Menyaksikan Idemitsu Asia Talent Cup dari Atas Bukit

by Nirma Sulpiani

Mendung menemani perjalanan saya pulang bekerja siang itu, Sabtu 13 November. Sesampainya di kos saya membuka pesan dari salah seorang teman yang mengajak saya menyaksikan uji coba para pembalap Idemitsu Asia Talent Cup (IATC) secara gratis di Kuta Mandalika.

Tanpa berfikir panjang saya langsung menerima ajakan itu. Anggap saja perjalan kali ini sebagai refreshing karena jemu memikirkan pekerjaan yang tak kunjung usai. 

Berangkat dari Mataram kira-kira menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam hingga tiba di lokasi. Rute yang kami lalui kali ini berbeda dengan jalan yang sering  ditempuh jika berkunjung ke Kuta.  Kali ini saya melalui jalan bypass Bandara Internasional Lombok (BIL)— Mandalika. 

Dari beberapa sumber yang saya baca, pembangunan jalan bypass BIL—Mandalika memang khusus menunjang pelaksanan sejumlah event internasional yang akan berlangsung. Selain itu, tujuan saya melewati jalan bypass BIL—Mandalika, ialah agar bisa melihat Bukit menangis yang belakangan ramai dijadikan tempat berswafoto oleh masyarakat. 

Setibanya di Mandalika, lalu lalang kendaraan  sudah  ramai. Jika kita ingin menyaksikan IATC dari Tribun secara gratis, terlebih dahulu kita mendaftar di stand pendaftaran yang berada di Masjid Nurul Bilad dan memenuhi persyaratan lain diantaranya yakni sudah vaksin dosis ke 2;  menggunakan aplikasi peduli lindungi untuk masuk ke sirkuit; dan menjalani swab antigen—swab antigennya juga dapat dilakukan secara gratis di sana.

Antrian nonton gratis
Antrian nonton gratis/Nirma Sulpiani

Namun, keinginan untuk menyaksikan langsung dari tribun kami urungkan, sebab saat kami sampai di sana ajang balapan yang diperuntukan untuk pemuda di kawasan Asia dan Oseania ini telah dimulai. Dengan pertimbangan waktu, panjangnya antrian, serta melihat antusiasme warga yang menyaksikan dari luar, rasanya akan lebih seru jika menyaksikannya dari luar area sirkuit. 

Benar saja, beberapa saat setelah memarkir kendaraan di lahan yang berdekatan dengan tembok besar mengitari sirkuit, kami sudah dipanggil oleh rombongan pemuda-pemuda yang datang menggunakan truk, dengan senyuman dan suara yang sedikit berteriak mereka mengajak kami untuk menonton dari atas truk, “Sini naik ke atas, biar lebih jelas!” Teriak mereka. 

Mendengar ajakan mereka kami hanya menjawab dengan tersenyum. Beberapa saat kemudian dari arah sebelah kiri kami datang mobil pickup yang berisi rombongan ibu-ibu. Setelah kendaraan yang mereka tumpangi terparkir, mereka kemudian mengeluarkan ponsel masing-masing untuk mengabadikan momen tersebut. Rombongan lain terus berdatangan dan memarkir kendaraan secara berjejer. 

Tidak hanya kendaraan roda empat, kendaraan roda dua juga banyak yang berhenti untuk melihat uji coba pertandingan, ada yang ikut naik truk dan ada juga yg menggunakan bangku, hanya sekedar untuk melihat beberapa saat. 

Belum sempat menyaksikannya dari sana, waktu pertandingan telah usai dan akan berlanjut sekitar pukul 16.00 WITA. Kami kemudian beranjak mencari tempat yang nyaman untuk menyaksikan pertandingan. 

