Travelog

Trekking Sentul: Perjalanan ke Gua Garunggang (1)

Sebagai wilayah yang dikelilingi oleh gunung dan bukit, Sentul menjadi alternatif wisata bagi banyak orang yang tinggal di wilayah sekitarnya. Salah satu aktivitas wisata yang dapat dilakukan di Sentul adalah trekking. Banyak sekali rute trekking di kawasan perdesaan yang berada di Kabupaten Bogor tersebut, khususnya rute untuk menuju destinasi tertentu seperti rute ke gunung, bukit, curug, gua atau tujuan wisata lainnya. 

Ternyata kondisi ini dimanfaatkan dengan baik oleh warga lokal. Banyak dari mereka yang membuka usaha open trip dengan menjadi pemandu (guide). Mereka juga menyediakan trekking pole dan beragam fasilitas lain. Open trip ini sangat membantu bagi yang belum terbiasa melakukan trekking, atau ingin trekking tetapi tidak memiliki teman, seperti saya dan satu teman saya.

Dari sekian banyak informasi open trip dengan berbagai rute trekking yang ada di media sosial, saya dan teman memilih rute Gua Garunggang—Curug Leuwi Asih. Pemilik open trip berhasil menjalankan teknik marketing-nya, karena membuat kami berdua penasaran dengan rute yang mereka sebut memiliki jalur yang santai dan tidak membosankan. Selain itu dengan fasilitas penjemputan dari Stasiun Bogor juga memudahkan kami berangkat dari Jakarta menggunakan KRL Commuter Line. Kami bersama beberapa peserta lainnya yang juga menggunakan fasilitas ini dijemput dari Stasiun Bogor menuju meeting point (titik kumpul).

Sentul Nirwana Jungleland ditunjuk sebagai tempat kumpul bagi 23 peserta open trip yang datang dari berbagai wilayah di sekitar Sentul. Dengan menaiki mobil pick up, peserta menuju lapangan Leuwi Asih yang merupakan lokasi awal trekking sekaligus tempat parkir kendaraan. Perjalanan menuju Lapangan Leuwi Asih hanya membutuhkan waktu 15 menit.Di Lapangan Leuwi Asih kami melakukan briefing, stretching exercises untuk meregangkan otot-otot, dan berdoa demi kelancaran perjalanan. Di lapangan ini juga kami melihat beberapa rombongan lain. Ada yang baru berkumpul dan ada pula yang sudah bersiap jalan lebih dahulu.

Memulai Trekking Menyusuri Sawah dan Hutan

Sekitar pukul 09.00 WIB, dengan dipandu oleh tujuh pemandu, peserta mulai menuruni jalan dari lapangan Leuwi Asih, lalu menyeberangi sungai melalui jembatan bambu menuju area persawahan. Katanya, ada banyak rute jalur yang dapat dipilih oleh para pencinta alam yang ingin melakukan trekking ke Gua Garunggang dan Curug Leuwi Asih. Baik untuk yang pergi dalam jumlah anggota kecil maupun rombongan besar seperti kami. Tinggal pilih saja mau lewat jalur yang mudah dan cepat atau yang banyak rintangan.

Perjalanan trekking waktu itu bertepatan dengan mulai masuknya musim hujan, sehingga jalur menjadi lebih becek dan licin. Matahari pun tidak berhasil menampakkan diri sepenuhnya untuk menemani perjalanan kami. Meskipun begitu, kami tetap dapat memotret lanskap alam yang memanjakan mata. Seperti pemandangan di awal perjalanan yang berupa persawahan yang indah, bukit dan aliran sungai yang penuh batu-batu besar.

Sebelum memasuki area hutan—yang merupakan trek setelah persawahan—rombongan beristirahat sejenak di dekat area camping. Beberapa orang sibuk jajan di warung yang berada di samping area camping ground Hutan Hujan Sentul. Sementara sebagian lainnya sibuk berswafoto dengan background lapangan luas dan beberapa tenda yang belum terisi orang. Sepertinya untuk camping di sini tidak perlu repot membawa tenda karena sudah disediakan oleh pengelola.

Dari sini saya merasa trekking yang sebenarnya baru dimulai. Rombongan menyusuri rimbunnya pepohonan hutan yang berdiri rapat dan menjulang tinggi, juga menapaki jalur yang semakin lembap. Suara burung pun beberapa kali terdengar saling bersahutan di antara gesekan daun yang terembus angin.

Sampai akhirnya trek berubah menjadi vegetasi yang lebih terbuka dengan pemandangan bukit-bukit dengan hiasan aneka tanaman. Tekstur jalan pun berubah menjadi lebih kering, mungkin karena akses sinar matahari lebih bisa langsung menyentuh tanah atau jenis tanahnya yang juga berbeda. Saya kurang tahu pasti penjelasan detailnya

Menikmati Batuan di Gua Garunggang

Sekitar pukul 10.35 rombongan sampai di destinasi pertama, yaitu Gua Garunggang. Destinasi wisata ini berupa kawasan luas yang terdiri dari tumpukan batuan alami bergaris-garis dengan warna gradasi yang didominasi warna cokelat. Beberapa batuan ini menjulang melebihi tinggi manusia. Di antara batuan tumbuh pohon bahkan akarnya ada yang menutupi sebagian batu. Hamparan batu-batu tersusun seperti membentuk labirin yang harus dilewati dengan jalan berliku.

