Liburan pun tiba. Aku diajak kaka bepergian ke tempat yang jauh dari kota. Kami melewati beberapa desa, kota, dan kabupaten, dimulai dari Kota Kupang, terus sampai ke Atambua (perbatasan Indonesia dan Timor Leste), kemudian kembali ke Kupang. Perjalanan kami lakukan selama 4 hari 3 malam menggunakan sepeda motor yang kami kemudikan bergantian.
Hari pertama kami menginap di sebuah desa yang terpisah sembilan kilometer dari kota. Desa itu berada di tengah hutan, belum mendapatkan aliran listrik dari kota. Penduduk desa itu sangat ramah dan hidup mereka sangat sederhana. Setelah menginap semalam di sana, keesokan paginya kami melanjutkan perjalanan ke Atambua.
Perjalanan itu sangat jauh dan melelahkan, melewati pegunungan dan perdesaan. Namun, rasa lelah itu tak terasa sebab sepanjang perjalanan kami menyaksikan pemandangan-pemandangan menawan. Lalu, tahu-tahu saja kami sudah tiba di kota perbatasan, Atambua.
Sore itu kami duduk di dermaga, menikmati matahari terbenam yang indah sambil menyantap makanan yang kami beli sebagai bekal perjalanan. Dari dermaga, kami beranjak ke rumah keluarga kenalan kaka untuk beristirahat.
Malam pun berlalu dan pagi datang dijemput mentari. Aku dan kaka pun bersiap-siap, kemudian pamit pada tuan rumah untuk melanjutkan perjalanan ke perbatasan Indonesia dan Timor Leste.
Di perbatasan, kami hanya berfoto-foto sebentar kemudian kembali memacu sepeda motor ke tujuan selanjutnya, yakni Soe, Ibu Kota Kabupaten Timor Tengah Selatan. Di “Kota Membeku” itu air begitu dingin seperti es. Kami hanya menginap semalam di Soe. Keesokan paginya kami kembali ke arah Kupang.
Singgah di Pantai Kolbano
Dalam perjalanan pulang ke Kupang, kami sempatkan untuk piknik ke tempat-tempat wisata di Soe, yakni Air Terjun Oehala, Taman Rekreasi Bu’at, Pantai Oetune (yang di sana ada hamparan pasir seperti gurun di Mesir), dan Pantai Kolbano.
Pantai Kolbano adalah primadona Kabupaten Timor Tengah Selatan. (Dari Kupang, jaraknya sekitar 135 kilometer.) Menuju ke sana, kami melewati desa yang berhadap-hadapan dengan hamparan sawah hijau yang indah. Kalau dihitung-hitung, barangkali kami menghabiskan waktu satu sampai dua jam menelusuri jalanan itu.
Rasa lelah, capai, haus, dan lapar seketika buyar ketika akhirnya kami melihat pemandangan Pantai Kolbano. Tidak seperti pantai-pantai lain yang biasanya dihiasi pasir, pesisir Pantai Kolbano penuh batu halus yang sangat indah dan unik. Air lautnya berwarna biru seperti langit.
Tapi tidak mudah untuk bisa menyaksikan pemandangan itu. Selain harus berkendara lama, kami juga mesti mendaki dari bawah ke puncak berbatu (yang membuatku sadar bahwa hidup seperti roda yang berputar, kadang berada di bawah dan terkadang di atas). Di puncak itu, selain berfoto selfie, kami terpana mengagumi keindahan Pantai Kolbano. Kami terlena sampai-sampai tak sadar bahwa sudah terlalu lama di sana. Padahal, hari itu juga kami mesti kembali ke Kupang.
Sudah larut malam saat kami akhirnya tiba di Kupang dan mengistirahatkan badan di rumah. Perjalanan beberapa hari melintasi beberapa kota dan kabupaten di Pulau Timor itu pun akhirnya usai.
Liburanku pun juga berakhir. Waktunya untuk kembali kuliah. Keesokan harinya, aku diantarkan kaka ke Bandara El Tari untuk kembali ke Yogyakarta via Surabaya. Kenangan piknik di tempat-tempat indah itu masih terbayang-bayang dalam ingatan. Aku begitu menikmatinya dan merasa bersyukur atas apa yang sudah diciptakan oleh Yang Maha Kuasa.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Berasal dari Lewotala, Flores Timur, NTT. Sedang studi di Universitas Amikom Yogyakarta. Suka menari, memotret, dan mengisi liburan dengan jalan-jalan.
Bagus Oa. Teruslah menulis