Kudus memiliki sejumlah kuliner khas yang masyhur, seperti soto, sate, lentog, dan nasi pindang. Juga, Kudus memiliki sejumlah destinasi wisata kuliner yang biasa jadi jujugan para pengunjung saat berada di Kota Kretek itu.
Selain Taman Bojana, destinasi kuliner lainnya yang mulai populer adalah Waroeng Kita Reborn atau akrab disebut dengan akronim Warkit Reborn. Letak pusat kuliner ini termasuk strategis karena lokasinya tidak jauh dari Masjid Menara Kudus. Tepatnya berada di pojok perempatan Sucen, Langgardalem, Kudus, atau sekitar 450 meter sebelah utara Menara Kudus.
Kepada saya, pengelola Waroeng Kita Reborn, Istiyanto (44) mengatakan pusat kuliner Waroeng Kita Reborn didirikan pada bulan Januari 2019. Awalnya bernama Waroeng Kita. Belum ada kata ‘Reborn’.
Konsep Warkit Reborn serupa food court (pujasera), yang di dalamnya terdapat sejumlah gerai yang menjual beraneka pilihan kuliner yang sangat beragam. Ada sembilan gerai di sini yang menawarkan beragam kuliner, baik kuliner khas Kudus, Indonesia, hingga mancanegara.

Ujian Pandemi dan Kebakaran
Setahun eksis sejak berdiri, pusat kuliner ini mulai dikenal masyarakat. Beragam pilihan menu menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Namun, pandemi COVID-19 yang melanda dunia pada awal tahun 2020, termasuk Indonesia, menjadi ujian tersendiri bagi keberlangsungan pusat kuliner ini.
“Saat pandemi, ya, kita bertahan dengan menerapkan subsidi,” jelas Istiyanto kepada saya.
Pusat kuliner ini memang menerapkan satu sistem, pembayaran menyatu dalam satu kasir. Tidak ada uang sewa bagi yang membuka gerai di pusat kuliner ini. Pengelola menerapkan sistem bagi hasil 15% sesuai omzet yang diperoleh.
Setelah pandemi dinyatakan melandai, Waroeng Kita kembali bangkit. Namun, sebuah musibah besar kembali menimpa pusat kuliner ini. Pada Senin (17/10/2022), kebakaran yang diduga berasal dari hubungan arus pendek listrik melahap seluruh bangunan pusat kuliner tersebut. Seluruh bangunan rata dengan tanah.
“Kerugian yang kami alami atas kebakaran itu mencapai sekitar 350-an juta (rupiah),” cerita Istiyanto.
Tak berselang lama, Waroeng Kita kembali dibangun dan beroperasi lagi melayani para pelanggan yang sudah merindukannya. Dari sinilah rupanya rahasia di balik tambahan kata ‘Reborn’.

Jadi Destinasi saat Sambangan Santri
Banyaknya menu menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung untuk berwisata kuliner ke Waroeng Kita Reborn. Tercatat, pusat kuliner ini menyediakan lebih dari 365 menu meliputi: Indonesian food, traditional food, modern food, Arabian food, Chinese food, Japanese food, dan Korean food.
Keragaman menu yang sangat banyak itu menjadikan Waroeng Kita Reborn memiliki daya tarik kuat sebagai destinasi wisata kuliner keluarga. Selain menunya komplet, juga sesuai untuk lintas usia, mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa. Harganya pun sangat terjangkau.
“Pusat kuliner ini (punya) kecenderungan menjadi jujugan para wali santri saat sambangan (kunjungan),” ungkap Istiyanto.
Lokasi Waroeng Kita Reborn yang strategis dan ‘dikepung’ oleh banyak pesantren memang sangat menguntungkan. Letaknya juga berada dekat dengan Masjid Menara Kudus, objek wisata religi yang banyak dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah.
Maka tak heran bila Waroeng Kita Reborn akhirnya menjadi jujugan favorit para wali santri saat menyambangi anaknya yang nyantri di Kudus. Para wali santri biasa mengajak anaknya yang dijenguk ke pusat kuliner ini untuk makan bersama. Meski tentu, segmentasi pengunjung tidak hanya wali santri dan anaknya saja, tetapi juga para peziarah.

Menu-menu Favorit
Sebagai pelanggan Waroeng Kita Reborn, karena anak saya ada yang nyantri di Kudus dan pesantrennya berjarak hanya sekitar 100 meter dari warung ini, saya memiliki menu-menu favorit versi saya. Meski menu yang ditawarkan sangat banyak—ada ratusan jumlahnya—tapi saya mencatat hanya ada beberapa menu saja yang menjadi favorit saya, istri, dan anak.
Menu favorit artinya menu yang lebih sering kami pesan ketimbang menu yang lain yang sangat banyak itu. Menu pertama yang harus saya sebut sebagai menu favorit adalah nasi jangkrik. Hampir setiap saya sambangan dan mampir ke Waroeng Kita Reborn, menu ini yang paling kerap saya pesan.
Nasi jangkrik sendiri adalah kuliner khas Kudus yang dulu hanya bisa dijumpai saat acara tradisi buka luwur (kelambu atau kain penutup) makam Sunan Kudus. Puluhan ribu porsi nasi jangkrik dibagikan secara gratis kepada masyarakat yang hadir pada acara buka luwur.

Saat ini, nasi jangkrik sudah diadaptasi menjadi menu di warung atau angkringan di Kudus. Waroeng Kita Reborn adalah pusat kuliner yang menyediakan menu nasi jangkrik, yang boleh dibilang, merupakan hidangan warisan Sunan Kudus.
Menu favorit saya lainnya di Waroeng Kita Reborn adalah lontong tahu telur. Mirip tahu gimbal khas Semarang. Bedanya, lontong tahu telur khas Kudus ini tampil dalam tiga varian, yakni lontong tahu, lontong tahu telur, dan lontong tahu telur gimbal.
Di lontong tahu, lontongnya hanya diberi potongan tahu goreng, lalu disiram dengan saus kacang. Sementara lontong tahu telur, lontongnya diberi tahu potong yang digoreng dengan telur, lalu diguyur saus kacang. Adapun lontong tahu telur gimbal adalah paket komplet, yaitu lontong tahu telur diberi tambahan gimbal udang.
Selain itu, pada masing-masing varian ada bubuhan taoge, potongan kubis, daun seledri, dan bawang goreng. Bila tidak suka lontong, bisa diganti nasi, sehingga di Kudus menu ini juga populer dengan sebutan nasi tahu atau nasi tahu telur.
Sepertinya dua menu itu yang paling sering saya pesan saat berkunjung di Waroeng Kita Reborn. Meski saya juga pernah beberapa kali memesan menu lainnya sebagai variasi, di antaranya sate Padang dan bakmi Jawa—yang menurut saya juga enak.
Adapun menu kegemaran istri dan anak saya adalah soto Lamongan, nasi goreng, dan nasi kebuli—baik nasi kebuli ayam maupun kambing. Namun, karena pilihan menu yang banyak, kami sering juga menjajal menu lain yang belum pernah kami cicipi sebelumnya.
Waroeng Kita Reborn menurut saya memang destinasi wisata kuliner yang cocok bagi keluarga. Selain pilihan menunya banyak dan variatif, cita rasanya umumnya enak, juga harganya terjangkau. Jadi, bila berkunjung ke kota Kudus, pusat kuliner ini layak menjadi target kulineran. Selamat mencoba!
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Badiatul Muchlisin Asti Penulis lepas di media cetak dan online, menulis 60+ buku multitema, pendiri Rumah Pustaka BMA, dan penikmat (sejarah) kuliner tradisional Indonesia