Itinerary

Lagu Lokal yang Wajib jadi “Playlist” saat Mendaki Gunung

Mendengarkan musik saat mendaki gunung bisa jadi salah satu cara menghibur diri di tengah lelah atau jenuhnya pendakian. Biasanya seorang pendaki yang memutar musik di gawainya tergabung dalam rombongan kecil atau bahkan solo hiking—mendaki sendirian. 

Menyetel musik saat mendaki gunung sah-sah saja, selama mematuhi peraturan yang berlaku. Misalnya, tidak menyalakannya dengan speaker portabel atau bahkan di ponsel dengan volume terlalu kencang karena bisa mengganggu satwa atau pendaki lainnya. Untuk itu disarankan buatmu memutar musik ketika sudah di tempat camp, dengan bantuan penyuara jemala atau volume kecil yang tidak sampai mengganggu ketenangan hutan.

Jika kamu bosan dengan musik yang itu-itu saja, TelusuRI punya rekomendasi 10 lagu lokal yang cocok buat menemani perjalananmu di gunung. Baik itu sebagai penyemangat maupun bahan renungan. Sebelum berangkat, pastikan lagu-lagu musisi lokal hebat ini masuk ke playlist gawai kamu. 

1. Hiduplah Hari Ini (Dialog Dini Hari)

“Hiduplah Hari Ini” terdapat dalam album ketiga Tentang Rumahku yang dirilis band asal Bali tersebut pada 2014. Namun, video klipnya baru terpublikasi pada 27 Desember 2018. Mengambil latar tempat di Kawah Ijen dan Hutan Djawatan, Banyuwangi, lagu folk ini membawa suasana lebih dalam saat bertualang ke alam bebas. Status album terbaik tahun 2014 versi majalah Tempo dan Rolling Stones sudah lebih dari cukup untuk menempatkan di urutan teratas playlist kamu.

Warnai hari lukis dunia
Asah naluri gapai bahagia
Damaikan diri damai semesta
Lahirkan keajaiban dari tanganmu

Empat bait bagian reffrain tersebut jelas merecik semangat untuk menikmati perjalanan di belantara rimba. Apalagi ketika sudah tiba di tempat berkemah, secangkir kopi jadi teman terbaik untuk menghayati dan mendiskusikan lirik-lirik puitis kolaborasi Dadang SH Pranoto (vokal dan gitar), Deny Surya (drum), serta Brozio Orah (bas dan synthesizer). 

2. Mahameru (Tropical Forest)

Bukan cuma Dewa 19 yang punya lagu Mahameru. Tropical Forest, band indie bergenre reggae asal Malang itu menciptakan lagu Mahameru-nya sendiri dengan nuansa lebih syahdu dan menyayat hati, tetapi tetap berirama rancak yang khas.

Agak di luar kebiasaan Tropical Forest ketika meluncurkan single “Mahameru” pada 2019. Jika biasanya membuat lagu berisi kritik sosial, seperti “Bumi Merintih” atau “Rimba Raya”, tembang “Mahameru” justru sangat pas menjadi lagu latar saat mendaki gunung. Lebih-lebih Gunung Semeru, tempat serupa yang mengilhami Dewa 19 menciptakan lagu berjudul sama beberapa dekade lalu. Tengok saja ungkapan-ungkapan kebesaran dan kenikmatan mencumbu alam, di antaranya “desir pinus lereng Semeru”, “dingin kabut Ranu Kumbolo”, dan “di savana belai jiwa-jiwa”.

Bagaimana alam bisa berembus seperti irama yang mengalun dan merayu, seolah berbicara? Tropical Forest punya jawabannya. 

3. Pegang Tanganku (Nosstress)

Lewat lagu yang hanya diiringi petikan gitar ini, Nosstress mengajak pendengarnya agar tidak menyikapi kesenangan atau kesedihan penuh emosi. Sedang-sedang saja, secukupnya. Di gunung, kamu bisa menjadikan lagu ini sebagai penyemangat sekaligus kontrol atas ego, agar tidak grusa-grusu selama pendakian.

Ketika kamu dan tim pendakian berhasil menggapai puncak tertinggi, maka jangan meluapkan euforia berlebihan. Bahkan jika kabut maupun badai menerjang sang gunung, tidak perlu bermuram hati apalagi menyesali. 

Indah itu tak selalu ada
Senang itu sementara
Jika senang jangan terlalu
Jika sedih jangan terlalu

4. Rindu Sahabat (Iksan Skuter)

Iksan Skuter, musisi indie kelahiran Blora dan kini berdomisili di Malang, mungkin memang tidak menjadikan “Rindu Sahabat” sebagai lagu khusus bertema gunung. Namun, mantan gitaris dan penulis lagu Putih Band itu menyisipkan diksi-diksi yang serasi untuk dinikmati di gunung bersama kawan atau sahabat terdekatmu.

Aku rindu saat-saat kita lewati panjangnya malam
Menghisap rokok nikmati kopi bicara tentang cinta dan mati

Buat kamu yang kangen sama sahabat atau teman karib semasa sekolah, kuliah, atau saat bekerja, ajak mereka ke gunung dan nyanyikan lagu ini bersama di bawah gemerlap bintang.

5. Berani (Aray Daulay dan Ipang Lazuardi)

Salah satu karya terbaik peninggalan mendiang Aray Daulay, berkolaborasi dengan Ipang Lazuardi. Lagu yang video klipnya rilis pada Maret 2016 tersebut dibuka dengan bagian chorus yang tegas. “Gak mungkin bisa kau hentikan hujan yang sedang turun dari langit, seperti mimpi indah yang kadang belum tentu datang menghampirimu”, pertanda bahwa kehendak alam dan takdir kehidupan merupakan sesuatu yang belum pasti.

