Jika ditanya soal makanan khas Minang, pasti yang terbersit di pikiran adalah rendang dan kawan-kawannya. Makanan khas Minang dikenal memiliki rasa rempah-rempah yang kuat dan sangat merasuk ke dalam bahan makanannya sehingga lebih kaya rasa. 

Mungkin alasan inilah yang membuat salah satu juru masak dunia, Gordon Ramsay, datang ke Minang untuk eksplorasi kulinernya. Akhirnya saya memutuskan untuk datang ke Padang via udara untuk berburu kuliner legendaris selama satu minggu ke depan. Makanan apa saja yang saya cicipi? Simak di bawah ini.

1. Rendang

rendang

Warteg Hipster di Bandung

Sesampainya di Bandara Internasional Minangkabau, saya buru-buru naik taksi untuk mencicipi kuliner Minang yang pertama, yaitu rendang. Bisa dibilang di sini sebagai kampung halamannya rendang-rendang yang ada di seluruh penjuru Indonesia, jadi harusnya memiliki rasa yang lebih autentik dan khas. 

Kuliner ini juga pernah menyabet posisi pertama sebagai makanan terenak dunia versi CNN International tahun 2011. Selain enak, ternyata rendang juga bisa bertahan sangat lama bahkan sampai berminggu-minggu jika dipanaskan secara rutin. 

Tak ingin basa-basi, saya menuju ke salah satu restoran yang terkenal dengan rendangnya yaitu Restoran Selamat yang ada di Jalan Pasar Raya No. 7, Padang Barat. Menurut beberapa rekomendasi, rendang di sini memang yang paling enak di Sumatera Barat apalagi bumbunya lebih merasuk dan kuat.

Ini dibuktikan saat rendang sudah tersaji di depan saya, terlihat rendang dengan bumbu lebih hitam dari rendang kebanyakan. Menurut saya sih karena diolah tidak sekali dua kali saja hingga bumbunya benar-benar terasa.

Untuk rasa dan aroma, rendang di Restoran Selamat ini memang yang paling juara! Rendangnya empuk dan ukurannya cukup besar. Bumbu-bumbunya menyatu dengan nasi saat dikunyah, belum lagi tekstur dari rendang yang menggoda. Satu porsi rendang ini dijual dengan harga Rp16 ribu saja. 

2. Gulai Paku

Gulai Paku

Gulai Paku. Foto: Flickr/CCFoodTravel.com

Makanan khas Minang yang saya buru selanjutnya adalah gulai paku di Kantin Kuliner Mama Bet. Lokasinya ada di Jalan Olo Ladang, Padang Barat dan tidak jauh dari lokasi kuliner sebelumnya. Restorannya buka dari jam 6 pagi hingga 12 siang dan biasanya sudah habis jika datang terlalu siang. 

Saya memesan gulai paku dengan lontong sebagai makanan utamanya dan teh talua sebagai minumannya. Kalau belum tahu, teh talua ini dikenal dengan nama teh telur karena memiliki bahan dasar teh, telur, gula dan sedikit perasan jeruk. 

Katanya sih cocok buat stamina namun saya lebih suka sebagai pendamping gulai pakis saya. Menurut penjualnya, gulai pakis ini bisa dicampur dengan gulai nangka dan gulai buncis, hanya perlu disesuaikan dengan selera.  

3. Dendeng Batokok

Dendeng Batokok

Dendeng Batokok. Foto: Flickr/Fadla

Kuliner ini yang menurut saya lumayan unik karena sebelumnya saya pernah baca dari artikel kuliner. Kalau Bahasa Minang, tokok yang memiliki arti memukul. Jadi kuliner ini berisi daging sapi yang direbus kemudian dipukul sehingga dagingnya menjadi pipih. 

Orang Minang lebih suka menggunakan batu ulekan untuk memukul dagingnya dibandingkan dengan tongkat kayu pendek. Karena proses pemukulan tadi, bumbu-bumbu yang dimasukkan akan lebih meresap sehingga rasanya lebih kuat dibandingkan dengan dendeng biasa. 

Belum lagi dibakar di atas arang yang menyala hingga teksturnya agak kering. Tentu bikin lidah bergetar sebelum menyantapnya. Sebagai rekomendasi saya memilih RM Dendeng Batokok Nabila yang berada di Jalan Gajah Mada karena di sini menjual dendeng batokok yang enak dan harganya ramah di kantong. 

4. Gulai Itiak Lado Mudo

Bagi penggemar itik atau bebek seperti saya ini pasti akan kegirangan jika bisa menikmati kuliner khas berbahan dasar bebek. Salah satu yang saya tunggu adalah gulai itiak lado mudo atau orang sini mengenalnya sebagai gulai itik sambal hijau. 

Dari bentuk dan foto-fotonya di internet memang sangat menggoda. Maka dari itu saya segera bertolak menuju salah satu restoran yang menyajikan kuliner khas Minang ini. Nama restorannya adalah Itiak Lado Mudo “Pak Ayang” yang berlokasi di Jalan Adinegoro No. 17, Padang, Sumatera Barat. 

