“Survival Tools” Berbasis Android

Sebagai pendaki, pasti kamu sudah nggak asing lagi dengan beragam alat survival untuk mempertahankan diri kala tersesat di gunung. (Ya, mudah-mudahan, sih, nggak terpakai.) Kamu jelas tahu kompas, firestarter, gergaji kawat, peluit, pisau lipat, dan apa pun itu untuk mendukung keadaan survival. Tapi, pernah nggak tebersit bahwasanya gawai komunikasi yang kita pakai juga bisa jadi alat bantu survival?

Pendaki Gen Z saat ini mungkin hanya menginstal berbagai aplikasi yang mendukung hasil jepretan mereka kala mendaki, sebut saja Snapseed, VSCO, Adobe Lightroom, StoryArtdan berbagai macam APK lainnya. Sah-sah saja, sih. Tapi, sebagai selebgram gunung, tentunya kamu harus coba aplikasi-aplikasi yang berguna untuk survival, supaya mountain vibe kamu paripurna.

Sebelum masuk ke pembahasan aplikasi, tentunya kita harus sadar bahwa gawai kita memiliki kelemahan. Contohnya, gawai hanya akan berguna apabila baterainya masih terisi. Jadi, kamu tetap harus membekali diri dengan berbagai pemahaman survival. Fungsi gawai di sini hanyalah sebagai penyalur informasi kala kamu beraktivitas di alam. Lagipula, nggak mungkin gawai akan menggantikan fungsi pisau kala, misalnya, kita membangun bivak A-frame.

Terus, apa saja sih APK pendukung kala beraktivitas di alam bebas?

Altimeter Ler

APK ini berguna sebagai penunjuk posisi ketinggian (altitude) kala di gunung. Tapi, nggak cuma ketinggian yang bakal dikasih tahu sama Altimeter Ler, melainkan juga informasi tentang titik koordinat kala kita menjelajah, gambaran suhu, serta tekanan udara. Fitur menjepret foto dengan output data kala foto itu diambil juga menjadi kelebihan aplikasi ini. Dan, yang terpenting, aplikasi ini bisa berjalan offline.

Alat GPS

Aplikasi ini jagonya meramal cuaca. Alat GPS nggak cuma meramal dalam skala hari tapi juga untuk beberapa jam ke depan. Selain ramalan cuaca, APK ini juga bisa berfungsi sebagai barometer, altimeter, dll. Sayangnya, ada beberapa fitur yang hanya bisa dibuka jika kita mendaftar akun premium. Selain itu, nampaknya aplikasi ini sulit digunakan secara offline. Tapi, selama masih ada sinyal, saya merekomendasikan ini.

PMI-FirstAid

Ini produk lokal negara kita tercinta, dibuat oleh PMI yang, sebagaimana kita tahu, selalu menjadi bantuan medis terdepan dalam penanggulangan bencana. Jadi, kamu nggak perlu khawatir kendala bahasa, sebab informasinya disajikan dalam bahasa Indonesia. (Kamu juga nggak perlu khawatir kehabisan sinyal, soalnya APK ini berbasis offline.)

APK ini punya informasi lengkap soal penanganan medis, mulai dari bencana alam hingga kedaruratan medis personal. Mendaki gunung bukan olahraga happy-happy, melainkan olahraga yang memiliki banyak risiko, di antaranya kedaruratan medis personal seperti fraktur, perdarahan, hipoksia, hipotermia, dan dll. Tentunya, semuanya akan semakin darurat apabila kita nggak bisa segera menanganinya.

ViewRanger

Ini adalah aplikasi berbasis GPS untuk me-review jalur trekking kita saat di gunung. Memang tidak sekompleks Garmin, namun saya rasa aplikasi ViewRanger dapat mendukung pendakian apabila belum mampu beli perangkat penerima sinyal GPS Garmin yang harganya lumayan mahal. Penyajian petanya pun beragam, mulai dari mode satelit sampai mode medan. Penggunaan aplikasi ini dipadukan dengan GPX track yang bisa kita unduh di internet. Aplikasi ViewRanger akan menerjemahkan file tersebut menjadi jalur trekking, seperti Google Maps tapi untuk gunung.

Kompas

Ini penting banget. Biasanya aplikasi ini sudah terinstal otomatis di gawai. Sebenarnya ada banyak aplikasi kompas di Play Store, namun sayangnya rata-rata berbasis online. Biasanya saya menggunakan aplikasi ini hanya untuk menentukan arah kiblat. Untuk memaksimalkan kompas, kamu harus mendapat peta fisik dari base camp pendakian. Apabila tersesat, kita bisa menelusuri di ruas mana kita mulai tersesat sebelum menentukan arah kembali ke trek yang benar dengan bantuan kompas. Pemahaman membaca kompas dan peta adalah dasar untuk menguasai navigasi darat.

Army Survival Handbook

Aplikasi offline ini menyinggung tentang pemahaman survival, mulai dari pemaknaan STOP (sit, think, observe, plan) hingga ke penerapannya. Kamu bakal dapat info soal cara-cara bertahan hidup dalam keadaan darurat, mulai dari cara mendirikan selter, membuat api, mendapatkan air, serta pemahaman tentang makanan yang bisa dikonsumsi di hutan. Informasinya tersaji dalam bahasa Inggris. Tapi, melihat bahwa pendaki sekarang didominasi anak muda, para penggiat alam bebas rasanya takkan sulit memahaminya. Lagipula, kalau nggak paham, kamu bisa lihat gambar-gambar yang tersedia di aplikasi ini.

Aplikasi-aplikasi di atas hanyalah “asisten” kala kamu beraktivitas di alam bebas. Tentu semuanya pada akhirnya kembali lagi kepada pemahamanmu soal teknik-tekni survival. Lagipula, aplikasi-aplikasi di atas juga takkan berguna jika kamu nggak bisa membacanya. Kompas takkan memberikan instruksi kamu harus bergerak ke mana. Pun, tekanan udara takkan pernah bicara bahwa sebentar lagi hujan akan turun. Jadi, perkayalah pemahaman survivalmu sehingga kemungkinanmu untuk bertahan dalam kondisi darurat jadi semakin tinggi.

Sebagai paragraf penutup, saya ingin mengingatkan kembali bahwasanya mendaki bukanlah olahraga buat senang-senang seperti yang tercermin dalam foto-foto yang biasa kamu lihat di Instagram. Ada kalanya kegiatan pendakian jadi nggak menyenangkan, misalnya jika kamu berada dalam keadaan survival. Karenanya, akan lebih baik jika kita belajar menangani situasi darurat di gunung, bukan? Lagipula, Adobe Lightroom full preset yang kamu punya nggak akan menyelamatkanmu saat berada dalam keadaan darurat.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Tinggalkan Komentar