Interval

Only Yesterday: Perjalanan Dua Masa ala Studio Ghibli

Desa selalu menarik perhatian Taeko Okajima sejak ia masih kecil. Ada alasan khusus mengapa ia merasa seperti itu. Taeko dan keluarganya berasal dari Tokyo. Mereka besar dan tinggal di sana. Ketika teman-temannya berlibur ke desa, ia hanya bisa merengek ke ibunya meminta hal yang sama. Namun, mereka menolak permintaan itu karena memang tidak punya kerabat di desa yang bisa dikunjungi.

Selang belasan tahun, tepatnya di tahun 1982, Taeko akhirnya punya kesempatan untuk pergi ke desa. Ia datang untuk menemui keluarga suami Nanako, kakaknya. Taeko cuti selama 10 hari demi ikut memanen bunga safflower. Kala itu ia sudah berusia 27 tahun, bekerja di salah satu perusahaan di Tokyo, jomlo, dan belum menikah. Tak disangka, perjalanan tersebut justru mendatangkan banyak memori kala Taeko kecil, tepatnya ketika dia masih sekolah di tahun 1966.

Isao Takahata, salah satu sutradara Studio Ghibli, menggarap kisah Taeko tersebut dalam film berjudul Only Yesterday berdasarkan manga bikinan Hotaru Okamoto dan Yuko Tone. Ada dua cerita dalam film ini: Taeko saat berusia 10 tahun dan 27 tahun. Kisah Taeko kecil diambil Isao dari manga, sedangkan ia membuat cerita sendiri untuk Taeko versi dewasa. Only Yesterday rilis tahun 1991 di Jepang. Di waktu yang sama, film ini sukses menjadi box office di sana.

  • Only Yesterday: Perjalanan Dua Masa ala Studio Ghibli
  • Only Yesterday: Perjalanan Dua Masa ala Studio Ghibli

Cerita Beda Dimensi Waktu yang Menarik

Meski ada cerita beda dimensi waktu, Isao bisa menjahit keduanya menjadi satu kisah utuh. Porsi cerita Taeko versi kecil dan dewasa pas. Kedua kisah itu saling melengkapi sehingga mampu menjelaskan siapa Taeko.

Di awal, Only Yesterday memang berjalan lambat. Namun, hal itu bukan masalah karena Isao pelan-pelan menyeret penonton untuk mengenal Taeko lebih jauh lewat cara tersebut.

Dari segi visual, sang sutradara menyajikan gambar yang memiliki karakteristik berbeda. Warna gambar di cerita Taeko kecil lebih lembut, sedangkan visual Taeko versi dewasa lebih tegas. Hal ini tentu membantu penonton dalam membedakan latar waktu penceritaan kisah Taeko.

Keahlian Studio Ghibli dalam menggarap alam dalam bentuk visual juga memanjakan mata dan menambah daya tarik Only Yesterday. Bentang sawah, hutan, aliran air sungai, dan hamparan bunga safflower tampak hidup di film ini.

Only Yesterday: Perjalanan Dua Masa ala Studio Ghibli
Pemandangan desa tempat Taeko memetik bunga safflower via IMDb/Studio Ghibli

Memori sebagai Penggerak Cerita yang Penting

Only Yesterday selanjutnya menyuguhkan hal menarik lain. Memori yang muncul bukan hanya sekadar pemanis saja, malah menjadi penggerak cerita yang penting. 

Adegan sewaktu Taeko berada di kereta menuju Yamagata jadi buktinya. Di scene ini, Taeko bertanya-tanya mengapa ingatan saat ia kelas 5 SD terus muncul. Taeko lalu menyimpulkan bahwa usia 10 tahun adalah waktu ketika ia mengalami perubahan dalam hidup. Keadaan itu tidak berbeda dengan kondisinya saat ia berumur 27 tahun. Memori-memori tersebut, menurut Taeko, hadir agar ia merenungi hidupnya kembali.

Perjalanan ke desa di Only Yesterday lantas jadi ajang Taeko mengenang masa lalu sekaligus menavigasi hidupnya saat ini. Ia kerap bertanya dan menjawab. Jawaban yang Taeko dapatkan tidak ia peroleh sendiri. Tak jarang Taeko mendapatkannya ketika sedang mengobrol dengan tokoh lain. 

Di Only Yesterday, ia kerap berbicara banyak hal dengan Toshio, sepupu suami Nanako. Dalam obrolan itu, Isao menyelipkan pemikiran-pemikiran Toshio dan Taeko yang membuat film ini tak hanya menampilkan cerita yang usang: tokoh utama jatuh cinta dengan pria lokal saat ia berlibur. Lebih dari sekadar jatuh cinta, Taeko berusaha mengenal dirinya kembali dan hal ini terbilang tidak mudah.

Mengapa tidak mudah? Alasannya karena apa yang terjadi di masa lalu sangat mungkin berpengaruh pada kehidupan Taeko saat ini dan efek itu kadang tak selalu disadari.

Only Yesterday: Perjalanan Dua Masa ala Studio Ghibli
Taeko dan Toshio via IMDb/Studio Ghibli

Kisah Taeko adalah Fase Hidup Semua Orang

Terlihat di Only Yesterday, salah satunya adegan ketika Taeko, Toshio, dan Naoko mengobrol di atas bukit. Taeko kecil hidup di dalam keluarga yang memiliki figur ayah sangat kuat. Hampir segala keputusan terakhir ditentukan sang ayah.

Taeko bercerita bahwa dirinya pernah diminta jadi aktor cilik di drama kampus. Ia sangat ingin ikut, tetapi ayahnya melarang. Taeko dewasa ingat betul akan kejadian ini. Meski begitu, ia hanya menganggapnya sebagai peristiwa lucu. 

Toshio yang mendengarkan kisah itu pun tidak setuju dengan pendapat Taeko. Ia berkata, “Semua ayah, baik orang Tokyo ataupun orang desa, kupikir sama saja. Ketika SMA dulu, aku sangat ingin tinggal di Tokyo. Aku bahkan menulis surat ke sepupuku bagaimana sekolah di sana. Aku menyerah. Tapi bagiku itu sangat mengganggu ketika orang lain pulang ke rumah membual tentang hidup di Tokyo.”

Pada akhirnya, penonton Only Yesterday akan mudah merasa akrab dengan Taeko karena ceritanya berkutat pada fase yang semua orang rasakan. Meski begitu, ada hal baru yang Isao berikan lewat karakter, pengalaman, dan pemikiran tokoh lain dalam film. Masing-masing dari mereka memiliki pandangan sendiri terhadap hidup yang membantu Taeko—juga penonton—menjernihkan pikiran.


Judul Film: Only Yesterday
Sutradara: Isao Takahata
Produser: Toshio Suzuki
Produksi: Studio Ghibli
Tahun: 1991
Penulis Naskah: Hotaru Okamoto, Yuuko Tone, David Freedman
Pemain: Miki Imai, Toshiro Yanagiba, Yoko Honna
Sinematografi: Hisao Shirai
Genre: Animasi, Drama, Roman
Durasi: 1 jam 59 menit


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Penulis dan jurnalis lepas yang tigggal di Yogyakarta. Suka menonton film, membaca buku, memotret, dan berkebun.

Penulis dan jurnalis lepas yang tigggal di Yogyakarta. Suka menonton film, membaca buku, memotret, dan berkebun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
The Elephant Whisperers: Kisah Mereka yang Cinta pada Gajah