Tempat luas, lokasi outdoor, jam operasional mulai sejak pagi. Setidaknya dua dari ketiga syarat itu harus terpenuhi jika ingin berkunjung atau mencari destinasi untuk ‘ngumpul’ dengan kawanku. Kebetulan beberapa hari lalu aku menemukan sebuah unggahan di Instagram tentang suatu kafe di daerah Ungaran. Adalah Akar Langit.

Setelah melakukan riset kecil tentang tempat tersebut, aku menghubungi kawanku. Kami sepakat untuk pergi akhir pekan dan tentunya sebelum matahari tepat di atas kepala.

Pukul 9.30 aku dan kawanku, Tika, keluar rumah mengendarai roda dua dengan kecepatan sedang. Perjalanan dari rumahku ke tempat tujuan menempuh waktu sekitar 45 menit. Dalam perjalanan mendekati lokasi, kami memasuki gang kecil yang tidak terlihat begitu jelas dari jalan raya. Beberapa ratus meter dari gang itu, kami melewati jalan setapak yang sedikit lebih lebar, menurutku masih bisa dilalui oleh dua mobil yang berpapasan.

Hamparan sawah dan gembala kerbau menyambut. Matahari yang terasa begitu terik di rumah berubah menjadi ramah. Roda dua kami tinggalkan di area parkir yang terletak di samping sungai. Sedang tempat tujuan kami, Akar Langit, berada tepat di seberangnya. Aliran sungai membuka suara, tanaman hijau memanjakan mata. Aku dan kawanku menyeberang, melewati jembatan bambu yang disediakan pengelola.

Akses Menuju Akar Langit/Anggardha Paramita

Kami berdua memasuki area kafe dan memesan beberapa menu untuk disantap sembari menikmati lanskap hijau yang mengelilingi Akar Langit. Jenis makanan dan minuman yang dijual pun beragam. Tidak hanya makanan ringan tersedia pula berbagai jenis makanan berat. Mulai dari menu kekinian hingga wedang-wedangan tradisional.

Ada beberapa tempat yang dapat dipilih, mulai dari rooftop, joglo, hingga bagian outdoor yang menghadap langsung ke sungai. Ada juga beberapa meja dan kursi yang tersedia di area depan menghadap bangunan utama kafe ini.

Aku sendiri awalnya memilih kursi di bagian outdoor agar bisa menikmati pemandangan yang menyegarkan ini. Ah sayang sekali, belum lama bersandar, hujan keburu datang. Tika mengajakku untuk berteduh. Kami pun buru-buru pindah ke joglo dan tentunya memilih kursi yang paling strategis.

Pramusaji mengantar satu per satu hidangan yang kami pesan. Ada dua gelas es kopi dan dua piring makanan sejuta umat di meja kami, nasi goreng dan bihun goreng. Sembari menyantap makanan, kami menikmati suara hujan dan melodi yang timbul dari derasnya aliran sungai. 

Pikirku melayang, hujan siang ini sepertinya akan awet entah sampai kapan. Aku juga baru ingat kalau lupa membawa jas hujan, sedangkan Tika hanya membawa satu pasang. Hujan turun semakin deras, begitu pula pengunjung yang datang. Sudah kuduga semakin siang pasti akan semakin banyak orang. Beruntungnya aku bisa tiba lebih awal disini. Kalau tidak, mungkin kami sudah basah kuyup di jalan.

Menikmati fasilitas di Akar Langit

Pukul 13.30 hujan sedikit reda. Aku dan Tika mulai menjelajahi fasilitas yang tersedia. Setelah hujan, cuaca tak lagi terik seperti saat awal tiba di sini. Kami pun mencoba naik ke bagian rooftop. Untuk sampai ke atas, kami hanya perlu menaiki tangga kecil di samping kasir. 

Pemesanan dan Kasir/Anggardha Paramita

Menurutku bagian rooftop adalah tempat paling menarik. Dari atas sini kita bisa menikmati berbagai macam pemandangan di sekitar lokasi kafe. View Gunung Ungaran terlihat begitu menawan, namun sayang tertutup kabut. Sedangkan di sisi lain terlihat sungai yang kami seberangi ketika memasuki kafe tadi. Aliran airnya cukup besar, maklum hujan yang turun juga deras.

Bangunan rumah limas yang terletak pada bagian tengah menambah kesan tradisional dari tempat ini. Atap-atap jerami dan jembatan kecil yang dibuat dari bambu membawa suasana menyatu dengan alam semakin erat. Di tengah hiruk-pikuk dan panasnya Kota Semarang, tak ada salahnya membawa diri untuk sedikit menepi di tempat ini. 

Bukan sekadar untuk remaja, menurutku tempat ini bisa dinikmati oleh berbagai kalangan usia. Akar Langit menyajikan fasilitas lain seperti kolam renang dan area pemancingan. Kolam renang yang disediakan menjadi daya tarik sendiri untuk anak-anak sehingga betah menghabiskan waktu dengan keluarga. Sedangkan untuk orang yang punya hobi memancing, tak ada salahnya mampir ke area pemancingan di bagian ujung kafe.

Area Pemancingan/Anggardha Paramita

Setelah hujan benar-benar berhenti, aku mengajak Tika untuk bergegas pulang. Kami meninggalkan Akar Langit sekitar pukul 2 siang. Dalam perjalanan singkat kali ini aku berpikir, sepertinya ini akan jadi tempat pilihanku untuk menepi.

Tinggalkan Komentar