Nonton uji coba dari atas bukit
Nonton uji coba dari atas bukit/Nirma Sulpiani

Sebuah bukit yang hanya berjarak beberapa meter dari sirkuit menjadi pilihan kami untuk menyaksikan uji coba pertandingan, menonton dari sini rasanya seperti sedang berada di stadion,  selain lintasan sirkuit dan para pembalap IATC terlihat jelas, berkumpul bersama puluhan orang dan dari berbagai macam kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, bapak-bapak, hingga ibu-ibu pun tak mau kalah, dari yang berseragam hingga yang mengenakan sarung semua berkumpul di sini. 

Menyaksikan dari ketinggian terasa semakin seru saat mendengar banyak cerita menarik, salah satu cerita yang saya ingat yakni seorang perempuan paruh baya yang rela menutup warung dagangannya hanya untuk menyaksikan pertandingan. Belum sempat menanyakan lebih detail, perhatian saya sudah teralihkan oleh perempuan berbaju biru yang baru datang kemudian langsung menaiki mobil polisi yang berada persis di depan kami sembari berkata, “Ternyata nonton dari sini jelas ya!” Katanya sambil tersenyum. 

Sepanjang jalannya pertandingan masyarakat yg ingin menonton terus berdatangan. Meskipun layar kaca menayangkan lebih detail jalannya pertandingan, tetap saja mendengar sorak sorai  jalannya turnamen secara langsung rasanya akan  selalu  lebih seru. Meskipun saya pribadi tidak mengerti dunia otomotif, setidaknya pengalaman menyenangkan ini bisa menjadi sebuah kisah yang bisa diceritakan, kami sebagai tuan rumah pernah menyaksikan balapan yang dibicarakan dunia internasional dengan cara tersendiri. 

Gagal menyaksikan pertandingan Final IATC 

Pemandangan nonton final/Nirma Sulpiani

Belum lengkap rasanya, jika hanya menyaksikan uji coba pertandingan. Minggu 14 November, kami kembali mendatangi Mandalika untuk menyaksikan laga final IATC. Kali ini kami sengaja berangkat lebih lebih pagi, tujuannya agar mendapat atrran lebih awal untuk menyaksikan dari tribun secara gratis. 

Namun sayang, tak jauh berbeda dari kemarin tetap saja kali ini kami kalah cepat dengan yang lain, sesampainya di Masjid Nurul bilad antrian panjang telah menunggu, halaman masjid yang begitu luas sudah dipadati oleh kendaraan roda dua dan roda empat, melihat kondisi ini kami kemudian mengurungkan niat menyaksikan dari tribun, sebab pertandingan akan dimulai beberapa jam lagi.

Berbeda dari sebelumnya, pengamanan lalu lintas kali ini lebih diperketat, tidak ada lagi masyarakat yang menonton menggunakan truk seperti sebelumnya dan masyarakat yang datang lebih ramai, saat melihat bukit tempat kami menyaksikan uji coba pertandingan kemarin, bukit tersebut sudah dipadati oleh pengunjung yang ingin menyaksikan final IATC. 

Meskipun demikian perjalanan kami mencari lokasi untuk menyaksikan pertandingan terus berlanjut, sampai akhirnya kami memilih sebuah dataran yang cukup tinggi, dari sini lintasan sirkuit juga terlihat jelas dan yang membedakan dari bukit kemarin ialah, jika di bukit kemarin kami hanya dapat melihat satu tikungan, di tempat kami kali ini kami dapat melihat tiga tikungan sekaligus. 

Bersama puluhan penonton lain kami menunggu jalannya pertandingan, informasi yang kami dapat pertandingan tadinya akan dilangsungkan di mulai pukul 14.00 WITA namun ditunda sampai pukul 16.00 WITA. Hal ini tentu bukan masalah bagi kami, kami tetap semangat untuk menyaksikan pertandingan.

Sampai akhirnya sekitar pukul 16.30 WITA kami mendapat informasi bahwa pertandingan final IATC diundur karena Marshal dinilai belum siap dan kembali dijadwalkan pada tanggal 19-21 November bersamaan dengan diselenggarakannya  World Superbike. 


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu
!

Nirma. Menyukai perjalanan dan menonton film.

You may also like

Leave a Comment