ItinerarySemasa Corona

Berani Pergi ke Bangka Belitung Semasa Corona

Aku tim #dirumahaja sejak Maret tahun lalu.

Betul, hampir setahun lalu. Hidup di kosan memang penuh dengan sakit pinggang, inisiasi hobi baru supaya nggak bosan-bosan amat, dan kadang, mata perih karena terlalu sering berada di depan gawai.

Baru setelah nyaris setahun, aku berani traveling lagi. Tak tanggung-tanggung, destinasi pertamaku di masa pandemi ini berada di luar pulau Jawa. Runtuh sudah niatan untuk tidak menjalani tes usap sampai pandemi selesai karena pada perjalanan kali ini, mau tidak mau aku harus melakukannya setidaknya tiga kali.

Di perjalanan kali ini, aku berangkat bersama rombongan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Ke mereka juga aku mempercayakan keselamatan diri dari virus COVID-19.

Swab antigen pertama kujalani sambil meringis-ringis karena bingung dengan sensasinya, tapi lega karena aku masih negatif dan punya izin jalan. Hasil itu diverifikasi di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, satu jam sebelum terbang ke Bangka Belitung. Sampai di sana, aku menyodorkan QR Code dari aplikasi e-HAC yang sudah diisi sebelumnya dengan identitas diri dan detail perjalanan.

Sulit? Gak sama sekali ternyata.

Dunia sudah berputar sebelas bulan lebih sejak terakhir kali aku bisa menapakkan kaki secara bebas tanpa rasa khawatir. Aku tidak tahu bagaimana dengan tempat lain, pada dasarnya aku pun bukan seseorang yang bepergian sesering itu. Tapi bahkan Jakarta, di mataku, terasa asing dengan orang-orang yang memberi jarak dan berjalan lebih cepat dari biasanya. Menutup wajah mereka alih-alih menegakkannya dengan rasa percaya diri.

Jantungku berdebar kuat saat mendapatkan tawaran perjalanan ini. Memikirkan itinerary yang entah cocok atau tidak dengan tubuh tak terlatihku, memikirkan bawaan yang harus ekstra karena pandemi, memikirkan protokol kesehatan dan seabrek dokumennya. Yang ternyata tidak sesulit itu.

Tes usap antigen ternyata tidak sesakit yang aku bayangkan, prosesnya juga tidak lama. Hasil tes pun bisa didapatkan segera. Aku rasa, tes usap saat ini jauh lebih mudah daripada pas awal-awal pandemi dulu. Kini kita bisa menjalani tes usap di klinik-klinik terdekat, proses pemesanan antrian pun juga mudah, bisa dilakukan melalui aplikasi kesehatan seperti Halodoc.

Selain tes usap buat kamu yang akan melakukan perjalanan dalam negeri melalui jalur laut atau udara wajib banget punya kartu electronic-Health Alert Card (HAC). Kartu ini bisa kamu unduh lewat aplikasi e-HAC di Google/Apple Store. Bisa juga diakses lewat inahac.kemkes.go.id.

Verifikasi dokumen yang dibutuhkan juga hanya hasil tes saja beserta kartu identitas. Aplikasi e-HAC sangat mudah digunakan, bisa diisi dengan cepat sebelum berangkat, begitu boarding pass sudah keluar.

Sisanya tentu saja dilanjutkan dengan protokol kesehatan yang dianjurkan, menjaga jarak, memakai masker—bahkan di dalam bus, mencuci tangan sebelum dan sesudah mengunjungi destinasi wisata, serta menggunakan hand sanitizer sebelum memegang apapun. Menariknya, kadang hal-hal yang justru terdengar mudah ini, malah lebih sulit dilakukan karena butuh kedisiplinan dari masing-masing individu. Tapi ternyata semakin dibiasakan, semakin otomatis protokol kesehatan tersebut dijalani tanpa merasa terbebani.

Kami sudah dua hari di Pulau Bangka dan akan langsung mencari tempat cuci tangan begitu turun dari bus. Menggunakan masker setiap saat, kecuali untuk sesi foto sendiri-sendiri. Tidak berjalan dengan kerumunan yang rapat. Dan mengecek suhu badan setiap masuk tempat baru.

Aku yang punya kebiasaan lupa pakai masker di awal pandemi ketika ambil Go-Food di depan kosan pun takjub dengan diri sendiri yang tiba-tiba mulai terbiasa dengan segala macam protokol kesehatan ini.

Pandemi ini menulis ulang cara kita semua untuk tetap berkegiatan.

Di awal kemunculannya, semua orang bingung untuk menyesuaikan diri. Sekarang, semuanya adalah kewajiban tanpa tapi.

Bepergian jauh kala pandemi selain apa yang kujabarkan diatas sesungguhnya tak banyak berbeda dengan bepergian pada umumnya. Pengalaman perjalanan di tempat wisata sambil bercengkrama dengan teman perjalanan hampir tidak ada yang berubah, tetap sama.

Perjalanan cukup lancar hingga kami tiba di Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang. Cuaca cerah agak berawan di hari pertama, angin cukup kencang, tidak ada hujan hingga semua kegiatan berakhir.

Selama perjalanan, aku bahkan lupa kalau sebelum berangkat sempat panik dengan segala macam protokol kesehatan yang dijalankan. Selanjutnya, aku akan cerita tentang penerapan protokol kesehatan di tempat wisata sekitar Bangka – Belitung dan melihat seperti apa kondisi pariwisata di sana. Nantikan, ya!

Mengambil gambar untuk menyimpan memori. Bepergian untuk eksplorasi diri. Menulis sambil melepas penat dan rasa sepi. Mau cerita? Yuk, ngopi!

Mengambil gambar untuk menyimpan memori. Bepergian untuk eksplorasi diri. Menulis sambil melepas penat dan rasa sepi. Mau cerita? Yuk, ngopi!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Situasi di Arborek Tanpa Wisata, Mau Bikin Apa?