Gunung Kembang merupakan satu dari tujuh gunung—dengan ketinggian di atas 2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl)—yang jadi favorit pendaki di wilayah Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Enam gunung lainnya adalah Puncak Sikunir (2.300 mdpl), Gunung Bismo (2.365), Gunung Pakuwaja (2.421 mdpl), Gunung Prau (2.590 mdpl), Gunung Sindoro (3.153 mdpl), dan Gunung Sumbing (3.371 mdpl). Adapun puncak tertinggi Gunung Kembang mencapai 2.340 meter (mdpl).

Orang-orang menyebut Gunung Kembang sebagai anak dari Gunung Sindoro, karena terletak persis di sebelah barat daya gunung yang memiliki kawah belerang aktif tersebut. Meskipun juga memiliki kawah di bagian puncak, bisa dibilang Gunung Kembang saat ini berstatus tidak aktif. Kawah yang disebut masyarakat dengan nama Bimo Pengkok tersebut biasanya akan terisi air saat musim hujan.

Selain keasrian hutannya, Gunung Kembang juga dikenal memiliki jalur pendakian yang sangat bersih. Khususnya di jalur Blembem, Kabupaten Wonosobo. Kondisi ini karena berlakunya peraturan pendakian yang sangat ketat oleh pengelola Basecamp Gunung Kembang via Blembem. Tujuannya tidak lain agar pendaki bertanggung jawab pada segala potensi sampah yang dihasilkan selama pendakian.

Tidak sedikit pendaki yang mengeluhkan ribetnya prosedur administrasi di Basecamp Gunung Kembang yang dikelola resmi oleh komunitas Skydoors sejak 1 April 2018 tersebut. Hal ini kadang berdampak pada rendahnya tingkat kunjungan pendaki per harinya. Namun, di sisi lain dengan sendirinya akan tersaring mana pendaki yang mau bertanggung jawab pada lingkungan ataupun sebaliknya. 

Panduan Pendakian Gunung Kembang via Blembem Wonosobo
Bagian dalam Basecamp Gunung Kembang via Blembem/Rifqy Faiza Rahman

Diadopsi oleh Eiger

Kegigihan dan komitmen rekan-rekan komunitas pengelola basecamp Skydoors dalam menjaga kelestarian alam Gunung Kembang mendapatkan apresiasi dari Eiger. Jenama dan perusahaan perlengkapan outdoor asal Bandung tersebut membuat program Corporate social responsibility berupa adopsi gunung. Berkolaborasi dengan Skydoors mewujudkan pendakian gunung nol sampah (zero waste mountain) di Gunung Kembang via Blembem. 

Melalui tim EIGER Adventure Service System (EAST), Gunung Kembang menjadi sebuah pilot project untuk kampanye kegiatan petualangan ramah lingkungan yang bertanggung jawab kepada alam dan masyarakat. Program ini diluncurkan pada Maret 2022 yang ditandai dengan kegiatan sharing session, pendakian bersama, dan penanaman anggrek hutan. Hadir dalam acara itu Djukardi “Bongkeng” Adriana (73), pendaki senior legendaris sekaligus anggota Board of Expert di tim EAST. Kemudian Galih Donikara, Iwan “Kwecheng” Iriawan, dan Siska Nirmala, pemengaruh media sosial dari Zero Waste Adventure.

Program adopsi gunung tersebut juga bertujuan memberikan keamanan dan kenyamanan saat mendaki gunung. Secara keseluruhan, aspek-aspek pengelolaan pendakian gunung yang diadopsi mencakup pelayanan pos pendakian, penataan jalur, pengelolaan sampah, sampai dengan penerapan sistem administrasi. Tujuan terbesar penerapan sistem yang ketat dan terstruktur selain menjaga kawasan hutan bebas sampah, menurut Alfan alias Yayang, pengurus Basecamp Gunung Kembang via Blembem, juga untuk meminimalisasi potensi kecelakaan pendakian.

Salah satu jejak program tersebut paling jelas terlihat pada keberadaan Bongkeng Sunrise Camp di ketinggian 2.310 mdpl. Sekitar 100 meter sebelum puncak. Tempat datar dan agak ternaungi pepohonan itu diberi nama demikian sebagai bentuk penghormatan pada dedikasi Kang Bongkeng—sapaan akrab Djukardi Adriana—terhadap pendakian gunung yang bertanggung jawab. Bongkeng Sunrise Camp menjadi pilihan tempat berkemah yang ideal dan diizinkan pengelola, selain di areal puncak.

Buat kamu yang ingin mendaki Gunung Blembem via Blembem, baik dengan cara tektok maupun bikin tenda di Bongkeng Sunrise Camp atau puncak, panduan singkat ini bisa kamu jadikan pegangan untuk mempersiapkan diri sebelum melakukan pendakian.

Panduan Pendakian Gunung Kembang via Blembem Wonosobo
Bongkeng Sunrise Camp/Rifqy Faiza Rahman

Yang Wajib Dipatuhi Pendaki Gunung Kembang

Sebelum mendaki Gunung Kembang, ada beberapa aturan yang harus diperhatikan dan dipatuhi pendaki. Setiap barang bawaan dan bahan makanan-minuman yang dibawa akan dicatat detail oleh pengelola basecamp. Baik yang berpotensi sampah—organik dan anorganik—maupun bukan. Untuk itu pendaki dianjurkan membawa kotak makanan dan botol minum reusable sendiri dari rumah.

Jika pendaki meninggalkan sampah di jalur pendakian dan tidak dibawa turun sesuai daftar logistik, maka akan dikenakan denda Rp1.025.000 per item. Berlaku segala jenis barang, besar atau kecil. Berikut larangan keras yang ditetapkan pengelola Basecamp Gunung Kembang via Blembem:

  1. Masuk kawasan tanpa izin
  2. Membuat jalur sendiri di luar jalur resmi
  3. Melakukan aktivitas vandalisme, menebang pohon, memetik edelweiss, dan merusak segala keanekaragaman hayati di dalam hutan
  4. Membuat api unggun, membawa kembang api dan petasan
  5. Membawa senjata api
  6. Membawa senjata tajam lebih dari 20 cm
  7. Mendirikan tenda di jalur pendakian
  8. Membuang sampah sembarangan
  9. Membawa botol air mineral kemasan sekali pakai dan tisu basah
  10. Membawa kantung plastik, kecuali trash bag

Jika terjadi kondisi darurat, jangan ragu menghubungi nomor telepon tertera di peta jalur pendakian yang terlampir bersama tiket masuk kawasan. Secara umum sinyal seluler beberapa operator masih bisa dijangkau hingga ke puncak.

Panduan Pendakian Gunung Kembang via Blembem Wonosobo
Menyusuri perkebunan teh sebelum memasuki hutan Gunung Kembang/Rifqy Faiza Rahman

Peta Jalur Pendakian via Blembem

Bentang alam di sepanjang jalur pendakian Gunung Kembang via Blembem cukup variatif. Mulai dari perkebunan teh, hutan lumut, hingga sabana. Terdapat tiga pos utama dan sejumlah pos bayangan sebagai tempat istirahat. Trek sangat jelas dengan papan informasi di setiap pos dan sejumlah petunjuk arah di beberapa titik percabangan.

Bagian paling menarik dari jalur pendakian Gunung Kembang adalah kerapatan vegetasi hutannya. Terutama selepas pintu rimba Kandang Celeng hingga Pos 3 Akar. Sensasi lembap, basah, dan menyegarkan akan terasa di ketinggian mulai 1.682 meter di atas permukaan laut (mdpl) hingga menyentuh 2.000-an mdpl. Sisanya menuju puncak lebih didominasi oleh tanaman semak dan agak terbuka.

TelusuRI telah merekam track log pendakian Gunung Kembang via Blembem dengan GPS. Adapun elevasi dan jarak merupakan estimasi sesuai tercatat dalam alat navigasi GPS maupun peta pendakian. Silakan klik di sini untuk mengunduh tracklog pendakian dalam format GPX.

