Memilih dan Memilah Kawan Pendakian

Memilih kawan perjalanan dalam mendaki agak rumit, serumit mencari jarum ditumpukan jerami. Kawan pendakian ini akan turut menentukan nasib kita di perjalanan, apakah pendakian akan berjalan dengan aman dan lancar,  atau malah terjadi hal yang tidak diinginkan.

Beberapa kecelakaan yang terjadi di gunung seperti ditinggal rombongan, tersesat, hilang, ataupun meninggal dunia; hampir semua terjadi karena ketidaksiapan menghadapi medan alam bebas. Sepatutnya, semua anggota tim pendakian harus menyadari bahwa alam bebas bukanlah seperti rumah yang aman dan sentosa, ada banyak tantangan yang tersedia seperti cuaca, medan, dan lingkungan yang bervariasi. 

Ada beberapa tips dari Khaerul Ikhwan atau Arul, admin Pendaki Indonesia—salah satu akun instagram populer yang membahas tentang pendakian gunung di Indonesia. Arul ingin semua orang mulai memahami bagaimana dan dengan siapa kita naik gunung, untuk meminimalisir resiko yang kita hadapi.

Pentingnya Penentuan Tim dalam Pendakian

Arul berpendapat bahwa penentuan tim dalam pendakian merupakan hal yang penting. Penentuan ini bukanlah soal memilih-milih teman, tetapi merupakan bagian dari manajemen perjalanan. Penentuan tim dalam perjalanan harusnya juga sudah mutlak ditentukan sebelum perjalanan dimulai.

Kesalahan yang sering dilakukan oleh pendaki jaman sekarang adalah mencari teman pendakian tanpa mengetahui latar belakang orang tersebut. Mudahnya akses sosial media dan grup-grup pendakian yang berseliweran membuat banyak orang mudah berkenalan. Seperti pisau bermata dua, hal ini bisa jadi sisi negatif dan positif secara bersamaan.

Idealnya, kita harus bisa mengenali satu sama lain sebelum berangkat. Sekurangnya kita sudah mengetahui sedikit karakter teman perjalanan kita untuk antisipasi mengimbangi mereka.

Pembagian Jobdesk dalam Pendakian

Gunung-gunung sekarang, terutama di daerah Jawa, menurut Arul sudah lebih mudah daripada dekade yang lalu. Jalur yang terlihat jela, rute yang dipetakan, papan penanda pada setiap pos membuat pendakian jaman sekarang terlihat jauh lebih mudah. Namun karena lebih mudah, bukan berarti kita menganggap remeh kegiatan mendaki.

Harus tetap ada pembagian tugas seperti  yang menjadi pemimpin rombongan, logistik, navigator, sweeper. Pembagian seperti ini dimaksudkan untuk mempermudah rombongan dalam menata tugas sehingga semua fokus pada tugas masing-masing dan dapat meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan sewaktu pendakian berlangsung. 

Tugas Bersama Komunitas dan Organisasi

Seiring bertambahnya minat pada kegiatan mendaki, dan tidak semua orang memiliki pengalaman yang sama, menurut Arul sudah seharusnya komunitas-komunitas pendakian mengedukasi lingkungan terdekatnya. Semisal suatu kota tertentu ada komunitas pendakian setidaknya mereka bisa menjadi wadah berkumpul pendaki senior-pemula dan mengadakan acara edukasi tentang pendakian untuk memberi wawasan bagaimana cara pendakian yang benar.

Dan untuk pemula, diharuskan untuk mencari referensi-referensi pendakian dan ilmu-ilmu dasarnya untuk membekali diri. Di zaman banjir informasi seperti ini, seharusnya tidak menjadi masalah dalam mencari ilmu tambahan sebagai bekal persiapan. Termasuk pintar dalam memilih teman pendakian yang membuat nyaman di perjalanan.

kawan pendakian
Pendaki di Puncak Gunung Sibayak, Kabupaten Karo via TEMPO/Kink Kusuma Rein

Pendaki Pemula dan Pendaki Senior

Mudahnya kegiatan mendaki dilakukan bukan berarti seorang pemula dapat melangkah begitu saja. Arul menekankan hendaknya dalam setiap perjalanan didampingi oleh pendaki yang berpengalaman atau yang berkompeten. “Kejadian tak terduga kemungkinan besar akan terjadi dan bagaimana penanganannya, pendaki yang sudah memiliki pengalaman lebih tahu, meskipun jalurnya ramai, kita tidak bisa memastikan keadaannya baik-baik saja,” tutur Arul.

Peran Sosial Media 

Peran krusial akun-akun sosial media yang menunjukkan keindahan gunung dan aktivitas mendaki disadari Arul membawa tanggung jawab besar. Tanggung jawab edukasi juga dipanggul oleh akun-akun pendakian kepada para audiensnya.

Tidak hanya membagikan foto-foto pemandangan yang indah, perannya juga harus meliputi pendidikan dan pengajaran seputar pendakian.

Menurut Arul membuat konten-konten yang sarat nilai edukasi susah susah gampang. “Konten dengan muatan edukasi biasanya interaksinya kecil, jadi harus diselingi dengan konten-konten lainnya, intinya sebagai media memainkan tanggung jawab yang besar,” papar Arul. 

Tanpa Teman, Pendakian Solo Bolehkah?

Ketika selektif memilih teman yang diajak untuk mendaki, kemungkinan besar akan mengalami satu hal; tidak ada teman dan akhirnya memilih jalan sendiri. Menurut Arul pendakian sendiri sangat tidak direkomendasikan, baik untuk pemula maupun yang berpengalaman.

“Dalam pendidikan, tidak disarankan untuk melakukan pendakian seorang diri, minimalnya tiga orang, teorinya ketika satu orang kecelakaan, satunya bisa menunggunya dan satu orang lainnya bisa mencari bantuan,” papar Arul.

Untuk pemula, seandainya kesusahan dalam mencari teman seperjalanan, sangat boleh untuk mengikuti open trip. Banyak yang menyelenggarakan open trip, sebelum memesan tempat, sebaiknya mencari tahu latar belakang serta ulasan mengenai open trip  tersebut.

“Harus mencari tahu open trip tersebut profesional tidaknya, berkompeten atau tidak, karena banyak juga open trip yang murah tetapi tidak mengetahui bagaimana pertanggungjawabannya di lapangan,” jelas Arul.

Tanggung jawab saat mengadakan open trip sangatlah besar karena membawa banyak orang sekaligus dalam satu tim.

Kelalaian Menyebabkan Kecelakaan

Banyak sekali kejadian tersesat atau hilangnya pendaki yang sebagian besar disebabkan oleh kelalaian dalam mengambil keputusan. Dalam tim yang terdiri dari berbagai tugas, seharusnya bisa meminimalisir kejadian seperti ini terulang. Sebagai pendaki, kita juga harus menurunkan ego selama pendakian berlangsung. Di sinilah peran pendamping yang berpengalaman dibutuhkan untuk memberi arahan dan masukan kepada anggota yang memaksakan kehendak padahal keadaan tidak mendukung.

“Inilah edukasi yang dibutuhkan, bagaimana memilih teman pendakian, kemudian bagaimana menyikapi diri sebagai tim yang tidak pernah meninggalkan anggotanya.” Tim yang baik tidak pernah meninggalkan anggota timnya sendirian.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Tinggalkan Komentar