Itinerary

7 Hal yang Kamu Perlu Tahu sebelum Mendaki Gunung Lawu via Cemoro Sewu

Mau mendaki Gunung Lawu via Cemoro Sewu tapi masih bingung? Mungkin 7 hal berikut bisa bikin kamu nggak bingung lagi:

1. Cemoro Sewu terletak di Jawa Timur

lawu via cemoro sewu

Pohon-pohon pinus di Cemoro Sewu/Fuji Adriza

Cemoro Sewu ini cuma salah satu dari beberapa jalur pendakian Lawu, Sob. Ada 3 jalur yang populer, yakni Candi Cetho, Cemoro Kandang, dan Cemoro Sewu. Dua jalur pertama terletak di Jawa Tengah, sementara Cemoro Sewu terletak di Magetan, Jawa Timur.

Lucunya, meskipun terletak di provinsi yang berbeda, Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang cuma terpaut sekitar beberapa ratus meter!

2. Transportasi umum menuju “base camp” lancar

lawu via cemoro sewu

Gunung Wilis/Fuji Adriza

Mendaki Gunung Lawu via Cemoro Sewu jadi istimewa karena transportasi umum ke base camp lancar banget—setidaknya siang hari.

Jadi, buat ke Cemoro Sewu, kamu tinggal ke Surakarta. Dari Surakarta terus naik bis ke Tawangmangu (Rp 20.000). Untuk ke base camp kamu mesti lanjut naik angkutan L300 (antara Rp 15.000-20.000).

3. Konon jalur ini “dibuat” oleh Soeharto

lawu via cemoro sewu

Puncak Gunung Lawu/Fuji Adriza

Menurut cerita yang beredar di antara pengelola warung di Gunung Lawu, jalur pendakian Lawu via Cemoro Sewu konon “dibangun” oleh Soeharto.

Penggunaan tanda kutip di sini buat menunjukkan bahwa maksudnya bisa bermacam-macam. Bisa jadi Soeharto merintis atau hanya merehab jalur yang sudah ada seperti Daendels membangun Jalan Raya Pos.

4. Jalur batu sampai Mbok Yem

lawu via cemoro sewu

Tangga batu di Cemoro Sewu/Fuji Adriza

Berbeda dari dua jalur lain yang populer, yakni Candi Cetho dan Cemoro Kandang, jalur pendakian Lawu via Cemoro Sewu adalah trek berbatu dari base camp sampai Warung Mbok Yem di Hargo Dalem.

Di jalan yang landai, jalur itu seperti jalan makadam. Namun di medan terjal jalur itu akan berubah jadi tangga batu. Jalur berbatu itu sangat membantu pendaki yang sedang naik, tapi akan membuat kesal pendaki yang sedang turun. “Kok bisa?” Coba saja sendiri buat tahu jawabannya.

5. Jarak antarpos sekitar 30 menit sampai 1 jam

lawu via cemoro sewu

Pemandangan di jalur antara Pos 1 dan Pos 2/Fuji Adriza

Jarak antarpos di jalur pendakian Lawu via Cemoro Sewu adalah antara 30 menit sampai 1 jam. Dari base camp ke Pos 1, kamu perlu waktu sekitar 1 jam jalan santai. Begitu juga dari Pos 1 ke Pos 2 (panjang tapi landai), Pos 2 ke Pos 3 (lumayan terjal), dan Pos 3 ke Pos 4 (lumayan terjal).

Tapi, dari Pos 4 ke Sendang Drajat kamu cuma perlu berjalan sekitar 30 menit. Dari Sendang Drajat ke Hargo Dalem (Mbok Yem) paling hanya sekitar 15 menit. Nah, dari Hargo Dalem ke Puncak Hargo Dumilah kamu cuma perlu trekking sekitar 15 menit.

6. Ada beberapa warung di dekat puncak

lawu via cemoro sewu

Warung Mbok Yem/Fuji Adriza

Salah satu hal yang bikin Cemoro Sewu jadi jalur pendakian Gunung Lawu yang paling populer adalah keberadaan warung di jalurnya. Di Pos 1 dan Pos 2 ada warung, namun hanya buka di akhir pekan.

Warung-warung yang selalu buka di hari-hari biasa adalah Warung Mbok To (Sendang Drajat) dan Warung Mbok Yem (Hargo Dalem). Harga makanannya nggak terlalu mahal untuk ukuran gunung (nasi pecel telur Rp 15.000). Plus, kamu bisa numpang nginep.

7. Rame setiap malam 1 Suro

lawu via cemoro sewu

Sendang Drajat/Fuji Adriza

Setiap malam 1 Suro (tahun baru Islam), jalur pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu bakal rame banget. Di tiap pos bakal ada yang jualan sehingga—kalau mau—kamu nggak perlu repot-repot bawa bekal makanan.

Pokoknya minimal sekali seumur hidup kamu mesti ngerasain mendaki Lawu via Cemoro Sewu pas malam 1 Suro. Kapan lagi bisa makan gorengan dan teh anget di tiap pos?

Gimana? Udah nggak bingung lagi ‘kan?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.


Pemutakhiran terakhir: 20/06/18 15:17 WIB

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *