Seorang rekan, menceritakan kepindahannya beberapa waktu lalu dari Pontianak ke Banjarmasin. Namanya Maya. Di hari-hari awal setibanya di Banjarmasin, ia menyerbu kuliner khas Banjar. Simak kisahnya.
Tepat di awal tahun 2020, saya mendapatkan Surat Keputusan (SK) dari tempat bekerja dan dipindah tugaskan ke Kota Seribu Sungai, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Awalnya, kota ini sangat asing, tapi demi menjalankan amanah kantor, saya pun bergegas membereskan pakaian dan meninggalkan Pontianak.
Kebetulan, saya memang senang traveling. Jatah cuti selalu terpakai, saya habiskan untuk terbang ke berbagai kota di Indonesia. Selain memang senang, serunya traveling itu kalau dapat teman baru.
Balik lagi soal pindahnya saya ke Kota Tatas (nama lain Banjarmasin). Saya memesan tiket dari Pontianak menuju Banjarmasin. Lalu, saat tiba saya disambut hangat oleh teman kantor di sana. Tanpa ragu, pertanyaan yang pertama saya tanyakan pada mereka adalah, makanan khas Banjarmasin ini apa.
“Ikan khas banjar, soto banjar dan nasi kuning banjar, mau coba yang mana?” ucap rekan kerja saya.
Mereka mulai mengenalkan saya dengan berbagai kuliner Banjarmasin. Tak hanya itu, saya juga diberi rekomendasi tempat-tempat yang menjual kuliner tersebut. Hanya bermodalkan Google Maps saya menelusuri Banjarmasin dengan beragam opsi lokasi dan tempat makan yang bisa menjadi favorit orang-orang.
Soto Banjar Bang Amat
Hari pertama, saya makan siang dengan menu Soto Banjar. Saking penasarannya, saat makanan tiba saya langsung menyantapnya! Hanya satu kata yang bisa terucap setelah saya menyantap Soto Banjar, segar!
Oh iya, lokasi tempat saya makan ini juga tak jauh dari kantor tempat saya dipindah tugaskan, namanya Soto Banjar Bang Amat terletak di Jalan Banua Anyar No. 6, Banjarmasin Timur.
Keesokan harinya, saya sudah mendapatkan tempat tinggal yang letaknya juga tidak jauh dari kantor. Sebab, aktivitas di kantor membutuhkan mobilitas tinggi dan mengharuskan saya tepat waktu ketika ada urusan mendesak. Langkah selanjutnya adalah mencari komunitas lari atau sepeda agar saya tetap bisa berolahraga dan bersosialisasi di sela-sela jam kantor atau di sela-sela waktu senggang saya.
Nasi Kuning Rahmat
Tanpa membutuhkan waktu yang lama, saya pun menemukan komunitas tersebut. Langsung saja saya mengatur jadwal lari bersama mereka hingga garis finish di beberapa hari berikutnya. Nah, beberapa kali saat kami selesai berlari pasti mencari tempat beristirahat tanpa melewatkan opsi untuk menambah energi, disini tentu semua satu suara, makan, makan, makan! Di persimpangan jalan, saya dan teman-teman menemukan Nasi Kuning Rahmat di Jalan Perintis Kemerdekaan no. 19B.
Saya dan teman baru saya Adit, segera mendatangi tempat nasi kuning yang ramai pengunjung itu. Ternyata, nasi kuning banjar ini dibungkus dengan daun pisang agar lebih wangi. Tanpa basa basi, kami langsung memesan nasi kuning dengan paket komplit. Harganya juga murah lho, cuma Rp15.000.
Ikan Bakar di Warung Makan Mona
Setelah itu, saya pulang ke kosan untuk mengganti baju dan membereskan kamar, lalu beristirahat sekitar 120 menit. Tak lama kemudian, telepon berdering dan ada panggilan masuk dari manajer baru. Beliau mengajak saya pergi ke suatu tempat sambil bercengkrama karena kami baru saja saling mengenal kemarin malam.
Walaupun tubuh masih terasa lelah akibat olahraga tadi pagi, tapi sebagai staf yang patuh kepada atasan, saya pun menghampiri beliau. Supaya tetap mampu menyusuri jalan di Kota Banjarmasin, saya mengajak driver kantor untuk pergi bersama. 30 menit kemudian, tiba lah kami ke Warung Makan Mona di Jalan Pangeran Hidayatullah No. 19, Banjarmasin Utara.
Dari kejauhan, saya melihat Bapak manager sudah duduk bersila sambil menatap ikan bakar. Beliau langsung menyilakan saya makan bersama, sambil berbincang-bincang tentang rencana kerja saya.
Saya juga penasaran dengan ikan yang sedang saya lahap ini. Rupanya, ini adalah ikan khas Banjar yang sangat popular. Kalau kata orang Banjar, kuliner olahan bakaran ini disebut babanam. Nah, review jujur dari saya, ikan bakar khas banjar ini yang paling saya sukai selama bertempat di Banjarmasin. Kalau dikasih nilai bisa 9/10 deh.
Belum juga satu minggu menetap di Banjarmasin, saya sudah mencicipi 3 jenis makanan khas Banjar yang paling terkenal. Menurut saya, makanan khasnya ini lebih dominan ke rasa manis, walaupun saya sebenarnya penyuka rasa asin. Tidak masalah, seiring berjalannya waktu lidah saya pasti bisa beradaptasi dengan semua jenis makanannya.
Satu lagi, hal yang membedakan makanan Banjar dengan lainnya yaitu bumbu masak habang. Bumbu dasar ini adalah bumbu merah yang tidak pedas. Itulah yang membuat makananya unik dan enak tentunya.
Kalau kamu berkunjung ke Banjar, jangan lupa telusuri ragam kuliner di sini ya. Dijamin gak akan nyesel karena sebagian besar makanan khasnya gak ditemukan di tempat lain lho.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.