Ada banyak pengertian selter (shelter) tergantung pada kegiatan apa kata ini dikontekskan. Di bidang transportasi umum selter bisa berupa halte—atau selter ojol di stasiun terdekat. Pendeknya, selter ialah tempat berlindung sementara sebelum bertolak menjalani kegiatan selanjutnya, entah melanjutkan perjalanan naik bis atau, untuk abang-abang ojol, narik lagi.
Lalu bagaimana dengan kegiatan luar-ruangan (outdoor)?
Dalam kegiatan alam-bebas, fungsi selter tetap sama, yakni tempat berlindung sementara sebelum bertolak menjalani kegiatan selanjutnya, entah untuk muncak atau lainnya.
Selter untuk aktivitas luar-ruangan haruslah kokoh dan mampu membuat kita istirahat nyaman setelah lelah seharian berkeliaran di alam. Bentuknya pun bermacam-macam dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing. Selter layaknya pasangan hidup. Pertama kita harus cocok, kedua kita harus nyaman. Terdengar berlebihan, tapi memang seperti itulah hubungan selter dan penggunanya.
Berikut beberapa jenis selter dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Semoga tulisan ini bisa jadi masukan bagimu untuk memilih selter.
Tenda
Selter jenis inilah yang paling familiar di kalangan penggiat alam-bebas. Bentuknya seperti sebuah kamar sehingga user sudah pasti nyaman dalam selter ini.
Dari tahun ke tahun, selter tipe ini selalu mengalami penyempurnaan teknologi. Namun, meskipun terus berkembang, prinsipnya tetap sama, yakni selalu memiliki dua lapis pelindung yang selanjutnya akan disebut layer. Layer pertama terbuat dari bahan breathtable yang akan membuat hawa dalam tenda terasa nyaman, kemudian ditutup dengan layer kedua berbahan waterproof untuk melindungi penghuni dari hujan.
Apa ini jenis selter yang terbaik? Kembali lagi, tergantung pada kecocokan kamu.
Yang jelas, kelebihan selter ini ialah ruang yang diberikan lebih luas. Terlepas dari kapasitasnya, yang entah untuk satu atau empat orang, tenda selalu didesain untuk menggantikan fungsi kamar ketika di rumah, dalam artian kita dapat dengan mudah beraktivitas di dalam tenda tanpa hambatan. Teknologi dua layer–nya juga yang terdepan dibanding selter lain sehingga seperti memberi kenyamanan ekstra bagi penggunanya. Selter ini bisa didirikan secara lebih cepat ketimbang selter-selter jenis lain, bahkan oleh para penggiat alam-bebas awam sekali pun.
Terdengar sempurna? Tunggu dulu.
Ini adalah selter yang terberat. Tenda dome kapasitas empat orang beratnya bisa sekitar 2-5 kg, tergantung bahan layer dan frame yang digunakan. Selain berat, tenda juga perlu tempat yang rata sehingga tidak di semua medan di gunung kita bisa mendirikannya. Memang sudah banyak tenda yang tidak perlu didirikan di permukaan tanah, yang bisa menempel di tebing maupun menggantung di pohon. Namun barang ini rasanya masih sulit ditemukan di Indonesia dan pun ada pasti kamu mesti merogoh kocek dalam-dalam.
Tenda juga dirasa kurang cocok untuk long trip pendakian gunung-gunung tropis seperti Argopuro atau Leuser. Memang mudah dipasang, namun agak sulit untuk mengemas kembali dan memasukkannya dalam tas lalu melanjutkan perjalanan (catatan: dalam kasus solo hiking).
Terus soal perawatan bagaimana? Kita tahu ‘kan seluruh outdoor gear harus segera dibersihkan setelah pemakaian. Tenda inilah selter yang paling sulit dibersihkan dibanding dengan lainnya, sebab ia cukup kompleks.
Namun dengan segala kekurangannya, jenis selter inilah yang paling mendukung untuk kegiatan alam-bebas berkelompok.
Bivak terpal
Penggunaan terpal (flysheet) sebagai bivak (bivouac), atau tarp tent, kembali tenar sejak dua tahun ke belakang, seiring dengan perkembangan tren pendakian ultralight di media sosial. Memang ada, sih, tenda ultralight dengan kapasitas satu sampai dua orang, namun harganya masih lebih mahal ketimbang flysheet. Flysheet, buat yang belum tahu, adalah layer yang bersifat anti-air sehingga biasa dijadikan sebagai layer tambahan pada tenda.
Bagaimana dengan kelebihan dan kekurangannya?
