Itinerary

Langkah Awal Menjadi Seorang Content Creator

Di penghujung bulan Februari kemarin, Sekolah TelusuRI berkolaborasi dengan Hore Hutan—sebuah program dari Hutan Itu Indonesia, mengadakan webinar dengan tema “Basic Skill for Content Creator”. Acara ini menghadirkan Yovita Ayu, seorang travel influencer sebagai narasumber.

Kalau bicara tentang pertumbuhan dunia digital, beberapa tahun belakangan ini istilah content creator muncul sebagai salah satu aspek pendukung. Nggak cuma sekedar membuat konten, content creator acap kali punya pengaruh cukup besar untuk “mempengaruhi” orang lain dan memunculkan peluang bisnis. Bahkan, nggak sedikit anak muda yang menjadikan content creator sebagai karir utama. 

Untuk teman-teman yang ingin mendalami profesi content creator dan menghasilkan konten-konten menarik, Yovita Ayu punya beberapa tips yang bisa yang bisa teman-teman ikuti. Simak ya!

Memulai dengan Personal Branding Canvas

Sebelum membuat konten, hal pertama yang harus diketahui adalah mengetahui “siapa aku sebenarnya?” Untuk membantu menjawab pertanyaan ini, kita bisa mengisi Personal Branding Canvas yang dibagikan oleh Yovita saat kelas berlangsung.

Personal Branding Canvas
Personal Branding Canvas/Yovita Ayu

Mula-mula, kita jawab dulu bagian “siapa diri kamu?” Untuk menjawabnya, bisa dimulai dengan mengungkapkan hal-hal yang paling umum tentang diri kita seperti pekerjaan, lalu beralih ke hal-hal yang lebih personal seperti kepribadian, keseharian, minat, dan lainnya.

Yovita mencontohkan deskripsi mengenai “diri” seperti yang Rangga dan Cinta kisahkan pada film “Ada Apa dengan Cinta?”.

Cinta: “Saya adalah seorang pekerja lepas di bidang penulisan dan produksi film. Saya adalah seorang yang selalu ingin belajar, suka dengan hal baru, dan bertemu orang. Sehari-hari, saya menulis content untuk berbagai brand untuk media sosial atau website, dari rumah bersama kucing saya. Saya suka buku fiksi, sketching, and all about kocheng!

Atau seperti,

Rangga: “Saya adalah seorang aktivis lingkungan. Sehari-hari, saya mengurus operasional dari sebuah perusahaan non profit yang bergerak di isu lingkungan di Indonesia. Saya suka dengan fotografi, backpacking, dan sejarah Indonesia. Saya tidak suka ketidakadilan, lingkungan yang terbengkalai banyak sampah, dan orang-orang yang tidak toleransi satu sama lain.”

Lalu untuk lebih mengenal diri sendiri kita juga harus menjawab pertanyaan, “apa keahlian dan hobi kamu?” Coba telusuri lebih dalam ke diri sendiri, apa keahlian atau hobi yang paling kamu banggakan dan ingin kamu bagikan ke orang lain. Dan apakah keahlian atau hobi kamu bisa berguna untuk orang lain. 

Sebagai contoh nih, “Saya suka dengan fotografi, khususnya berkaitan dengan alam dan budaya. Saya bisa dan suka mengaitkan sejarah Indonesia dan dunia dengan peradaban kita hari ini. Saya suka sharing ilmu dan cerita dengan teman-teman saya.”

Jabarkan manfaat apa yang bisa didapatkan orang lain dari hobi kita. Misalnya, dengan hobi makan—kamu bisa merekomendasikan menu makanan enak dari suatu tempat, yang bisa memudahkan orang untuk memilih menu apa yang akan mereka makan. Sama halnya dengan hobi-hobi yang lain.  

Setelah mengetahui keahlian atau hobi yang ingin dibagikan, kamu juga harus tau bahwa kamu punya nilai (value). Nilai sangat dibutuhkan dalam aspek membangun diri, sehingga kamu tahu bahwa nilai itu yang akan selalu ada dan akan selalu kamu bawa dalam semua hal yang kamu lakukan.

Contoh nilai yang ada dalam diri Rangga adalah petualangan, keindahan, pengetahuan, spiritualitas, dan bermanfaat. Kamu bisa mengeksplorasi lebih banyak lagi mengenai nilai tentang “diri” versi kamu. Ketika kamu punyai nilai, hal ini tidak hanya bermanfaat untuk sekedar membuat konten saja, namun juga bermanfaat di kehidupan kamu secara umum. 

Personal Branding Canvas

Untuk mengenal diri sendiri, kadang kita juga butuh orang lain untuk ikut memberikan pendapatnya tentang diri kita. Maka, kita harus menjawab pertanyaan “apa sih yang dikatakan orang lain tentang kamu?”

Kalau versi Cinta, dia bilang “Katanya, saya itu bisa jadi pendengar yang baik untuk teman-teman saya. Katanya, saya itu ceriwis dan berisik kalau sudah kenal dengan orang. Katanya, saya itu punya selera humor yang receh.”

Dan dalam hal ini, kita cukup untuk mendengar sesuatu yang positif-positif aja, yang negatif bisa kita simpan dan jadikan motivasi untuk lebih baik kedepannya. Dengan ungkapan positif, teman-teman bisa menemukan versi diri yang akan teman-teman bagikan kepada audience.

