Hampir setahun The Great Asia Africa dibuka, warga luar daerah masih antusias memadati tempat wisata yang terletak persis di seberang Farm House Lembang tersebut.
Tempat ini terbilang mudah dicapai dengan kendaraan pribadi. Namun, jika malas berkendara menyusuri lalu lintas padat Jalan Raya Lembang, terlebih di akhir pekan, kita bisa naik kendaraan umum dari Terminal Ledeng dekat UPI Bandung. Tarif angkutan itu lumayan murah, hanya Rp5 ribu. Jika ingin lebih nyaman, ojek atau taksi daring juga bisa jadi pilihan. Dari UPI, ongkos ojek daring sekitar Rp14 ribu, sementara taksi daring antara Rp30 ribu sampai Rp35 ribu.
Penggagas The Great Asia Africa sepertinya memang cukup jeli menangkap peluang. Melihat bahwa banyak orang Indonesia gandrung hal-hal berbau luar negeri, mereka menyediakan sebuah tempat di mana orang-orang bisa menikmati hari libur di antara bangunan, ornamen, dan pernak-pernik berciri Asia dan Afrika—Indonesia, Thailand, Jepang, Korea Selatan, India, wilayah Timur Tengah, dan Benua Afrika. Sebagai pelengkap pengalaman, The Great Asia Africa juga menyewakan kostum-kostum dari Asia dan Afrika untuk dipakai berfoto.
Maka tak heran jika setiap akhir pekan tempat wisata ini ramai. Jika ingin leluasa berkeliling, datanglah di hari-hari biasa. (Di masa pandemi ini, pengunjung dibatasi hanya sebanyak 50 persen dari kapasitas kawasan.)
Di hari-hari biasa, tiket masuk kawasan wisata seluas 5 hektare ini adalah Rp50 ribu, sementara di akhir pekan Rp65 ribu. Pengelola tidak memperkenankan pengunjung membawa makanan dan minuman dari luar. Tapi tak perlu khawatir, banyak pilihan pengganjal perut di The Great Asia Africa. Lagipula, tiket masuk bisa ditukar dengan makanan dan minuman ringan di tempat-tempat yang sudah disediakan.
Untuk turun ke atraksi utama The Great Asia Africa disediakan skywalk nyaman yang juga ramah bagi pengunjung dengan disabilitas. Untuk para lansia disediakan pula sebuah lift yang bisa digunakan dengan biaya Rp10 ribu.
Di lokasi utama, bangunan-bangunan dari negara-negara Asia dan Afrika tertata dengan apik. Selain struktur dan taman ikonis, bangunan-bangunan itu juga dilengkapi dengan tempat-tempat di mana para pengunjung dapat menikmati penganan khas dan membeli suvenir untuk dibawa pulang. Harga makanan di sana hampir sama dengan di kafe-kafe di Bandung, sementara harga suvenir juga masuk akal sesuai dengan kualitas dan kerapiannya.
Taman dan pepohonan rimbun pun ada di The Great Asia Africa. Di pinggir setapak tersedia bangku-bangku yang nyaman sekali untuk istirahat. (Di musim hujan, kita bisa memanfaatkan tempat berteduh yang tersebar di kawasan wisata ini.) Tempat-tempat sampah yang tersebar di segala penjuru dan petugas kebersihan yang selalu melintas pada interval waktu tertentu membuat kawasan ini terjaga kebersihannya.
Semasa pandemi COVID-19 ini, penerapan protokol kesehatan cukup ketat. Hampir di setiap sudut kawasan tersedia tempat cuci tangan, restoran-restoran pun dibatasi jumlah pelanggannya. Tentu ini bisa mengurangi rasa khawatir para pengunjung yang ingin sejenak melepaskan penat di tengah-tengah pandemi.
Meskipun mengusung konsep lokasi wisata yang cantik untuk difoto, The Great Asia Africa ini sebenarnya menyimpan potensi sebagai tujuan wisata edukasi. Anak-anak yang mampir ke sini sedikit-sedikit akan mengenal keragaman budaya di Asia dan Afrika. Dengan mengenal keragaman budaya, tentu kita bisa berharap generasi mendatang bisa lebih toleran menghadapi perbedaan.
Foto: Morgen Indriyo Margono