Itinerary

7 Memoar Perjalanan Orang Indonesia yang “Recommended” Banget buat Dibaca

Bosen baca novel perjalanan? Mungkin ini waktunya buatmu untuk baca buku genre lain: memoar perjalanan. Ini TelusuRI kasih 7 memoar perjalanan orang Indonesia yang recommended banget buat dibaca:

1. Menyusuri Lorong-Lorong Dunia—Sigit Susanto

memoar perjalanan

Menyusuri Lorong-Lorong Dunia via goodreads.com

Buku Menyusuri Lorong-Lorong Dunia adalah memoar perjalanan Sigit Susanto keliling dunia. Nggak tanggung-tanggung, pengalamannya dibukukan dalam tiga jilid. Edisi pertama terbit 2005, kedua 2008, dan yang ketiga 2012.

Dibanding kumpulan catatan perjalanan lain, Menyusuri Lorong-Lorong Dunia bisa dibilang “dalam.” Buku yang diedit sama Puthut EA ini cocok banget dibaca sama kamu-kamu yang suka bertualang, yang nganggap perjalanan bukan cuma sekadar berwisata.

2. The Naked Traveler—Trinity

memoar perjalanan

Jilid 1 The Naked Traveler via goodreads.com

Trinity memang paling jago ngubah derita jadi cerita yang mengundang gelak tawa. Ia jeli melihat ironi dan menuangkannya dalam cerita-cerita blog penuh humor. Makanya, setelah cerita-cerita The Naked Traveler yang semula ditulis di blog dibukukan, banyak yang mengadopsi gaya berceritanya.

Diterbitkan pertama kali tahun 2007, sampai sekarang Trinity sudah mengeluarkan empat jilid The Naked Traveler. Lucunya, jilid pertama tetralogi memoar perjalanan ini pernah dilarang terbit sebab, katanya, “kurang pantas dipublikasikan kepada masyarakat luas.”

3. The Journey, From Jakarta to Himalaya—Gola Gong

memoar perjalanan

From Jakarta to Himalaya via goodreads.com

The Journey (2008) adalah kisah petualangan Gola Gong menyeberang ke negara-negara Asia Tenggara, terus ke India, Nepal, sampai Pakistan pas zaman pahit dulu. Waktu itu bebas visa untuk negara Asia Tenggara belum ada dan tiket pesawat masih mahal banget.

Perjalanannya lumayan lama: sembilan bulan, dari Agustus/September 1991- Mei 1992. Untuk membiayai perjalanan itu, Gola Gong mengandalkan honor dari tulisan-tulisan perjalanan yang dikirimnya ke Anita Cemerlang yang waktu itu diurus sama Bens Leo. Pengalaman bertualang inilah yang nantinya bakal ia abadikan dalam novelet legendaris, Balada si Roy.

4. Tales from the Road—Matatita

memoar perjalanan

Tales from the Road via goodreads.com

Buku Tales from the Road (2009) memuat pengalaman-pengalaman Suluh Pratitasari alias Matatita bertualang ke berbagai penjuru, dari mulai pedalaman Kalimantan, Kathmandu, sampai Edinburgh. Menariknya, Matatita menggabungkan perjalanan dan etnografi. Hasilnya adalah kumpulan catatan perjalanan yang kritis dan kontemplatif.

Setelah baca Tales from the Road, mungkin pemaknaan kamu terhadap perjalanan bakal sedikit berubah.

5. Selimut Debu—Agustinus Wibowo

memoar perjalanan

Cover edisi pertama Selimut Debu via goodreads.com

Semula catatan-catatan perjalanan Agustinus Wibowo dimuat dalam rubrik Titik Nol di kompas.com. Cerita-cerita itu kemudian dikumpulkan dalam sebuah memoar perjalanan yang dramatis, Selimut Debu (2010).

Dengan gaya naratif, Selimut Debu bakal membawa kamu ikut bertulang bersama Agustinus Wibowo melintasi dataran Tiongkok, ke Tibet, terus menyusuri tanah tandus sampai ke Afghanistan. Saking serunya Selimut Debu, kamu bakal sering lupa kalau cerita-cerita di dalamnya adalah pengalaman nyata.

6. Meraba Indonesia—Ahmad Yunus

memoar perjalanan

Ekspedisi “Gila” Keliling Nusantara via goodreads.com

Memoar perjalanan ini berisi cerita-cerita Ahmad Yunus waktu menjalani Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa bareng Farid Gaban.

Perjalanan “mengunjungi pulau-pulau terluar dan daerah-daerah bersejarah” di Indonesia selama hampir setahun itu mereka lakukan dengan naik Honda Win100 yang dipermak jadi motor trail! Makanya nggak heran kalau Meraba Indonesia (2011) penuh dengan cerita-cerita dramatis, sedih, mengharukan, dan bikin geram.

7. Bersepeda Membelah Pegunungan Andes—Bambang “Paimo” Hertadi Mas (2012)

memoar perjalanan

Bersepeda Membelah Pegunungan Andes via goodreads.com

Hampir semua orang pernah sepedaan. Tapi barangkali nggak semuanya pernah ngayuh pedal sejauh 6.000 km seperti yang dilakukan sama Bambang “Paimo” Hertadi Mas, yang membelah Pegunungan Andes dari La Paz (Bolivia) sampai ke ujung selatan Benua Amerika, yakni Punta Arenas (Chile).

Yang bikin menggigil, sebagian besar jalan yang dilewati Paimo berada di ketinggian sekitar 3.600 mdpl! Itu sama aja kayak sepedaan di Pelawangan Sembalun Rinjani atau Arcopodo Semeru.

Jadi, mau baca yang mana dulu, nih?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *