“Er, besok ke mana? Aku mau ke Semarang nih,” begitu bunyi pesan dari seorang temanku.

Free, ada acara apa ke Semarang? Tumben,” ujarku menanggapi balasan itu

“Aku dari Solo. Besok cuma ada waktu sampe pukul 13.00 sebelum keretaku berangkat balik ke Jakarta.”

Aku pun berpikir. Kira-kira bakal ke mana aja buat menjamu temanku itu. Aku baru bisa menemuinya sekitar pukul 09.00, berarti masih ada sekitar 3-4 jam, berarti nggak bisa jauh-jauh dari sekitar stasiun.

“Kamu kepengen apa? Kulineran? Kalo eksplor tempat nggak yakin aku,” kubalas lagi. “Paling yang dasar-dasar aja dan kamu pasti udah pernah.”

“Terserah. Bebas. Aku ikut kamu.”

“Oke, deh. Besok sarapan pagi di Pecel Koyor Poncol aja, deket stasiun. Ketemu di sana aja ya kita. Aku tiba pukul 09.00 selesai ngurusin kerjaanku.”

“Oke. See you.”   

Berakhirlah percakapan malam itu. Temanku juga sebenarnya asal aja menghubungiku karena dia tahu aku kadang suka pergi ke luar kota.

Keesokan paginya, setelah menyelesaikan segala urusan, aku pun menuju Warung Makan (WM) Sidorejo untuk menemui temanku. WM Sidorejo terletak di seberang Kantor Dinas Perikanan dan Kelautan, Jalan Imam Bonjol, Semarang Tengah.

Nasi pecel koyor/Erina Julia

Yang terkenal di WM Sidorejo ini adalah pecel koyornya. Rasa sambel pecelnya legit, deh. Koyornya apalagi. Juara! Aku terkadang sarapan pagi di sini sama ayahku kalau kami sedang berada di sekitar Stasiun Poncol.

Kalau kamu nggak terbiasa dengan koyor (otot sapi), tenang aja. Ada pilihan lain, dari jeroan sampai daging sapi yang nggak kalah enak juga. Seporsi pecel koyor dibandrol sekitar Rp20-25 ribu. Warung makan ini buka dari pagi pukul 07.00 dan tutup sore pukul 16.30. Liburnya hanya setiap Minggu.

Setelah dari WM Sidorejo, aku mengajak temanku menikmati gorengan khas Semarang di Tahu Petis Yudhistira. Pernah makan petis? Petis ini terbuat dari udang dan berbagai bumbu lainnya. Rasanya? Enak! Karena khas Semarang, gorengan tahu petis ini sangat sulit ditemukan di tempat lain.

Lokasi Tahu Petis Yudhistira ini di Jalan Yudhistira No. 21, Semarang Tengah. Kalau melalui Jalan Imam Bonjol, kamu akan melihat Udinus di sebelah kiri jalan. Kemudian, masuklah gang persis di samping Udinus. Luru aja sampai mentok, kamu akan menemukan Tahu Petis Yudhistira di sana.

Sepotong tahu petis dibandrol Rp4.000. Selain tahu petis juga ada tahu bakso kakap yang diberi harga Rp3.500 dan juga lunpia yang harganya sekitar Rp17 ribu. Tapi kamu juga bisa membeli petisnya saja. Biasanya, kalau mau ke Jakarta, aku membeli petis sebagai oleh-oleh untuk salah seorang temanku yang suka sekali dengan dengan makanan manis. Tahu Petis Yudhistira ini buka pukul 09.00 dan tutup pukul 20.00.

Dari Yudhistira, saat waktu sudah menunjukkan pukul 11.30, kami pun menuju kedai Gulai Kambing Bustaman Pak Sabar di belakang Gereja Blenduk, Kota Lama Semarang. Tempat ini memang sangat terkenal di Semarang.

Konon gulainya berbeda. Kuahnya tidak terlalu kental dan rasanya pas. Kalau mau pedas, cukup request aja dan sambelnya akan diuleg langsung di piring. Seporsi gulai kambing Bustaman dibanderol Rp25 ribu per porsi, belum sama nasi. Aku hanya menemani makan saja di sini, karena masih kenyang setelah makan pecel koyor tadi pagi.

Sudah pukul 12.00 dan aku memikirkan satu jenis makanan lagi, yakni leker Semarang. Cukup nekat, ya? Kalau salah memperkirakan waktu, bisa ketinggalan kereta. Bismillah saja pokoknya. Cuma, karena Leker Paimo yang legendaris biasanya sangat ramai, kami pun memutar haluan ke Leker 88 yang rasanya hampir sama.

Leker 88 ini berlokasi di Jalan Jagalan No. 32A, buka pukul 10.00 dan tutup pukul 20.00. Karena venue-nya indoor, jelas tempat ini adem. Cocok untuk siang-siang panas begini. Harga leker di tempat ini mulai dari Rp2.500 hingga Rp17 ribu. Selain yang manis, ada juga leker asin. Karena waktu yang semakin mepet, beberapa menu kami bungkus untuk dimakan di perjalanan saja.

Mulai was-was, temanku pun pesan ojol untuk mengantarnya menuju stasiun. Alhamdulillah sampainya tepat waktu, enggak ketinggalan kereta. Selang sebentar, temanku mengabari: “Aku masuk, kereta jalan.” Semula aku pikir ketika ia masuk stasiun, keretanya sudah jalan. Ternyata bukan: begitu dia masuk gerbong, keretanya langsung jalan. Nyali.

Sekian cerita 4 jam menelusuri kuliner Semarang. Kalau kamu, jika cuma punya waktu segitu, akan ke mana saja?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Tinggalkan Komentar