Minggu pagi menjelang siang (25/8/2024), langit terlihat membiru, dengan hiasan sejumlah awan putih di beberapa bagiannya, saat ratusan orang memadati jogging track Lapangan Gasibu, Bandung, Jawa Barat. Tua-muda, besar-kecil, berlarian mengelilingi lapangan tersebut.

Ada yang berlari dalam tempo cepat, ada yang dalam tempo sedang. Tak sedikit pula yang berlari lebih lambat. Namun, ada juga sebagian yang cuma berjalan kaki untuk beberapa putaran. Mereka yang telah menyelesaikan joging, sebagian terlihat melakukan pendinginan di teras selatan Gasibu.

Sejak Gasibu direnovasi dan memiliki jogging track, antusiasme warga untuk berlari di Lapangan Gasibu agaknya semakin meningkat. Adanya jalur khusus joging tersebut membuat warga kini lebih nyaman berolahraga di Gasibu. Apalagi, saat ini para pedagang kaki lima (PKL) mingguan sudah tak boleh lagi berjualan di Gasibu, sehingga warga semakin leluasa melakukan aktivitas olahraga mereka.

Gasibu, Lapangan Multifungsi yang Sempat Tertutup Tenda Biru
Warga melakukan aktivitas olahraga di Lapangan Gasibu/Djoko Subinarto

Gasibu Dulu, Gasibu Kini

Dulu, saban Minggu para PKL menyemut di Lapangan Gasibu. Saban Minggu pula, nyaris seluruh bagian lapangan itu tertutup tenda biru, yang dijadikan naungan tempat para PKL berjualan. Akibatnya, jalanan di sekitar Gasibu menjadi sangat macet. Kendaraan yang melintas harus merayap pelan, terjebak di antara keramaian pengunjung dan PKL Gasibu yang meluber hingga ke ruas jalan di sekitarnya.

Kondisi tersebut sering kali menimbulkan keluhan dari warga masyarakat. Apalagi bagi mereka yang hendak melintas atau bahkan ingin menikmati panorama Gasibu dan Gedung Sate tanpa gangguan kemacetan sama sekali.

Untungnya, tatkala Kang Emil—sapaan akrab Ridwan Kamil—mulai menjabat sebagai Wali Kota Bandung, salah satu misi yang dibawanya adalah melakukan penataan Gasibu. Termasuk mensterilkan Gasibu dari serbuan para PKL. Kini hasilnya bisa dirasakan oleh warga yang rutin berolahraga di lapangan ini.

Ditilik dari perjalanan sejarahnya, Lapangan Gasibu merupakan salah satu warisan dari pemerintah Hindia Belanda. Awalnya, lapangan ini bernama Wilhelmina Plein. Namun, pascakemerdekaan Indonesia, namanya kemudian berganti menjadi Lapangan Diponegoro. 

  • Gasibu, Lapangan Multifungsi yang Sempat Tertutup Tenda Biru
  • Gasibu, Lapangan Multifungsi yang Sempat Tertutup Tenda Biru

Meski demikian, sejak tahun 1950-an, lapangan ini lebih terkenal dengan nama Lapangan Gasibu. Pasalnya, kala itu ada sebuah perkumpulan sepakbola bernama Gabungan Sepakbola Indonesia Bandung Utara (Gasibu) yang rutin berlatih di sini. Hal tersebut membuat orang-orang menyebutnya sebagai Lapangan Gasibu sampai sekarang.

Dari segi fungsi, Lapangan Gasibu sesungguhnya bukan hanya sekadar tempat untuk olahraga. Sebagai ruang terbuka di pusat Kota Bandung, Gasibu juga sering digunakan untuk berbagai acara besar, seperti konser musik, pameran seni, upacara peringatan hari-hari besar nasional, hingga kampanye politik menjelang Pemilu. Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah salah satu figur yang sempat berkampanye di Gasibu saat Pemilu 2004. Saat itu SBY mampu menarik ribuan pendukung dan simpatisannya untuk hadir di lapangan tersebut.

Karena lokasi yang strategis, serta fleksibilitas Gasibu sebagai lapangan multifungsi, menjadikannya sebagai salah satu ruang publik penting di Bandung. Ditambah dengan latar belakang Gedung Sate yang ikonis di sisi selatan, membuat Gasibu memiliki nilai simbolis dan keterikatan yang kuat dengan Kota Bandung dan Provinsi Jawa Barat.

Gasibu, Lapangan Multifungsi yang Sempat Tertutup Tenda Biru
Gedung Sate jadi latar ikonis di selatan Lapangan Gasibu/Djoko Subinarto

Gasibu dan Demonstrasi

Keberadaan Gasibu yang satu kompleks dengan pusat pemerintahan membuatnya akrab pula dengan beragam aktivitas demonstrasi yang dilakukan berbagai elemen masyarakat. Gasibu setidaknya rutin menjadi titik temu bagi para demonstran, terutama ketika mereka hendak menyampaikan aspirasi mereka ke pemerintah maupun DPRD Jawa Barat. Sebagai gambaran, persis di seberang selatan Gasibu terletak Gedung Sate, pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat, dan di sebelah barat terdapat Gedung DPRD Provinsi Jawa Barat.

Gasibu sering dipilih sebagai titik awal aksi-aksi demonstrasi. Bukan hal yang aneh bagi warga Bandung tatkala kerap melihat ratusan orang berkumpul di Gasibu untuk menyuarakan tuntutan atau dukungan mereka terhadap berbagai isu sosial, budaya, politik, maupun ekonomi.

Dan bukan hal yang ganjil pula, setiap ada aksi demonstrasi, jalan di sekitar Gasibu dan Gedung Sate biasanya ditutup untuk sementara waktu. Tujuannya menjaga kelancaran aksi demonstasi dan keselamatan para peserta demonstrasi serta pengguna jalan lainnya. Akibatnya, kendaraan yang hendak melintas di sekitar area Gasibu dan Gedung Sate harus mencari rute alternatif, yang kerap menyebabkan kemacetan di ruas-ruas jalan sekitarnya.

Sayangnya, setiap kali aksi demonstrasi usai, lapangan dan area sekitar Gasibu sering dipenuhi sampah berserakan. Mulai dari poster, spanduk, botol minuman, sisa makanan, hingga puing-puing ban bekas yang dibakar. Tentu saja, kondisi tersebut menimbulkan keprihatinan dari sejumlah elemen masyarakat dan para petugas kebersihan. Mereka harus bekerja ekstra untuk membersihkan Lapangan Gasibu. Memastikan lapangan bersejarah ini kembali menjadi tempat yang bersih dan nyaman bagi publik, tanpa terkecuali.


Referensi:

1) Bahari, Iky. (2022, 13 April). Lapangan Gasibu dengan Ceritanya. INFOBDG.COM, https://www.infobdg.com/v2/lapangan-gasibu-dengan-ceritanya/.
2) Metrum. (2019, 16 Maret). Sejarah Terbentuknya Lapangan Gasibu. https://metrum.co.id/sejarah-terbentuknya-lapangan-gasibu/.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Tinggalkan Komentar