Travelog

Harapan dari Pembukaan Kembali Car Free Day Dago

“The environmental effects of the automobile are well known: motor vehicles cause, for example, as much as 75 percent of the noise and 80 percent of the air pollution in our cities.”

-Stewart Udall-

Minggu pagi (4/6/2023), di persimpangan Jalan Dago—Dayang Sumbi, Kota Bandung, Jawa Barat, dua pengendara sepeda motor terpaksa menghentikan laju sepeda motornya. Beberapa petugas Satpol PP setempat meminta mereka berhenti. Kedua pengendara itu hendak menuju kawasan Dago bawah.

“Sementara ditutup sampai jam sepuluh. Kalau mau, putar lewat Taman Sari,” kata salah seorang petugas satpol PP yang berjaga. 

Satu di antara pengendara tersebut mencoba ngotot untuk bisa masuk ke Jalan Dago. Namun, petugas tetap tidak mengizinkan. Ia memberi saran, “Motornya diparkir di sini saja. Jalan ke bawah.”

Momen unik itu menjadi bagian seru dari pembukaan kembali Car Free Day (CFD) di kawasan Dago. Untuk pertama kalinya CFD hadir lagi setelah dua tahun vakum akibat pandemi Covid-19.

Harapan dari Pembukaan Kembali Car Free Day Dago
Petugas memberi arahan kepada pengendara motor yang ngotot masuk kawasan Car Free Day Dago/Djoko Subinarto

Suasana Car Free Day Dago

Antusiasme warga menyambut kembalinya car free day di sebagian ruas Jalan Dago cukup terasa. Kerumunan warga terlihat mulai dari Taman Cikapayang hingga persimpangan Jalan Dago—Dayang Sumbi.

Petugas dari kepolisian, dinas perhubungan, dan satpol PP tampak berjaga di sejumlah titik. Sebagian petugas mondar-mandir menyusuri area CFD. Mereka berpatroli dan siaga kalau-kalau ada pihak yang melanggar aturan CFD, seperti berjualan, membawa hewan peliharaan, atau menyebar brosur promosi.

Jalan Dago, yang resminya bernama Jalan Ir. H. Djuanda, melintang dari sisi selatan ke utara. Tak semua ruas jalannya menjadi arena CFD. Zona untuk CFD hanya berlaku mulai dari depan Taman Cikapayang di sisi selatan hingga persimpangan Jalan Dago—Dayang Sumbi di sisi utara. Panjangnya sekitar 1,4 kilometer.

Seperti biasa, sebagian besar pengunjung memanfaatkan area CFD ini untuk sejumlah aktivitas olahraga ringan. Misalnya, jogging, bersepeda, main sepatu roda, maupun senam pagi. Saya juga melihat beberapa orang bermain mobil kotak sabun dan melakukan pawai atraksi seni.

Tak hanya itu. Ada juga panggung yang menyuguhkan pertunjukan musik. Biasanya usai olahraga pagi, sebagian pengunjung menikmati sajian musik secara live sembari istirahat.

  • Harapan dari Pembukaan Kembali Car Free Day Dago
  • Harapan dari Pembukaan Kembali Car Free Day Dago

Meningkatnya Kualitas Lingkungan

Car Free Day Dago pertama kali dihelat pada tahun 2010. Tujuan pokoknya untuk perbaikan kualitas lingkungan Kota Bandung. Pasalnya, dari waktu ke waktu, kualitas lingkungan di Bandung yang dahulu sempat punya julukan “Parijs van Java” ini, dinilai semakin menunjukkan penurunan. Selain sampah dan limbah industri, emisi gas buang kendaraan bermotor menjadi salah satu sumber penyebab menurunnya kualitas lingkungan di kota ini.

Banyak penyebab polusi udara Kota Bandung makin meningkat dari waktu ke waktu. Beberapa di antaranya adalah manajemen transportasi yang buruk, kenaikan jumlah kendaraan bermotor, hingga tingkat kesadaran lingkungan warga yang rendah. Minimnya persentase luas ruang terbuka hijau memperparah hal tersebut.

Wilayah perkotaan seperti Bandung semestinya mempunyai minimal 30 persen ruang terbuka hijau dari luas kota keseluruhan. Realitasnya baru mencapai 12,25 persen. 

Kenyataan tersebut agaknya menjadi salah satu latar belakang peluncuran program car free day di Kota Bandung. Lewat program ini, ada harapan-harapan tersemat. Di antaranya pengurangan polusi akibat gas buang kendaraan bermotor, serta memberikan alternatif ruang terbuka khusus bagi masyarakat, yang dapat berguna untuk kegiatan rekreasi, olahraga, dan kegiatan-kegiatan luar ruangan lainnya.

Di awal peluncurannya, tidak sedikit warga yang berharap program CFD juga terlaksana di kawasan jalan lainnya di Kota Bandung. Hasilnya, tak lama kemudian terdapat CFD baru di sebagian ruas Jalan Buahbatu. Selain car free day, sempat beberapa kali digelar car free night (CFN) di sebagian ruas Jalan Asia Afrika. Dekat dengan Alun-alun Bandung.

Harapan dari Pembukaan Kembali Car Free Day Dago
Beberapa peraturan Car Free Day Dago/Djoko Subinarto

Car Free Day di Kampus

Menurut saya, car free day merupakan program yang bagus dalam upaya memperbaiki kualitas lingkungan kota dan menumbuhkan kesadaran lingkungan bagi warga. Program CFD tidak hanya perlu terlaksana secara konsisten, tetapi juga memperluas cakupan dan menambah frekuensi.

Selain di ruas-ruas jalan tertentu, baik sebagian maupun sepenuhnya, sesungguhnya bisa juga menerapkan CFD di kawasan tertentu. Misalnya, di lingkungan kampus.

Perguruan tinggi, sebagai tempat berkumpulnya para golongan cendekia, dapat menjadi pelopor sekaligus contoh nyata bagi masyarakat di sekitarnya. Terutama berperilaku sederhana dan ramah lingkungan. Salah satu caranya adalah penerapan CFD pada waktu-waktu tertentu, ketika penghuni kampus bisa memilih berjalan kaki, mengayuh sepeda, atau naik angkutan umum untuk menuju kampus mereka. Di saat yang sama, kampus sama sekali tertutup untuk semua jenis kendaraan bermotor.

Selain kampus, area-area perkantoran lainnya juga bisa memberlakukan CFD di lingkungan masing-masing. Baik instansi pemerintahan maupun swasta.

Bayangkan saja kalau cakupan CFD makin luas dan sering diterapkan oleh berbagai kalangan. Kian banyak warga yang terdorong dan memilih berjalan kaki, mengayuh sepeda, atau naik angkutan umum. lalu menjadi kebiasaan sehari-hari. Ini akan memberi kontribusi yang sangat berarti bagi perbaikan kualitas lingkungan kota kita.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Penulis lepas dan blogger yang gemar bersepeda.

Penulis lepas dan blogger yang gemar bersepeda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Kenapa Kabut Senja Tak Lagi Jatuh di Sukarame?