Events

Ayo Tebus Jejak Karbon Perjalanan Kamu bersama #TravelCooler

Manusia, makhluk yang meninggalkan jejak karbon lebih banyak daripada makhluk lainnya. Segala aktivitas dan rutinitas sehari-hari yang kita lakukan pasti meninggalkan jejak karbon termasuk ketika melakukan perjalanan. Perjalanan—atau yang lebih spesifik lagi perjalanan wisata—kini telah menjadi agenda sejuta umat dalam rangka memenuhi banyak hal; sekedar melepas penat, mencari sesuatu yang baru, mengekspresikan diri dan lain sebagainya. Namun, tahukah kamu bahwa  8% dari total karbon dunia dihasilkan oleh para pejalan? 

Tanpa sadar, kegiatan yang kita lakukan selama melakukan perjalanan seperti berkendara, mengunjungi suatu tempat, makan, bermalam, hingga memesan tiket pesawat secara daring melalui ponsel atau laptop—telah berkontribusi menghasilkan jejak karbon yang turut menjadikan bumi semakin hangat.

Melihat latar belakang tersebut, Bumi Journey—program dari Carbon Ethics, sebuah organisasi non profit yang bertujuan untuk mengurangi krisis iklim dan melakukan konservasi Blue Carbon (mangrove)—menginisiasi #TravelCooler, kampanye yang mengajak para pejalan bertanggung jawab terhadap jejak karbon baik ketika melakukan perjalanan ataupun sesudahnya. Hal ini sejalan dengan misinya untuk menciptakan tren perjalanan ramah iklim (climate positive trip) di Indonesia. 

Bumi Journey
Penanaman mangrove/Bumi Journey

Plan, Reduce, Offset: Bikin Perencanaan Sebelum hingga Sesudah Perjalanan

Mengusung tagline plan, reduce, offset, Bumi Journey mengakomodir perjalanan ramah iklim. Kalau biasanya sebelum melakukan perjalanan, kita membuat itinerary, kali ini pun sama. Hanya saja, kali ini kita bisa menambahkan perhitungan jejak karbon yang akan dihasilkan dari perjalanan tersebut. Misalnya saja dengan mempertimbangakan apa saja barang bawaan, transportasi, serta kegiatan yang akan dilakukan. Perencanaan matang akan membuat kita tahu seberapa banyak karbon yang kita hasilkan.

Selain itu, dengan membuat perencanaan matang, kita juga bisa mengurangi (reduce) apa saja yang dapat kita kurangi untuk membantu menurunkan kadar emisi karbon dari setiap perjalanan. Misalnya, dengan sekedar mengurangi jumlah pakaian yang dibawa. Semakin banyak pakaian yang kita bawa, maka semakin besar pula bagasi yang dibutuhkan untuk menampung pakaian, yang ujung-ujungnya akan memakan lebih banyak karbon.

Selain itu, kita juga bisa memilih transportasi ataupun aktivitas yang menghasilkan jejak karbon lebih sedikit. Atau, bisa juga mengurangi jejak karbon dengan membeli makanan lokal, karena bahan makanan berasal dari daerah tersebut sehingga tidak membuang emisi besar dalam hal transportasi.

Bumi Journey
Penanaman mangrove/Bumi Journey

Karena setiap perjalanan selalu menghasilkan karbon, sebagai pejalan bijak, kita bisa lho menebus “dosa” karbon tersebut. Salah satu caranya yakni dengan menanam mangrove atau mudahnya, kita bisa memberikan donasi pada situs seperti Carbon Ethics, LindungiHutan, Sustaination, Donate for Nature, dan situs lain yang serupa yang menyediakan jasa carbon offsetting.

Mangrove dipilih karena memiliki daya serap dan simpan karbon sangat tinggi, yakni sekitar 4 sampai 12 gigaton karbon per tahun. Hutan mangrove juga belum dimaksimalkan secara potensi, padahal hutan mangrove bisa menjadi rumah bagi biota laut. Selain itu, kini luas hutan mangrove dunia yang hanya 0,4% dari luas hutan dunia ini terus merosot. 

Pemilihan ketiga pilar tersebut bukan tanpa alasan. Menurut Faiz, Marketing  Manager Bumi Journey, semuanya adalah tentang pola pikir. Merubah kebiasaan sebelumnya yang telah mengakar jauh sebelum kita mengenal ‘tebus karbon’ adalah hal yang utama. “Plan your transport & accommodation, kemudian reduce during travel by watching our FET (Food, Electricity & Transport), karena ini juga lumayan banyak kontribusinya,” paparnya.

Harapannya sederhana, dengan kampanye ini, orang-orang lebih mengerti segala tindak tanduk kita, termasuk traveling, menghasilkan karbon yang berbahaya bagi kehidupan di bumi. “Kita berharap #TravelCooler bisa menjadi awal dari gerakan besar traveling yang climate friendly,” ungkapnya. 


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Pariwisata Inklusif versus Eksklusif, Menang Siapa?