Bivak terpal ukurannya paling kecil ketimbang jenis selter lain. Meskipun ditambahi komponen-komponen lain seperti tali prusik dan pasak, selter jenis ini tidak terlalu makan tempat dalam ransel. Terus, selter ini paling ringan. Beratnya hanya berkisar 500 g.
Selter ini cocok untuk kegiatan alam-bebas yang bukan kelompok, contohnya solo hiking. Keringkasannya bikin selter ini lebih cepat dikemas ketimbang selter-selter jenis lain, cocok sekali untuk pendakian lama yang menuntutmu untuk selalu berpindah, atau di medan dengan vegetasi rapat (pepohonan) atau yang jarang sekalian (sabana).
Terus bagaimana dengan kekurangannya?
Selter ini adalah yang paling sulit didirikan dibanding yang lain, khususnya di medan berupa tanah lapang. Membangun bivak terpal memerlukan kreativitas serta pengalaman, soalnya kita perlu bikin simpul-simpul tertentu. Ilmu kanuragan tali temali pasti akan terasa rumit bagi para pendaki awam.
Selain itu, selter ini juga tanpa alas sehingga pengguna langsung bersentuhan dengan tanah—kalau lupa bawa matras. Ada, sih, beberapa setup bivak dengan footprint, tapi konsekuensinya bivak takkan tertutup sempurna.
Makanya, supaya terbiasa dan tidak kesulitan di lapangan, sebelum memakai selter jenis ini ada baiknya latihan dulu di kebun sekitar rumah.
Tenda “hammock”
Ayunan alias hammock konon dibawa ke Eropa oleh Columbus sepulangnya dari pelayaran ke Benua Baru. Kata “hammock” sendiri disebut-sebut berasal dari “hammack,” nama sebuah pohon asli Amerika Latin yang dari kulitnya hammock pertama dirajut. Di Indonesia penggunaan hammock sudah jamak, namun hanya sebagai pemanis saat kemping dan tidak dijadikan selter utama untuk istirahat.
Tenda hammock (hammock tent) sendiri merupakan gabungan antara penggunaan terpal dan hammock.
Lalu apa kelebihan dan kekurangannya ?
Keringkasan selter jenis ini tak jauh beda dari bivak terpal. Tambahannya adalah webbing, prusik, dan pasak. Kecepatan packing ulang juga menjadi nilai plus selter ini sehingga cocok untuk pendakian tunggal dan/atau lama.
Kelebihan utamanya ialah kamu tidak perlu alas karena tubuhmu akan menggantung di selter tanpa menyentuh tanah. Aman sekali pokoknya dari genangan ketika hujan. Kamu tak perlu repot-repot menggali parit seperti ketika kamu menggunakan dua selter sebelumnya.
Kekurangan? Tentu ada.
Selter jenis ini hanya bisa didirikan di sekitar pepohonan. Juga, tenda hammock terlalu terbuka sehingga angin mudah lalu lalang. Alhasil suhu di luar dan di dalam jadi hampir tak ada bedanya. Hal ini sebenarnya bisa diatasi dengan underquilt. Namun komponen ini masih sulit ditemui di Indonesia, dan harganya cukup mahal. Setup terbuka ini juga berpengaruh pada minimnya privasi.
Selain suhu, privasi, dan medan, ada satu lagi kekurangannya, yakni rasa pegal yang ditimbulkan ketika bangun tidur.
Ada sedikit tips untuk beristirahat di hammock. Pertama, saat dipasang, hammock haruslah tegang agar tidak terlalu melengkung. Kedua, saat tidur posisikan tubuh secara asimetris, tidak sejajar dengan webbing. Gampangnya: tidurlah menyerong.
Saya sendiri lebih sering menggunakan tenda hammock saat berkegiatan alam-bebas. Karena belum punya underquilt, saya menggabungkan hammock dengan sleeping bag, alias sleepmock (ini istilah saya sendiri). Dengan tambahan layer tubuh yang mumpuni seperti jaket polar, saya rasa hawa dingin kala berkemah sudah bisa ditangkal.
Sebagai penutup, sesuaikan selter yang kamu pilih dengan kebutuhan serta pengalamanmu. Tidak ada yang lebih unggul di antara ketiga selter tersebut. Anggap saja selter sebagai pasanganmu, yang harus cocok dengan kepribadianmu. Misalnya, kalau kamu orang dengan imajinasi dan daya jelajah tinggi, mungkin kamu lebih cocok memakai bivak terpal; jika kamu terbuka dan santai, mungkin kamu lebih pas menggunakan tenda hammock.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Tinggal bahagia di Kecamatan Sawangan. Gemar mengemas keril walaupun tidak ada pendakian yang dilakukan. Seneng aja packing-nya.
1 Comment