon-pohon di pantai  Sendiki juga digunakan untuk memasang hammock, sensasi santai di tepi pantai yang menyenangkan.

Fasilitas Lengkap

Pantai Sendiki
Pantai Sendiki/Annisa S

Sesuai dengan sapta pesona Pantai Sendiki. Tak perlu khawatir meskipun pantai ini sedikit terpencil, fasilitas di sini terbilang lengkap. Mulai dari keamanan 24 jam, mushola, kamar mandi dan penginapan rumah pohon. Hanya saja warung-warung makanan dan minuman di pantai ini belum digarap lebih maksimal. 

Uniknya pantai ini memang tidak menggunakan listrik dari PLN, namun dari solar cell. Pohon yang sudah tidak terpakai digunakan oleh para pengelola pantai sebagai penyangga solar cell, hal ini dilakukan supaya bisa menampung sinar matahari yang akan dijadikan energ listik. 

Energi listrik tersebut disalurkan ke kawasan Pantai Sendiki, mulai dari sepanjang jalan setapak pantai, pos penjagaan,  hingga rumah pohonnya. 

Perjalanan ke pantai sendiki membawa kenangan berkesan tersendiri. Ini suasana akhir pekan yang saya idamkan; menikmati pagi melihat matahari terbit dari rumah pohon,  sembari minum kopi, memandangi pantai sendiki, dan bermain ayunan sesekali. 

Tinggalkan Komentar