Lokasi Gua Garunggang tepat berada di salah satu batu-batuan paling atas. Sembari menunggu bergantian dengan rombongan lain yang sedang masuk ke dalamnya, pemandu kami memberikan kebebasan kepada peserta untuk berkeliling gua. Beberapa orang sibuk mengabadikan momen di antara batu-batuan yang menjulang, ada pula yang hanya duduk di warung. Di sekitar kawasan ini memang terdapat warung yang menjual makanan dan minuman.

Saya pun tidak mau ketinggalan momentum. Saya mengabadikan foto di beberapa titik. Namun, saya tidak terlalu jauh berkeliling di kawasan ini, karena sibuk mengamati tekstur batu-batuan yang membuat saya kagum.

Bagaimana caranya batu-batuan ini terbentuk? Dengan warnanya yang cokelat kehitaman, apakah batu-batuan ini berasal dari tanah yang tergerus air secara terus menerus sehingga warnanya menjadi seperti itu? Lalu kemudian berubah jadi lebih pekat apakah karena faktor udara atau karena banyak akar pohon yang melingkar di batu-batuan ini? Pertanyaan-pertanyaan tersebut berputar di otak saya.

Untuk masuk ke dalam Gua Garunggang yang berada di bawah tanah, kami harus menuruni tangga sejauh kurang lebih 100 meter. Mengingat kondisi gua yang dalam dan gelap, para pemandu menyarankan bagi peserta yang memiliki riwayat penyakit khusus atau trauma tertentu diimbau untuk tidak memaksa masuk ke gua.

Untungnya saya memiliki kesempatan untuk masuk ke gua, yang ternyata hanya bisa berisi maksimal 15 orang di dalamnya. Jadi, rombongan harus dipecah menjadi dua kloter untuk masuk dengan bantuan pemandu dan tim pengelola Gua Garunggang. Sepertinya Gua Garunggang memang dikelola oleh warga setempat. Terlihat ada beberapa warga lokal yang berjaga di kawasan ini.

Meskipun jalur masuknya sempit, tetapi kondisi di dalam gua cukup luas. Kami dapat menikmati gua dengan berjalan sejauh kurang lebih 50 meter saja. Namun, tetap harus berhati-hati saat berjalan di dalam gua. Terdapat aliran air di lantai gua sehingga jalan menjadi licin.

Kondisi di dalam gelap, ditambah cuaca di luar yang sedang mendung. Bahkan pencahayaan dari senter yang dibawa oleh pemandu pun rasanya kurang mencukupi kebutuhan cahaya saat susur gua. Saya sedikit kecewa karena tidak dapat melihat dengan jelas langit-langit gua dan kelelawar yang katanya masih banyak hinggap di sana. Saya hanya melihat samar-samar saja.

Trekking Sentul: Perjalanan ke Gua Garunggang (1)
Gapura wisata Geopark Gua Garunggung/Nita Chaerunisa

Melanjutkan Perjalanan ke Destinasi Berikutnya

Setelah semua kloter bergiliran masuk gua, sekitar pukul 11.30 rombongan melanjutkan perjalanan menuju Curug Leuwi Asih. Kali ini kita menyusuri perbukitan dengan jalur yang banyak menanjak. Untungnya tingkat kemiringan jalur tidak terlalu ekstrem sehingga aman dilewati, bahkan bagi orang yang belum terbiasa trekking, seperti beberapa orang di rombongan kami.

Setelah kurang lebih 45 menit berjalan di perbukitan, kami melewati papan kayu bertuliskan “Selamat Datang di Geopark Goa Garunggang”, tetapi dari sisi belakang. Ternyata menurut keterangan pemandu, rombongan kami menggunakan rute yang berlawanan dari rute utama. Memang banyak pilihan rute jalur yang dapat dipilih.

Di antara jalur bukit yang kami lalui, lokasi ini yang memiliki pemandangan paling indah. Kami dapat melihat deretan perbukitan lainnya di seberang lokasi kami berdiri. Di bawahnya juga banyak tumbuh tanaman. Sejauh mata memandang dominasi warna hijau tumbuhan sangat menyegarkan mata. Mungkin jika hari itu cuaca lebih bersahabat, maka hamparan hijaunya tumbuhan-tumbuhan itu akan lebih jelas terlihat tanpa kabut yang menutupi.

Rasanya ingin berlama-lama di sini, karena udaranya juga sangat mendukung untuk berdiam diri. Namun, kami harus tetap melanjutkan perjalanan menuju destinasi berikutnya.

(Bersambung)


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Perempuan Jakarta yang tertarik dengan keindahan alam, budaya, dan cerita masyarakat Indonesia.

Perempuan Jakarta yang tertarik dengan keindahan alam, budaya, dan cerita masyarakat Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Cerita dari Bantaran Kali, “Sebuah Tempat Terbaik di Dunia”