Setelah perjalanan 6 jam dari Sorong dengan Kurabesi, tim ekspedisi EcoNusa COVID-19 Response Raja Ampat tiba di perhentian pertama yakni Kampung Arefi Timur yang berada di Distrik Batanta Utara, Kabupaten Raja Ampat. Pagi itu, kami disambut oleh Fraim Dimara, Wakil Ketua Badan Musyawarah Kampung.

Sambil menunggu Samuel Wospakrik dan Matheos Yacobus Rayar, tim pendahulu yang menemui pemerintah kampung dan mempersiapkan kebutuhan kegiatan di lapangan, tim penyuluh pertanian mulai menyisihkan bantuan yang akan diberikan. Ada pupuk organik—pupuk Petro Bio, pupuk karung, pupuk cair, beragam benih sayuran, alat pertanian—cangkul, sprayer, gunting tanaman, sepatu bot, caping/topi petani, polybag, gerobak sorong, serta masker kain. Sementara itu, tim kesehatan menyerahkan bantuan berupa baju hazmat, masker medis, face shield, dan sarung tangan.

Tiba di Kampung Arefi Timur/Istimewa

Selama pandemi, aktivitas wisata di Raja Ampat lumpuh. Banyak homestay rusak karena tidak pernah ditempati. Oleh karenanya, EcoNusa pun berinisiatif memberdayakan masyarakat Arefi Timur dengan membuat 1.000 unit atap dan dinding dari daun bobo (daun nipah). 200 unit di antaranya dimanfaatkan oleh penginapan-penginapan di Arefi Timur, sedangkan sisanya dibagikan ke beberapa wilayah di Raja Ampat melalui Asosiasi Homestay Raja Ampat.

Penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan

Waktu menunjukkan pukul 8.30 WIT ketika masyarakat di Arefi Selatan dan Arefi Timur berkumpul di sebelah kantor kampung untuk mengikuti penyuluhan kesehatan. Dokter Lalu Rahmat Yuanda Aji (Dokter Nanda) dibantu oleh Destyana (perawat) menjelaskan tentang COVID-19 serta pentingnya menjaga kebersihan diri dalam situasi pandemi. Cara mencuci tangan dan alasan menggunakan masker pun dijelaskan secara sederhana agar dapat diterima oleh seluruh elemen masyarakat Arefi Timur.

Antusiasme warga tercermin dari banyaknya pertanyaan yang mereka ajukan seputar COVID-19. Di antara banyak pertanyaan itu, ada dua yang paling menarik. Pertama, ada yang bertanya soal kebenaran informasi bahwa berjemur di bawah matahari adalah anti-corona alami. Kedua, ada yang menanyakan apakah COVID-19 adalah penyakit dari Rusia. Semuanya dijawab secara jelas oleh Dokter Nanda.

Pengecekan bantuan kesehatan/Istimewa

Menurut Verson Rumbewas, salah seorang warga yang ikut serta dalam penyuluhan kesehatan, kegiatan ini belum pernah ada di Kampung Arefi Timur. Masyarakat mendapat informasi tentang bahaya corona hanya dari berita-berita dan pemberitahuan yang mereka terima ketika sedang berkunjung ke Sorong. Namun, penjelasan rinci terkait corona masih minim sekali.

Usai penyuluhan kesehatan, EcoNusa COVID-19 Response Expedition menggelar pemeriksaan kesehatan secara gratis. Kantor pemerintah kampung disulap menjadi klinik kesehatan dan apotek.

Menurut Dokter Nanda, masyarakat Arefi dominan terkena low back pain (LBP) atau sakit punggung akibat sering membawa beban terlalu berat. Selain itu banyak juga yang terkena ISPA (infeksi saluran pernapasan atas) akibat sering menghirup asap kayu bakar. 

Maikel Rumaseb, mantri Puskesmas Yensawai, bercerita bahwa ISPA dan COVID-19 sempat membingungkan masyarakat sebab gejala keduanya serupa. Namun, sosialisasi terus-menerus yang diupayakan oleh pihak puskesmas membuat masyarakat mulai memahami dan waspada.

Arefi Timur Raja Ampat
Pemandangan udara Arefi Timur/Istimewa

Bertukar informasi soal pertanian organik

Sementara itu, Jemima Desi Wamna dan Utreks Hembring bertukar informasi tentang macam-macam teknik bertani dengan masyarakat Arefi Timur.

Pada dasarnya, Masyarakat Arefi Timur sudah menerapkan pertanian organik. Selama ini mereka menanam tanpa menggunakan pupuk dan bahan kimia buatan lainnya. Hanya saja, metode yang diterapkan, dari mulai pembibitan sampai pemanenan belum terstruktur. Di Arefi Timur sendiri hampir semua dari 249 jiwa (88 kepala keluarga) penduduk berkebun. Semenjak COVID-19 menyapa dan menghentikan aktivitas pariwisata, mereka makin giat berkebun.

“Semoga peralatan pertanian ini bisa dipakai dengan rasa sayang sehingga apa yang ditanam bisa membahagiakan bapak-ibu semua,” ungkap Matheos Yacobus Rayar.

Matahari hampir tenggelam ketika kami kembali menaiki Kurabesi untuk melanjutkan perjalanan menuju Pulau Urbinasopen. Kira-kira, apakah perjalanan selanjutnya akan semulus hari ini?


Pada September 2020, M. Syukron dari TelusuRI mengunjungi beberapa lokasi di Raja Ampat untuk melihat langsung dampak pandemi COVID-19 di wilayah tersebut dalam ekspedisi bersama EcoNusa. Tulisan ini merupakan bagian dari seri catatan perjalanan itu. Nantikan terus kelanjutannya di TelusuRI.id. 

Tinggalkan Komentar