Rasa cabai hijau yang tidak terlalu pedas bercampur dengan bumbu-bumbu khas gulai sangat terasa. Saya kira sebelumnya makanan ini disajikan dengan kuah gulai, tapi ternyata dalam bentuk yang kering. Daging itik yang bertekstur ditambah dengan nasi panas tentu bisa bikin nagih sampai dua porsi. 

5. Pangek Masin

Pangek Masin

Pangek Masin. Foto: Instagram/putidian

Lanjut ke makanan khas Minang berikutnya ada pangek masin yang dikenal sebagai gulai ikannya masyarakat Padang. Saya coba di salah satu warung bernama Lapau Nasi Supik yang berada di pinggir Pantai Pasir Jambak.

Sebenarnya ada beberapa pilihan dari menu pangek masin di sini seperti ikan, cumi, udang, atau kepala ikan. Namun saya memilih pangek masin ikan agar lebih khas sesuai namanya. Saat terhidang memang sangat menggairahkan, kuah santan yang kental ditambah dengan aroma dari bumbunya sangat kuat. 

Saat dimakan, daging ikannya terasa sangat lembut dengan bumbu yang merasuk ke dalam. Cocok dinikmati bersama nasi dan deburan ombak yang menyapa. 

6. Ampiang Dadiah

Ampiang Dadiah

Ampiang Dadiah. Foto: Instagram/
meidianameidy.

Kuliner Minang sebelumnya memang didominasi dengan makanan berat, untuk itu saya menambahkan dadiah ke dalam daftar buruan saya. Kalau kemarin lihat acaranya Gordon Ramsay, Uncharted yang tayang di National Geographic Channel pasti tahu kuliner satu ini.

Dadiah atau yang dikenal sebagai yogurtnya orang Minang ini memang beda. Kebanyakan yogurt bertekstur lebih cair dan dibuat dari susu sapi. Nah, dadiah ini dibuat dari susu kerbau yang sudah difermentasikan selama 2-3 hari sehingga hasilnya lebih padat. 

Biasanya untuk menikmati dadiah ini harus ada ampiang yaitu beras ketan yang ditumbuk pipih dan dicampur gula merah. Tekstur manis dari ampiang bercampur dengan dadiah yang asam tentu bisa jadi sajian penutup yang memuaskan. 

7. Kacimuih dan Sala Lauak

Sala Lauak

Sala Lauak. Foto: Instagtam/ayudiana.fp

Di Padang, hanya beberapa restoran saja yang menyediakan makanan khas kacimuih ini. Salah satunya di Sate Manang Kabau yang berlokasi di Jalan Khatib Sulaiman No. 15, Padang. Selain kacimuih yang saya cari, ternyata di tempat ini menyediakan beberapa kuliner dengan nama yang aneh seperti bubua samba cubadak dan sala lauak. 

Setelah menu yang saya pesan datang ternyata bubua samba cubadak itu adalah gulai nangka, sedangkan sala lauak merupakan gorengan khas Minang berbentuk bulat yang memiliki bahan dasar tepung beras dan berisi udang di dalamnya. 

Untuk kacimuihnya dibuat dari perpaduan dari ketela pohon dan parutan kelapa yang di atasnya masih ditaburi dengan gula. Rasanya lebih enak dan gurih dengan tekstur yang lunak.

8. Kawa Daun

Kawa Daun

Kawa Daun. Foto: Instagram/sii.uni

Sebagai kuliner penutup saat berada di Padang, saya memilih minuman khas ini karena tidak bisa ditemukan di daerah lain apalagi di Jawa. Kawa dalam Bahasa Minang berarti kopi, sedangkan kawa daun memiliki arti kopi daun.

Sesuai namanya, kawa daun ini terbuat dari daun kopi yang dikeringkan dan disangrai hingga warnanya hitam layaknya biji kopi. Selanjutnya diseduh menggunakan batok kelapa agar lebih tradisional dalam penampilannya. Kawa daun ini sebetulnya lebih ke tradisi khas Minangkabau yang sudah sejak abad ke-18. 

Ada dua rasa yang bisa dipilih yaitu original dan susu. Saya memilih varian rasa original karena penasaran dengan rasa aslinya. Ketika mencicipinya, rasanya mirip seperti teh pada umumnya namun dengan sedikit aroma kopi.

Sebetulnya, berburu kuliner di Padang selama seminggu memang masih kurang. Apalagi banyak menu yang masih ingin saya coba. Mungkin pada kesempatan lain memang harus menyiapkan waktu yang lebih lama lagi. 

Sebelum kembali ke Jawa, tak lupa sudah ada dendeng dan kawa daun yang saya bawa. Untuk oleh-oleh orang rumah, siapa tahu mereka tertarik juga untuk menemani saya ke Padang tahun depan.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Tinggalkan Komentar