Namun, Aray dan Ipang mengajakmu untuk rileks dan tetap tenang menghadapi tantangan apa pun di depan. Terlebih di gunung, lagu ini menyulutmu untuk tetap pantang berkeluh kesah apalagi menyerah dalam situasi apa pun. Jika kamu seorang leader dalam sebuah tim pendakian, “Berani” adalah soundtrack di setiap langkahmu menjejak jalan setapak.

6. Merapi (Katon Bagaskara)

Salah satu nama besar di balik tembang “Yogyakarta” yang legendaris itu menelurkan “Merapi” sebagai salah satu single di album Harmoni Menyentuh (1997). Seakan masih lekat dengan daerah istimewa itu, Katon Bagaskara bagaikan menciptakan lagu abadi bagi gunung yang memberi kehidupan Yogyakarta dan sekitarnya. 

.Layaknya “Mahameru” milik Dewa 19 dan Tropical Forest, “Merapi” bisa menjadi daftar putar wajib di gawai kamu saat mendaki gunung mana pun. Diksi-diksi puitis khas Katon dalam menggambarkan “Merapi” seakan menegaskan bahwa gunung tak akan pernah bisa ditaklukkan siapa pun. Manusia, dalam hal ini pendaki gunung, hanya mampu berusaha menjaga harmoni dan kedamaian dengan alam di sekitarnya. 

7. Cahaya Bulan (Eross Candra dan Okta)

Selain “Gie”, yang menjadi soundtrack film berjudul sama, “Cahaya Bulan” ciptaan Eross Candra yang dinyanyikan bersama Okta layak menjadi bahan perenungan ketika mendaki gunung. Meski sudah lama rilis (2015), tetapi lirik dan makna lagu ini memang tampaknya bakal relevan sepanjang zaman.

Dalam suasana hening di depan tenda atau jeda di tengah perjalanan, Eross dan Okta mengajakmu berkontemplasi. Keduanya seolah menitip pesan, selalu ada jawaban untuk setiap kegelisahan hatimu. Siklus alam adalah teman terbaik untuk menjadi momentum atau titik balik di setiap keputusan-keputusanmu. Jika kamu berlari ke gunung untuk sejenak melepaskan diri dari rutinitas, “Cahaya Bulan” harus kamu dengar dalam waktu istirahatmu. Kapan pun dan di mana pun itu. 

8. Di Atas Meja (Payung Teduh)

Di dalam album Ruang Tunggu (2017), Payung Teduh memasukkan “Di Atas Meja” setelah single laris mereka, yaitu “Akad”. Lagu ciptaan—lagi-lagi—Mohammad Istiqamah Jamad atau Is tersebut juga cocok buatmu untuk refleksi diri saat di gunung. Mungkin kamu sedang patah hati, merindukan seseorang atau sesuatu, lalu pada akhirnya tak perlu takut dan khawatir atas kegundahan yang sempat merungkup. 

Mengapa takut pada lara
Sementara semua rasa bisa kita cipta
Akan selalu ada tenang
Di sela sela gelisah yang menunggu reda

Ayo, move on! Hidup akan terus berjalan dan kamu harus menghadapinya dengan kebesaran hati. Sepulangnya dari gunung, kamu bisa lebih semangat menjalani hari demi hari.

9. Negara Lucu (Putra Permana/Eńau)

Siapa sangka Ari Lesmana, frontman grup musik indie Fourtwnty, memiliki adik kandung yang meniti jalan serupa dan juga berkarakter kuat dalam lagu-lagunya? Namanya Putra Permana atau bernama panggung Eńau. Salah satu lagunya di dalam album 337 yang rilis pada 2018, “Negara Lucu”, menyajikan lirik dengan diksi menggelitik pendengarnya.

Sudut pandangku tentang mereka, yang banyak tanya tanpa membaca
Katanya sekolah, tapi otaknya mana?
Tolong diubah pola pikirnya, banyak gaya kosong isinya
Sedikit gerak, banyak maunya
Bangun, usaha untuk orang rumah biar kompormu tetap menyala
Yang susah, gayanya nomer satu, sana-sini jadi benalu
Ini pandangan dari kacamataku, tentang negara yang lucu

Buat kamu dan teman seperjalanan yang sefrekuensi, “Negara Lucu” asyik banget buat dinyanyikan ramai-ramai saat bersantai di depan tenda atau bahkan sedang trekking di jalur pendakian. Gunung adalah tempat yang pas untuk menyuarakan sekaligus merayakan kritik sosial terhadap kondisi terkini bangsa, yang pasti ada lucu-lucunya. 

10. Kerasnya Kota (Davi Siumbing)

Salah satu lagu kekinian yang cepat viral di media sosial. Baru rilis pada Mei 2023, sekarang sudah menyentuh 5,8 juta penonton di kanal Youtube Muhammad Kadavi alias Davi Siumbing. Kreator konten sekaligus komika tersebut menciptakan “Kerasnya Kota” sebagai ungkapan kerinduan seseorang pada orang-orang terdekatnya di tengah kerasnya kehidupan yang dijalani. 

Jika kamu seorang perantau yang berjuang di daerah nun jauh dari rumah, “Kerasnya Kota” pas banget jadi salah satu lagu “kebangsaan”. Apalagi kerinduan pada kampung halaman dan masa lalu terkadang menyeruak ketika mendaki gunung dan melihat pemandangan perkotaan yang menyemut di sekelilingnya. Berdiri di puncak gunung dan bercermin pada apa yang telah dicapai hingga saat ini. Tak apa sesekali menengok ke belakang untuk berhenti sejenak dari penatnya hidup.

Seandainya saja dunia berubah
Ku ingin kembali ke masa itu
Agar kenanganku tak perlahan menghilang
Ditelan kerasnya kota


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *