Waktu naik gunung, ada barang-barang yang selalu saja habis di tengah-tengah perjalanan. Apa saja barang yang selalu habis di gunung?
1. Rokok
Entah kenapa, rokok selalu terasa lebih cepat habis di gunung. Pas naik gunung, para pendaki yang perokok sering banget bilang, “Sebats! Sebats!” Maksudnya, habisin sebatang rokok dulu baru lanjut jalan. Karena keseringan sebats, nggak terasa persediaan rokok makin menipis. Di lokasi kemping terakhir sebelum summitting, kamu terus aja ngerokok. Akhirnya setengah jalan menuju puncak rokok kamu habis.
Kalau udah kayak gini, nggak ada yang bakal nyelametin kamu selain kemampuan “sepik-sepik setan.” Nimbrung di pojok sana, terus kamu ditawarin rokok—sama kopi juga biasanya. Makanya, kalau nggak mau kehabisan, dihemat rokoknya. Atau berhenti aja sekalian. Berani?
2. Air minum
Kamu juga pasti sering—atau minimal pernah—kehabisan air di gunung. Biasanya sih di gunung-gunung yang lumayan tinggi dan waktu pendakiannya lama, tapi sumber airnya dikit.
Makanya sering banget ada yang ngajak barter di gunung. “Ini kita ada sup. Mau nggak barter sama air, Bro?” Bukannya apa-apa. Barter itu prinsipnya menukarkan barang yang sama-sama dibutuhkan. Kalau kamu nuker sama barang yang nggak dibutuhkan sama orang yang punya air, ya semena-mena namanya. Lagian, mereka sudah susah payah bawa air dari bawah. Dan kamu pun sebenarnya bisa bawa air agak banyak dari bawah.
3. Spiritus/gas
“Males ah ke warung buat beli spiritus/gas. Masih ada sisa kemaren,” gitu batinmu pas di rumah. Tahu-tahu, pas pendakian kamu kehabisan spiritus/gas. Gawatnya, parafin nggak bawa! Akhirnya ngeremek mie. Nyampe di bawah, bibir kamu pecah-pecah. Nasib.
Lebih baik kebanyakan daripada kekurangan—tapi jangan kebanyakan banget juga, mubazir. Kalau mau bawa bahan bakar, mending lebihkan stok buat dua atau tiga kali masak makanan. Kita paham, kamu anak kos. Biasa begitu. Tapi ini gunung, coy!
4. Minyak goreng
Minyak goreng juga sering habis di gunung. Udah bawa nugget, kerupuk, ikan asin, sosis, banyak-banyak tapi cuma bawa minyak goreng satu gelas kecil. Ya nggak bakal cukup. Apalagi buat dibawa ke Argopuro atau Rinjani.
Makanya minimal bawa satu botol kecil. Kalau bisa plus margarin buat jaga-jaga kalau kemu kehabisan minyak goreng. Kalau nggak mau kehabisan minyak goreng, ya jangan bawa nugget, kerupuk, ikan asin, sosis. Bawa bahan makanan yang lebih cocok buat direbus aja.
5. Tisu basah
Biasanya sih tisu basahnya cuma satu bungkus tapi yang pakai satu rombongan. Makanya selalu cepat habis di gunung. Kalau cuma dipakai buat keperluan “darurat,” mungkin tisu basah nggak terlalu cepat habis. Lha, ini dipakai buat bersihin muka segala.
Supaya nggak cepat habis di gunung, satu orang bawa sendiri-sendirilah tisu basahnya. Beli yang kecil aja cukup, nggak perlu yang besar. Tapi sesuaikan dengan kebiasaan kamu. Kalau kamu biasa pakai banyak, ya bawa banyak. Kalau sedikit, ya bawa sedikit.
6. Sinyal HP
Beberapa gunung mungkin sudah masuk dalam coverage sinyal ponsel. Tapi sebagian besar masih belum diselimuti sinyal. Tapi, nggak masalah ‘kan kalau kamu kehabisan sinyal ponsel di gunung? Sekali-sekali bikinlah interaksi nyata, jangan yang maya terus.
Jadi mending simpan saja HP kamu di ransel. Nikmati perjalananmu. Rasakan setiap langkah kakimu, setiap helai rambut yang disapu oleh angin, setiap pori yang dirasuki oleh dingin, setiap bulir keringat yang mengalir dari pelipis. Ponselnya dikeluarin pas mau foto-foto aja.
7. Semangat
Ada juga yang malah kehabisan semangat. Kayaknya orang-orang paling sering kehabisan semangat waktu summitting pagi-pagi buta. Bangun dalam keadaan ngantuk, nanjak lewat jalan setapak, menerobos gelap, udara makin tipis—ah, mending di tenda aja tidur.
Ayo, guys! Dikit lagi. Jangan kehabisan semangat. Kamu sudah sengaja pergi jauh-jauh dari zona nyamanmu untuk naik gunung. Masa dikit lagi nyampe puncak kamu kehabisan semangat?
Nah, kalau kamu gimana? Mana di antara barang di atas yang paling sering habis di gunung?
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.