Karimunjawa, sebuah tempat yang memiliki keindahan wisata laut yang indah. Mayoritas topografi pulau ini masih dipenuhi dengan hutan, pemukiman warga pun cenderung berada di satu tempat yang sama, di pesisir pantai dan beberapa menyebar mengikuti jalan desa. Seperti layaknya penduduk yang berada di pulau, mayoritas penduduk bermata pencaharian nelayan sedangkan para generasi mudanya cenderung fokus ke arah pariwisata.
Karena sudah lama ingin mengunjungi Karimun, saya memutuskan untuk berkunjung selama tiga hari dua malam. Berangkat dari Yogyakarta dengan jalur darat, perjalanan ini memberikan banyak pengetahuan dan kesadaran baru bagi saya. Ini pertama kalinya saya melewati jalur pantura, melalui banyak pabrik-pabrik industri yang menghasilkan limbah dan polusi.
“Ah, jadi di sini “dosa-dosa” banyak perusahaan besar di Jakarta yang tidak terlihat dibuat, padahal di ibukota perusahaan tersebut membangun image yang baik,” pikirku. Tidak berapa lama dari pabrik-pabrik, saya melewati universitas dan rumah sakit, lalu saya jadi berpikir kembali berapa banyak warga sekitar yang masuk rumah sakit akibat dampak dari polusi yang dihasilkan industri ini dan berapa banyak dari mereka mendapatkan kompensasi yang sesuai.
Setibanya di Karimunjawa saya disambut oleh Mas Angga, pemandu yang akan menemani saya selama tiga hari ke depan. Mas Angga adalah orang yang ramah dan siap sedia untuk selalu membantu dan menemani berkeliling kemana pun saya mau. Saya beristirahat sebentar untuk membersihkan badan, salat dan makan siang lalu langsung meneruskan jadwal hari pertama untuk snorkeling.
Kali ini, Pak Dar memandu perjalanan laut saya. Kami berbincang sedikit banyak, beliau bercerita tentang putrinya yang belum lama ini lulus dari jurusan perawat. “Udah lulus, saya nggak mau tahu lagi dia mau kerja di mana,” katanya. Beliau sempat mengeluh sekarang anak-anak muda sulit untuk mencari pekerjaan apalagi selama dua tahun belakangan, kondisi pandemi memperburuk keadaan, maka dari itu ia tidak ingin membebani anaknya untuk bekerja di bidang tertentu.
Karena jaraknya yang tidak begitu jauh, saya sampai di tempat snorkeling pertama. Ini merupakan pengalaman snorkeling pertama saya, tentunya perlu ada penyesuaian dan ketakutan tersendiri, tapi setelah melihat situasi di bawah laut, saya menjadi lebih tenang dan percaya diri.
Kondisi terumbu karang di tempat ini masih sehat, berwarna-warni. Cerah sekali. Mungkin karena jarak terumbu karang dengan permukaan laut cukup tinggi sehingga terumbu karang tidak terkena ujung kapal, atau terinjak oleh wisatawan. Kondisi ini berbeda dari spot snorkeling kedua saya. Di sini, terumbu karang banyak yang rusak, terpotong, dan tercecer tidak terurus. Awalnya saya pikir mungkin memang seperti itu kondisinya, tetapi setelah saya konfirmasi ke pemandu di kapal, beliau membenarkan bahwa kondisi terumbu karang di spot kedua memang sudah rusak. Hal ini tentunya sangat disayangkan mengingat terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang menyumbang pasokan blue carbon terbesar untuk bumi.
Dari semua spot snorkeling yang saya kunjungi, saya paling suka lokasi snorkeling di Pulau Menjangan Kecil. Selain kondisi terumbu karang yang masih sangat bagus dan sehat,, posisi terumbu karang sangat dekat dengan permukaan air, sehingga tampak jelas keindahannya. Namun, kondisi ini justru mengakibatkan kaki saya beberapa kali tidak sengaja menginjak atau terkena terumbu karang. Kaki saya tergores cukup dalam, terumbu karang agak rusak.
Karena takut “makin merusak” dan memang goresannya terasa sakit, saya memutuskan untuk menjauh dari lokasi yang dekat dengan terumbu karang. Sambil berenang, saya sedikit berbincang dengan pemandu kapal. Ia bilang, ada beberapa terumbu karang yang disebut terumbu karang api, jika terkena terumbu karang jenis tersebut, luka goresan dapat menyebar ke bagian tubuh disekitarnya.
Saya juga mengunjungi Pantai Ujung Gelam dan Pulau Cemara Besar. Dua spot di Karimunjawa yang sepertinya tak pernah terlewatkan oleh wisatawan. Pantai Ujung Gelam memiliki keindahan yang sangat luar biasa untuk lokasi sunset, sebagai orang yang tinggal di wilayah kota yang ramai dan stressful, pantai ini bisa membuat suasana hati saya menjadi tenang.
Melihat matahari yang semakin lama semakin tenggelam sambil ditemani oleh air kelapa dan gorengan yang saya beli dari ibu penjual gorengan, membuat saya ingin berlama-lama atau mungkin tinggal di sini saja. Kalau orang kota tertarik dengan infinity pool di hotel-hotel mewah, Pulau Cemara Besar menawarkan definisi asli dari infinity pool, kedalaman pantai tidak bertambah walau saya sudah berjalan cukup jauh dari pesisir pantai, airnya kurang lebih hanya setinggi pinggang saya.
Saya juga diajak untuk mengunjungi Pulau Menjangan Besar. Ada sebuah tempat yang terkenal dengan sebutan “penangkaran hiu”. Namanya penangkaran, saya pikir hiu-hiu yang ditangkar sedang dalam rehabilitas atau perlindungan untuk melestarikan populasi hiu tersebut. Namun setelah sampai di lokasi banyak pertanyaan yang muncul, “Apakah betul ini tempat penangkaran?” “Bagaimana bisa pemerintah membiarkan hiu yang ditangkar melakukan interaksi secara langsung dengan manusia?” pikir saya heran.
Karena penasaran, saya kembali menanyakan hal ini kepada pemandu. Ia menjelaskan bahawa tempat“penangkaran” ini milik perorangan dan para hiu tidak akan dilepas dalam kurun waktu tertentu.
Saya cukup terkejut dan merenung, “Hal ini seharusnya tidak boleh dilakukan dan dibenarkan, bukan?” Saya juga mendapatkan informasi tambahan dari salah satu penjual baju di Karimunjawa yang aktif menentang perbuatan ini bahwa para hiu diambil dari laut lepas dan diletakan di tempat “penangkaran”. Ia menambahkan bahwa para turis mancanegara biasanya tidak akan di bawa ke tempat penangkaran karena mereka akan marah melihat para hiu yang “dieksploitasi”.
Permasalahan ini sebetulnya sudah pernah ramai di perbincangkan pada tahun 2018 silam, dan tempat penangkaran pun sempat ditutup karena tidak mengantongi izin. Namun entah karena apa dan bagaimana tempat ini sekarang di buka kembali dan beroperasi seperti tidak terjadi apa-apa.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.