Panduan Pendakian Gunung Kembang via Blembem Wonosobo
Jalur Pendakian Gunung Kembang via Blembem (diolah dengan aplikasi Garmin Basecamp dan Wikiloc)

Basecamp Skydoors (1.339 mdpl) — Istana Katak (1.564 mdpl): +1,5 kilometer

  • Untuk menghemat tenaga dan waktu, manfaatkan fasilitas antar jemput berbayar dengan truk bak terbuka dari basecamp ke Istana Katak
  • Rutenya melewati jalan aspal lalu ikuti petunjuk arah ke Gunung Kembang dengan memasuki jalan makadam agak menanjak di tengah perkebunan teh
  • Istana Katak merupakan shelter sederhana beratap seng, terdapat toilet dan bisa digunakan sebagai tempat berteduh
  • Estimasi: 10—15 menit (naik truk) atau 1 jam (jalan kaki)

Istana Katak (1.564 mdpl) — Pintu Hutan Kandang Celeng (1.682 mdpl): +700 meter

  • Perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki melewati jalur makadam agak menanjak di belakang shelter Istana Katak
  • Jalur lebar dan petunjuk arah cukup jelas
  • Setelah kurang lebih 600 meter berjalan, terdapat percabangan yang ditandai gapura dan umbul-umbul di kiri jalur, trek tanah berundak di tengah kebun teh menuju pintu hutan Kandang Celeng
  • Pos Kandang Celeng adalah batas vegetasi antara perkebunan teh dengan hutan
  • Estimasi: 30—45 menit

Pintu Hutan Kandang Celeng (1.682 mdpl) — Pos 1 Liliput (1.853 mdpl): +500 meter

  • Kontur jalur langsung menanjak berupa trap atau anak tangga tanah yang agak berlumpur dan licin saat hujan, lalu terdapat bonus trek datar di beberapa titik
  • Vegetasi mulai rapat dan terasa lembap khas hutan lumut
  • Pos 1 Liliput hanya berupa sepetak lahan datar yang dikelilingi pepohonan di tengah jalur pendakian, tanpa shelter atau bangunan apa pun
  • Tidak diizinkan membuka camp di Pos 1 Liliput
  • Estimasi: 20—30 menit

Pos 1 Liliput (1.853 mdpl) — Pos 2 Simpang Tiga (1.955 mdpl): +220 meter

  • Kondisi jalur masih sama, kombinasi trek tanah basah dengan kontur datar dan menanjak di tengah hutan rapat
  • Ada dua spot menarik di tengah perjalanan menuju Pos 2: (a) ember penampung air hujan di sisi kiri jalur setelah 10—15 menit berjalan dari Pos 1; dan (b) Ekor Naga, area pohon-pohon yang tumbuh menyerupai tubuh naga, berjarak 5—10 menit sebelum Pos 2
  • Pos 2 Simpang Tiga hanya berupa tanah datar sempit di tengah jalur
  • Tidak diizinkan membuka camp di Pos 2 Simpang Tiga
  • EstimasI: 20—30 menit

Pos 2 Simpang Tiga (1.955 mdpl) — Pos 3 Akar (2.002 mdpl): +300 meter

  • Salah satu rute terpendek di jalur ini, karena perubahan elevasi hanya naik sekitar 50 mdpl
  • Sebelum Pos 3 Akar terdapat jembatan kayu yang unik karena diapit pohon besar dan pohon lumut
  • Pos 3 Akar juga hanya berupa lahan datar yang sempit dan tidak diperbolehkan mendirikan tenda di sini
  • Estimasi: 10—15 menit

Pos 3 Akar (2.002 mdpl) — Sabana 2 (2.183 mdpl): +430 meter

  • Selepas Pos 3 Akar, vegetasi mulai terbuka lalu berganti dengan tumbuhan semak dan perdu
  • Trek berubah kering dan berdebu saat musim kemarau, terkadang licin karena berkerikil
  • Sebelum Sabana 2 juga terdapat pos Sabana 1 yang hanya berjarak lima menit dari Pos 3 Akar
  • Meski terdapat beberapa areal datar, Sabana 1 maupun 2 bukan tempat ideal untuk berkemah karena potensi lintasan celeng sangat tinggi
  • Estimasi: 15—20 menit

Sabana 2 (2.183 mdpl) — Tanjakan Mesra (2.243 mdpl): +150 meter

  • Meski elevasi dan jarak terbilang pendek, tetapi trek cukup terjal sehingga diperlukan alat bantu berupa tali tampar putih yang terikat di akar pohon
  • Diharapkan lebih waspada saat turun karena lebih berbahaya ketimbang naik
  • Estimasi: 20-30 menit

Tanjakan Mesra (2.243 mdpl) — Bongkeng Sunrise Camp (2.310 mdpl): +130 meter

  • Trek masih menanjak dengan jalur zig–zag dan vegetasi makin terbuka nyaris tanpa tanaman peneduh
  • Bongkeng Sunrise Camp berada di sisi kanan jalur dan menjadi pilihan tempat berkemah selain di puncak, dari sini kawah Gunung Kembang yang terdapat tampungan air di dasarnya juga tampak jelas
  • Jika ingin turun ke dasar kawah, terdapat percabangan menurun dan curam tak jauh dari Bongkeng Sunrise Camp
  • Kelebihan berkemah di area ini adalah posisi yang lebih dekat dengan pemandangan ke arah matahari terbit
  • Waspada pada kedatangan kawanan celeng yang mungkin melintas saat sore atau malam, sehingga wajib menyimpan bahan makanan dan logistik di tempat yang aman
  • Estimasi: 10—15 menit

Bongkeng Sunrise Camp (2.310 mdpl) — Puncak Gunung Kembang (2.340 mdpl): +100 meter

  • Dari Bongkeng Sunrise Camp, dataran puncak sudah terlihat dengan tanda tiang bendera merah putih
  • Kontur agak menanjak dengan meniti punggungan barat kawah di antara ilalang
  • Dataran puncak sangat luas dan bisa menampung puluhan tenda dome berkapasitas empat orang
  • Waspada pada kedatangan kawanan celeng yang mungkin melintas saat sore atau malam, sehingga wajib menyimpan bahan makanan dan logistik di tempat yang aman
  • Saat cuaca cerah pemandangan akan terbuka leluasa nyaris 360 derajat, antara lain Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Prau, Dieng, hingga Gunung Slamet
  • Estimasi: 5—10 menit
Panduan Pendakian Gunung Kembang via Blembem Wonosobo
Hutan lumut yang rapat dan meneduhkan di jalur pendakian Gunung Kembang via Blembem/Rifqy Faiza Rahman

Lokasi Basecamp, Akses Transportasi, dan Tarif Pendakian

Basecamp pendakian Gunung Kembang dikelola oleh komunitas Skydoors. Letaknya berada di kaki Gunung Sindoro di area Blembem, Dusun Kaliurip, Desa Damarkasiyan, Kecamatan Kertek, Wonosobo, Jawa Tengah. Basecamp ini menggunakan kompleks bangunan bekas gudang penyimpanan hasil panen dari perkebunan teh Bedakah. Berada di ketinggian sekitar 1.339 mdpl, suhu di sekitar basecamp sangat sejuk dan sering berkabut. 

Tidak terdapat angkutan umum langsung ke basecamp. Titik terakhir yang dilalui bus adalah Terminal Mendolo Wonosobo (7,2 km). Adapun kota-kota terdekat yang bisa dilalui kereta api adalah Semarang (109 km), Yogyakarta (95 km), dan Purwokerto (98,5 km). Pilihan terbaik selanjutnya adalah menyewa jasa transportasi lokal milik basecamp atau membawa kendaraan pribadi dari daerah asal.

Fasilitas basecamp cukup lengkap dan bersih. Tersedia kantin sederhana dengan menu makanan ala Jawa, pos pengecekan kesehatan, instalasi pemilahan sampah organik-anorganik, selasar beralas tikar untuk tempat istirahat, rental alat pendakian, musala, dan toilet. Pendaki juga bisa menyewa jasa pemandu maupun porter di sini.

Tarif pendakian sebesar Rp80.000 per orang, sudah termasuk tiket masuk, cek kesehatan (suhu tubuh dan tensi), dan jasa angkutan truk bak terbuka senilai Rp25.000 untuk antar jemput basecamp ke shelter Istana Katak—dengan catatan minimal lima orang.

Narahubung basecamp:
0822 2673 0490 (Telepon)
0813 9267 6522 (Whatsapp)
0822 4432 2438 (Whatsapp)

Pemutakhiran terakhir pukul 11.00 WIB, 05/01/2024.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Tinggalkan Komentar