Lalu poin selanjutnya adalah pencapaian. Jadi kamu bisa mulai dengan menjawab pertanyaan “hal apa yang ingin kamu raih dalam hidup ini? Bisa untuk diri kamu sendiri atau untuk orang lain.”

Nah kalau Rangga sendiri, dia bilang “Saya ingin menjadi sosok yang bisa mengangkat keindahan alam Indonesia dan pentingnya kelestarian alam, menginspirasi orang-orang untuk kenal dan bisa ikut mendukung aksi sadar lingkungan, melalui fotografi.”

Kalau kamu tidak punya misi atau tujuan, nanti apa yang kamu lakukan tidak akan bisa terarah.

Ketika semua poin sudah dijawab sesuai dengan apa yang ada dalam diri kamu, kamu bisa membangun sebuah Personal Branding Statement, dengan rumus sebagai berikut:

“Aku adalah seorang ( #1 + #5 ) yang percaya bahwa ( #4 ) itu penting agar dapat menjadi ( #6) di dunia ini.”

Dan last but not least, baru deh kamu bisa membuat konten yang ingin kamu bagikan ke dunia maya, berdasarkan Personal Branding di atas.  

Dan satu hal yang nggak kalah penting adalah,

“All good thoughts and ideas mean nothing without action.” — Yovita Ayu

Personal Branding Canvas

Storytelling is the key

Setelah teman-teman sudah memutuskan konten yang akan digarap, ada satu tips yang nggak kalah penting yaitu story atau cerita. Storytelling is the key.

“Kalian bercerita, karena konten yang visual banget tapi nggak ada alur ceritanya, nggak ada captionnya, sama aja bohong. Kosongan. Orang bakal bingung dengan apa yang ingin kamu sampaikan,” jelas Yovita.

Membuat konten dengan visual menarik emang penting, tapi ceritanya jauh lebih penting. Dan menulis adalah salah satu skill yang dibutuhkan untuk membuat konten.

Membuat perencanaan (planning)

Tips selanjutnya adalah membuat perencanaan. Hal ini perlu banget dilakukan karena akan berpengaruh pada berjalannya konten yang akan dibuat. Fungsi dari perencanan sendiri adalah agar konten yang sudah kita buat dapat terarah, apik, dan punya waktu untuk produksi.

Yovita bilang, “Semua dalam hidup jika tidak direncanakan akan buyar.” Hal tersebut juga berlaku kalau kita akan membuat konten, sehingga segala sesuatunya tidak saling bertabrakan. Hari ini kita bikin konten apa, besok apa, harus beda, dan sebisa mungkin menyesuaikan dan memanfaatkan momen yang sedang ada.

Teman-teman bisa menggunakan aplikasi seperti UN UM untuk membantu membuat perencanaan konten yang akan diunggah ke media sosial supaya tampilan visualnya lebih apik. Tapi perlu diingat, plan without execution is nothing.

Production and Editing.

Zaman sekarang, membuat sebuah konten nggak butuh alat-alat mahal dan ribet. Sebagai pemula, kamu bisa ngonten dengan hanya bermodal ponsel dan beberapa aplikasi pendukung, seperti; untuk foto kamu bisa pakai Lightroom, Snapseed, VSCO, Tezza, dsb; untuk video, bisa menggunakan Inshot, FilmoraGO,  Adobe Premiere Rush, dsb.

Kalau kamu ingin membuat konten yang lebih terlihat efek-efek grafis seperti quotes, infografis, kamu bisa menggunakan Unfold, Canva atau Story Art. 

Riset

Kita juga perlu research kapan waktu yang pas untuk mengunggah konten yang sudah kita buat ke media sosial. Karena konten yang bagus jika ditayangkan di waktu yang tidak tepat akan terlewat oleh banyak orang.

Kamu juga bisa menggunakan hashtag yang relevan dengan konten yang dibuat, karena banyak orang yang mencari sesuatu dengan menggunakan hashtag

Feedback

Sesekali, kita juga butuh feedback dari audience, maka jangan ragu untuk menggunakan fitur-fitur seperti QnA, atau Polling. Kita bisa nanya ke audience, kita-kira mereka lebih suka A atau B, atau bisa sharing tentang hal apapun, agar kita juga punya insight baru dan lebih mengenali karakter audience kita. 

Ada peserta yang bertanya ke Yovita, “Bagaimana caranya agar kita mampu untuk tetap bertahan dan memberikan konten yang tidak mainstream?”

Saran dari Yovita, “Kita bisa memulai dengan research, dengan research kita bisa tau kebutuhan audience seperti apa, kalian tetap bisa menemukan keunikan kalian, kalau kalian nggak berhenti untuk ngulik dengan cara apapun.”

Jadi untuk kamu yang ingin jadi content creator, keep update dengan segala hal yang terjadi di luar sana, jangan berhenti saat sudah menentukan personal branding. Ini hanyalah langkah awal, langkah selanjutnya yakni bisa survive dengan konsep konten yang dibuat dan tidak berhenti untuk terus mengeksplorasi dan berinovasi, tapi selalu memegang keunikan yang sudah kamu punya. Selamat mencoba!


Hore Hutan x Sekolah TelusuRI: Basic Skill for Content Creator merupakan kelas diskusi kolaborasi antara Hutan Itu Indonesia dan TelusuRI.

Seorang yang mencoba memberanikan diri untuk melupakan pantai, sehingga dapat menemukan samudra baru.

Seorang yang mencoba memberanikan diri untuk melupakan pantai, sehingga dapat menemukan samudra baru.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *