Itinerary

Di Bandung Sebenarnya Pelancong Bisa Ngapain Aja, Sih?

Dari zaman baheula, Bandung sudah jadi salah satu lokasi favorit buat liburan. Udaranya yang segar dan pemandangannya yang elok bikin orang-orang dari Jakarta berbondong-bondong ke sana buat melepaskan penat barang beberapa hari.

Tapi, omong-omong, zaman sekarang kamu bisa ngapain aja sih di Bandung?

1. Berburu perlengkapan outdoor

Mungkin nggak berlebihan kalau Bandung disebut sebagai pusatnya kegiatan outdoor Indonesia. Markas Wanadri, perhimpunan penempuh rimba legendaris Indonesia, ada di Bandung. Eiger, vendor peralatan alam-bebas ternama Indonesia, lahir di kota ini.

Maka wajar saja jika Bandung jadi destinasi yang pas buat berburu barang-barang perlengkapan kegiatan outdoor. Salah satu lokasi favorit para petualang Bandung buat beli barang outdoor adalah Jalan Jatayu.

bus bandros di bandung
Warga berkeliling kota menggunakan bus wisata Bandung Tour On Bus (Bandros) di Bandung, Selasa, 22 Desember 2015 via TEMPO/Prima Mulia

2. Keliling Bandung naik Bandros

Kamu bisa keliling Bandung naik bus tingkat Bandros (Bandung Tour on the Bus). Bus ini beroperasi setiap hari dari jam 9 pagi sampai 4 sore. Harga tiketnya murah. Untuk one-trip, kamu cuma perlu bayar Rp20.000. Buat multiple-trip, kamu cuma perlu ngeluarin uang Rp40.000.

Kalau mau naik Bandros, kamu bisa pergi ke selternya di Taman Wali Kota. Di selter, kamu bakal menjumpai Bandros aneka warna yang masing-masingnya akan membawamu melewati rute yang berbeda.

3. Kulineran

Dari dulu, Bandung dikenal sebagai kota orang-orang kreatif. Buktinya, sebagian besar band yang berjaya di Indonesia berproses di Bandung.

Tapi, kreativitas orang Bandung nggak terbatas pada seni musik aja. Soal makanan, misalnya, orang Bandung juga kreatif. Makanya roti bakar Bandung bisa menyebar sampai ke penjuru Indonesia, misalnya Brownies Kukus Amanda. Selain kuliner kontemporer itu, kamu menjajal makanan-makanan yang lebih tua, seperti seperti cuangki, batagor, bubur ayam, dll.

Gedung Merdeka pada malam hari di Jalan Asia Afrika Bandung, Jawa Barat, 19 April 2005 via TEMPO/Usman Iskandar

4. Menelusuri jejak-jejak sejarah

Bandung pernah dibumihanguskan tahun 1946 dulu oleh para pejuang Indonesia yang nggak rela kota ini jatuh ke tangan Sekutu dan NICA. Bandung juga jadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika tahun 1955 dulu. Di kota ini, juga, dulu Bung Karno menuntut ilmu.

Maka banyak banget jejak sejarah yang bisa kamu jumpai di Bandung. Salah satu lokasi favorit adalah Jalan Asia Afrika. Kalau ke Jalan Asia Afrika, jangan lupa mampir ke Museum Asia Afrika.

5. Mampir ke FO

Kiblat fesyen Indonesia adalah Bandung, dari dulu sampai sekarang. Maka, nggak ada kota di Indonesia yang lebih pas buat berburu produk fesyen selain Bandung.

Produk-produk fesyen berkualitas bisa kamu temukan di factory outlet (FO) sekitar Jalan R.E. Martadinata (Jalan Riau) dan Jalan Juanda (Jalan Dago). Tapi, kalau kamu mampir ke kedua jalan itu di akhir pekan, siap-siap berjuang menghadapi kemacetan.

bandung
Warga beraktivitas di kawasan jalur pejalan kaki di Jalan RE Martadinata, Bandung, Jawa Barat, Rabu, 15 Maret 2017 via TEMPO/Prima Mulia

6. Berburu buku

Para pencinta buku mesti mampir ke pasar buku di Jalan Palasari. Tempat ini mirip-mirip Shopping Center di Jogja, tapi nggak bertingkat.

Di Palasari kamu bisa menemukan buku berbagai genre, entah buku baru atau bekas. Menariknya, harganya bisa ditawar. Tapi, untuk mendapatkan buku langka, kamu mesti rela keliling-keliling pasar buku dan mengubek-ubek toko.

7. Mampir ke lokasi syuting film

Bandung sering banget dijadikan lokasi syuting film. Yang terbaru—dan mungkin yang paling diingat orang—adalah film-film Dilan yang diangkat dari novel komedi-romantis karya Pidi Baiq (SMA Neger 20 Bandung, Jalan Citarum). Sebelumnya, film Madre yang diadaptasi dari cerita pendek karangan Dewi Lestari disyuting di Jalan Braga.

Jadi, kapan main ke Bandung?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *