Saya masih ingat bagaimana rasanya terbang solo pertama kali. Deg-degan, pasti. Apalagi aslinya saya takut ketinggian. Tapi peralatan sudah telanjur dipakai. Payung juga sudah telanjur terkembang.

Untungnya angin bertiup sepoi-sepoi. Jadi, setelah lari-lari kecil sebentar, saya langsung melayang meninggalkan tebing di Parangtritis itu.

Saya sempat kena gangguan penglihatan karena mata ini terus-menerus diterpa angin. Tapi itu sebenarnya tak terlalu jadi masalah. Harness kecil ini yang jadi persoalan; bikin sakit selangkangan.

paralayang di jogja

Terbang tandem di Parangtritis/Dani

Melayang-layang sebentar di udara, akhirnya saya turun. Pendaratan lancar meskipun pantat sayalah yang duluan menyentuh tanah. Tapi, dibanding penerbangan tandem perdana dulu, yang ini jauh lebih lumayan.

Ceritanya, ngeyel tidak memakai jaket, saya malah masuk angin ketika terbang tandem pertama. Semribit, gan! Alhasil, saya mabuk udara dan muntah. Pahit memang. Tapi itu tak ada apa-apanya dengan rasa malu karena ditertawakan para pilot senior.

Anehnya, meskipun bikin deg-degan, aktivitas paralayang juga bikin ketagihan. Barangkali karena sensasi keheningan—yang hanya “diganggu” oleh suara angin—waktu kamu sedang melayang-layang, atau keasyikan tak terkira ketika kamu diberi kesempatan untuk terbang bersama elang. Entahlah.

Wisata terbang paralayang di Jogja mulai “booming” musim 2014-2015

Ceritanya, sekitar bulan Februari 2018, ketika saya sedang mengembangkan bisnis paket wisata jogjapetualang.com, salah seorang teman nyeletuk. “Bagaimana kalau (jogjapetualang.com) menjual paket terbang tandem paralayang juga?”

Wah, ide bagus itu, pikir saya. Kemudian saya diperkenalkan ke teman dari teman yang punya usul tadi. Orang yang dimaksud adalah seorang pilot paralayang. Darinya saya dapat info harga paket terbang tandem di Parangtritis periode Desember-April, yakni Rp 350.000.

Parangtritis adalah salah satu skena mula paralayang di Jogja. Bahkan, dulunya yang datang ke sana bukan hanya penerbang-penerbang lokal. Para penggiat paralayang dari penjuru Indonesia sering juga menyambangi lokasi itu.

paralayang di jogja

Salah satu teknik mengembangkan payung/Dani

Info paket terbang tandem itu kemudian saya sebarkan di website dan media sosial. Satu, dua orang ada yang menanyakan tentang paket itu. Tapi belum ada satu pun yang akad sampai bulan April, akhir musim terbang 2014.

Lama menunggu, Desember 2014 orderan mulai berdatangan. Saya pun makin intens berkoordinasi dengan Aang Sky Jogja untuk membawa para klien terbang tandem di Parangtritis. Saking tingginya permintaan, beberapa kali ada tamu yang terbang “go show” tanpa janjian terlebih dahulu.

Musim 2014-2015 jadi awal booming-nya wisata terbang paralayang di Jogja. Setahun kemudian, kegiatan makin ramai. Puncaknya, pemerintah setempat merenovasi areal lepas landas Parangtritis, membangun pendopo dan kamar mandi umum, dan meresmikannya di Jogja Air Show.

Awal mula mencoba paralayang di Jogja

paralayang di jogja

Memeriksa peralatan paralayang/Dani

Tapi jangan dikira paralayang adalah impian saya. Malah, bisa dibilang saya pikir-pikir panjang dulu sebelum akhirnya mencoba terbang.

Musim 2016-2017 kemarin saya baru memberanikan diri ikut latihan terbang untuk mengambil lisensi (Rp 8 juta untuk biaya latihan dan lisensi). Tiga tahun setelah saya berkali-kali mengantarkan para pemburu loncatan adrenalin untuk melayang-layang di atas langit Parangtritis.

Saya pun ikut latihan darat di Parangtritis. Sebelum melayang-layang dari ketinggian, saya harus memiliki sensitivitas dulu untuk mengendalikan payung. Selain itu, saya juga diajarkan cara menggunakan helm dan harness.

Latihan darat pertama adalah menaikkan payung ke atas kepala dan menyeimbangkannya dengan tali kemudi di kanan-kiri. Saya baru tahu bahwa ada dua cara untuk mengangkat payung.

Pertama, buka payung, rapikan tali-talinya, kemudian lari membelakangi payung sampai parasut tersebut membuka. Setelah terangkat, seimbangkan dengan tali kemudi.

Kedua, menunggu angin. Caranya, payung dibuka, pilot menghadap payung dengan tali kemudi bersilang. Setelah ada angin yang berhembus, kamu harus menarik sepasang tali khusus (tali/riser A) hingga payung terangkat di kepala.

paralayang di jogja

Pemandangan dari ketinggian/Dani

Tapi, jangan dikira itu adalah kegiatan ecek-ecek seperti main layang-layang. Ini adalah aktivitas berisiko tinggi. Coba bayangkan seberapa kuat tarikan payung yang lebar itu kalau terkena angin kencang. Salah-salah, kamu bisa terhempas entah ke mana.

Setelah dianggap mahir di darat oleh pelatih, baru saya diajak ke langit. Sensasinya, ya, seperti yang saya ceritakan tadi. Sampai akhir musim 2017, saya sudah dua puluh kali terbang, dan salah satunya dari sebuah gunung di Wonosobo.

Pendaratan darurat

Durasi terbang saya di Parangtritis bervariasi. Paling cepat sepuluh menit. Itu biasanya terjadi saat tak ada angin yang cukup untuk menaikkan ketinggian. Kalau angin lumayan kuat, kamu bisa terbang selama berjam-jam. Soal durasi terbang, sebenarnya ada tiga faktor yang menentukan: lokasi terbang, keinginan si pilot, dan jarak yang ditempuh.

Dalam catatan, rekor terbang terlama pilot Jogja adalah delapan jam saat ada acara di Bali. Sementara itu rekor nasional untuk jarak terbang terjauh adalah 108 kilometer. Pilotnya, yang namanya saya lupa, lepas landas dari Wonogiri dan mendarat di Pati.

paralayang di jogja

Setelah tinggal landas/Dani

Kegiatan ekstrem ini tentu saja mengandung risiko. Salah satu yang pernah saya alami adalah pendaratan darurat.

Penyebabnya adalah penurunan ketinggian yang cepat karena angin terlalu kecil. Akibatnya, saya mendarat darurat di sebuah sungai kecil di pantai. Untungnya payung mendarat di tanah, hanya harnes saja yang basah. (Dari 20-an kali terbang di Parangtritis, baru sekali itu saya mendarat darurat.)

Selain itu, waktu terbang di Wonosobo saya juga pernah hampir menabrak batu besar di tepi lapangan karena angin mendadak hilang.

Deg-degan iya. Kapok saya tidak.

Makanya wajib hukumnya buat pilot paralayang di Jogja dan di mana pun untuk terus menambah pengetahuan soal terbang. Apalagi sekarang kalau ogah buka buku kamu bisa menggali informasi lewat mesin pencari—atau Youtube dan lain-lain.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Tinggalkan Komentar