Mendapat julukan Kota Tembakau, tidak ada lagi keraguan bagi Jember terhadap kualitas dan jumlah produksi tanaman yang awalnya dibawa dari Amerika ini. Pada musim tembakau, hampir di seluruh penjuru Kabupaten Jember kita bisa menemukan daun-daun tembakau yang berjajar. Masyarakat biasa menjemurnya di pinggir jalan atau tanah lapang, seperti lapangan sepak bola.
Bahkan di Jember juga terdapat bangunan-bangunan berbentuk semacam rumah, tetapi dengan ukuran besar dan atap yang sangat tinggi. Atapnya terbuat dari jerami dan dindingnya berupa anyaman bambu. Bangunan yang seringkali banyak orang luar Jember menyangkanya sebagai rumah adat, padahal ternyata merupakan gudang tembakau. Salah satu produk olahan tembakau yang terkenal adalah cerutu. Cerutu Jember tersebut bahkan bisa menembus pasar internasional. Terutama negara-negara di Eropa, seperti Belanda dan Jerman.
Untuk edukasi sejarah, pengolahan, dan pelestarian tembakau sebagai komoditas warisan budaya bangsa, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Timur, membangun Museum Tembakau. Pengelolaan museum berada dalam kewenangan UPT Pengujian Sertifikasi Mutu Barang Lembaga Tembakau Jember, yang merupakan unit pelaksana tugas di bawah Disperindag Provinsi Jawa Timur.
Museum ini terbuka untuk kalangan umum yang ingin berwisata sekaligus belajar seputar tembakau. Terletak di pusat kota Jember, tepatnya Jl. Kalimantan 1, Sumbersari, lokasi museum cukup strategis dan mudah dijangkau dari arah Surabaya, Bondowoso, atau Banyuwangi.
Sejarah Tembakau
Pada ruangan pertama, pengunjung akan melihat papan nama museum yang terbuat dari kayu. Terdapat bambu sebagai latar belakang, dengan hiasan berbahan tembakau kering.
Di bawah papan nama itu terpajang beberapa jenis tembakau yang sudah dirajang, limbah daun tembakau, dan ruas daun tembakau kering. Kemudian di sebelahnya terdapat sebuah mural yang bergambar Ek Chuah, dewa pedagang dan pelindung dari suku Maya beserta penjelasan tentang mural tersebut. Dalam sejarahnya, dahulu suku-suku di Benua Amerika menggunakan tembakau untuk tujuan ritual keagamaan.
Lalu ketika Christopher Colombus menemukan Benua Amerika, orang Eropa mulai mengenal tembakau dan menyebar ke seluruh dunia. Termasuk Indonesia. Terdapat sebuah diorama suku asli Amerika Utara yang sedang duduk sambil memegang alat isap tembakau. Ada juga replika alat isap tembakau yang berukuran kurang lebih sekitar satu meter. Alat isap ini biasanya digunakan dalam upacara-upacara sakral.
Cara Menanam dan Memproses Tembakau
Memasuki ruang selanjutnya kita akan disuguhkan dengan narasi sejarah. Mulai dari masuknya tembakau ke Indonesia hingga mencapai Jember. Selain itu kita akan dikenalkan dengan benih tembakau, kemudian cara-cara dalam penanaman tembakau, pengeringan tembakau, menjaga tembakau dari hama kutu.
Dalam ruangan ini juga tersimpan berbagai alat yang berfungsi untuk menanam tembakau sampai ke proses pengeringan. Terdapat pula sebuah replika gudang penyimpanan tembakau khas Jember, pajangan aneka jenis daun tembakau kering, dan tembakau yang sudah dicacah. Yang menarik, di sini juga ada daun tembakau kasturi yang berasal dari daerah Besuki, Situbondo. Tembakau jenis ini terkenal dengan harganya yang sangat mahal. Bisa mencapai jutaan rupiah per kilogram.
Selanjutnya tersaji aneka alat yang digunakan dalam industri tembakau. Mulai dari alat-alat untuk pres, rajang, linting rokok, sampai cerutu. Tak hanya itu. Di sini juga terpajang aneka alat yang digunakan dalam laboratorium untuk meneliti dan menguji kualitas tembakau, sebelum akhirnya terbit izin edar.
Olahan Lain dari Tembakau
Beranjak ke ruang berikutnya, terdapat pajangan batik khas Jember dengan motif daun tembakau. Di ruang ini kita tahu bahwa tembakau tak hanya diolah menjadi rokok dan cerutu saja. Lebih dari itu, tembakau bisa juga diolah menjadi aneka produk, seperti parfum, sabun, pupuk organik, asap cair, bahkan cairan pembersih tangan.
Ternyata stigma buruk tentang tembakau terpatahkan dengan adanya fakta tersebut. Tembakau punya banyak manfaat lain, bukan sekadar alat isap semata.
Selain memamerkan berbagai macam produk tembakau secara hulu dan hilir, museum ini memiliki perpustakaan. Letaknya berada di lantai dua. Perpustakaan museum berisi buku-buku tentang tembakau dan tema umum lainnya.
Waktu Operasional Museum
Suasana di museum ini sangat nyaman dengan segala ornamen serta hiasan berbahan kayu maupun bambu. Sepintas menyerupai bangunan-bangunan di pedesaan. Penataan benda-benda pajangan pun kreatif, sehingga tidak membosankan untuk berkeliling di dalam museum. Selain itu kita akan dipandu untuk berkeliling sembari mendapatkan cerita dan informasi menarik.
Karena merupakan museum di bawah pengelolaan pemerintah daerah, waktu operasional museum seperti halnya jam kerja perkantoran pada umumnya. Buka setiap Senin—Jumat, mulai pukul 09.00 hingga 17.00. Hari Sabtu dan Minggu tutup. Untuk mengunjungi museum ini, kita harus menemui petugas resepsionis terlebih dahulu untuk mengisi daftar hadir dan membayar tiket masuk sebesar Rp.10.000.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Sigit Candra Lesmana, kelahiran Jember, 12 Maret 1992. Penulis lepas, beberapa tulisannya tersebar di berbagai media cetak maupun digital. Aktif berkegiatan di FLP Jember dan Prosatujuh. Dapat dihubungi melalui [email protected]