Supaya nggak kewalahan pas naik gunung, kamu dianjurkan buat melakukan persiapan fisik minimal sejak dua minggu sebelum pendakian. Tapi kamu nggak perlu repot-repot ke gym buat persiapan fisik pendakian. Cukup lakukan 4 aktivitas ini saja:
Jalan kaki
Salah satu aktivitas buat persiapan fisik pendakian yang bisa kamu lakukan adalah jalan kaki. Jalannya nggak perlu lama-lama. Setengah jam sehari saja sudah cukup—asal konsisten.
Untuk membiasakan diri dengan tanjakan, nggak ada salahnya juga kalau kamu pilih trek yang agak menanjak. Hitung-hitung biar otot kaki kamu nggak kaget pas nanti tiba-tiba disuruh nanjak sementara biasanya cuma dibawa jalan ke tempat-tempat rata.
Jogging
Untuk melatih jantung, otot kaki, bahu, dan punggung—empat bagian tubuh yang bakal bekerja keras pas naik gunung—kamu perlu jogging.
Sama kayak jalan kaki, kamu nggak perlu jogging lama-lama, yang penting konsisten. Kalau bisa ada peningkatan. Misalnya, hari pertama kamu jogging empat keliling lapangan, hari kedua lima keliling, hari ketiga enam, dst., sampai beberapa hari sebelum pendakian.
Bersepeda
Bosan jalan kaki dan jogging, kamu bisa melakukan persiapan fisik pendakian dengan cara bersepeda. Selain melatih fisik, kamu juga bisa sekalian refreshing karena kamu bisa mengayuh pedal ke tempat-tempat yang lumayan jauh yang mungkin udaranya masih segar.
Untuk membiasakan diri dengan tanjakan, kamu bisa sepedaan ke wilayah-wilayah yang jalanannya menanjak. Tapi, sama dengan semua persiapan fisik lain, kamu mesti melakukan aktivitas ini dengan konsisten.
Berenang
Berenang—bener-bener renang lho ya bukan cebur-cebur aja—sangat bermanfaat buat pendakian. Selain melatih otot tangan dan kaki, renang juga bakal melatih pernapasanmu. Nah, teknik bernapas yang bagus bakal membantu banget pas kamu naik gunung nanti.
Percaya, deh. Kalau kamu serius berenangnya, pas nanjak nanti kamu nggak bakal gampang ngos-ngosan.
Jadi, di antara 4 aktivitas di atas mana persiapan fisik pendakian yang menurutmu paling menyenangkan?
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.