Itinerary

Menelusuri Wisata Sejarah di Nganjuk

Berada di Jawa Timur, Nganjuk dikelilingi oleh enam Kabupaten. Kabupaten tersebut antara lain yakni Kab. Jombang (sebelah timur), Kab. Kediri (sebelah selatan dan sebelah timur), Kab. Tulungagung (sebelah selatan), Kab. Madiun dan Kab. Ponorogo (sebelah barat), dan Kab. Bojonegoro (sebelah utara). Wilayah Nganjuk terbilang strategis karena menjadi jalur lintas selatan dari arah Surabaya menuju Solo, Yogyakarta, dan Jabodetabek. Masyarakat Nganjuk masih lekat dengan tradisi, budaya, hingga sejarah. Oleh karenanya, menjadi hal yang lumrah jika Nganjuk memiliki potensi wisata terkait dengan nilai-nilai tersebut.

Kalau ke Nganjuk, sempatkan diri singgah ke tempat bersejarah ini, ya!

Candi Lor
Candi Lor/Imam Basthomi

1. Candi Lor

Candi Lor terletak di sebelah selatan dari pusat Kota Nganjuk. Tepatnya di Desa Candirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk. Berdasarkan catatan sejarah, candi ini didirikan oleh Mpu Sindok pada tahun 859 Caka atau 937 M sebagai tugu peringatan kemenangan Sindok dari Melayu  dan sebagai penghargaan kepada rakyat Anjung Ladang atas dalam peperangan.

Menurut ahli sejarah, Candi Lor awalnya bertingkat dan bersifat Siwais. Candi Lor menghadap ke barat namun sekarang ini sudah tidak berbentuk lagi—sudah sangat rusak, tepatnya. Hal itu terjadi karena memang bangunan candi yang terbuat dari bata merah ini sudah tua, bahkan pohon Kepuh tumbuh di sekitar badan candi. 

Di bagian barat, terdapat arca, lingga, dan juga yoni. Ketiga dalam keadaan sudah rusak. Di sebelah baratnya lagi ada dua makam yang diyakini sebagai makam abdi kinasih Mpu Sindok yaitu Eyang Kerto dan Eyang Kerti.

Di komplek Candi Lor juga ditemukan sebuah prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti Anjuk Ladang. Prasasti tersebut saat ini tersimpan di Museum Nasional. Secara garis besar, prasasti Anjuk Ladang berisi maklumat dari seorang pejabat tinggi kerajaan.

2. Candi Ngetos

Candi Ngetos terletak di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, sekitar 17 km arah selatan dari Kota Nganjuk. Berdasarkan bentuk bangunannya, candi ini diperkirakan berdiri pada abad XV. Candi ini juga diperkirakan berfungsi sebagai tempat pemakaman Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit.

Bangunan utama Candi Ngetos terbuat dari batu merah. Secara fisik, keadaannya tak jauh beda dengan Candi Lor. Tampak rusak. Candi Ngetos memiliki 4 relief, namun sekarang ini hanya satu yang masih dapat dilihat, tiga lainnya sudah rusak. Berdasarkan arca-arca yang ditemukan di sana, Candi Ngetos dikatakan sebagai Candi yang bersifat Siwa-Wisnu.

3. Masjid Al Mubaarok

Masjid Mubaarok merupakan masjid salah satu yang tertua di Nganjuk. Lokasinya berada di Berbek, sekitar 8 km arah selatan dari pusat Kota Nganjuk. Masjid ini dibangun di atas tanah yang cukup luas. Di sampingnya ada beberapa bangunan lainnya seperti yoni yang sekarang difungsikan untuk melihat waktu Salat (bencet).

Di sebelah kiri bagian depan sekarang ini didirikan bangunan untuk Kantor Urusan Agama (KUA) Berbek. Di bagian sebelahnya juga ada Taman Pendidikan Quran (TPA) dan Madrasah Ibtidaiyah. Di belakang masjid digunakan sebagai pemakaman dan sampai saat ini oleh masyarakat sering dikunjungi untuk wisata religi. 

4. Monumen Pahlawan

Nganjuk juga merupakan wilayah yang memiliki rekam jejak sejarah perjuangan para pahlawan Indonesia. Untuk mengenang dan mengingat jasa-jasa para pahlawan, maka dibuatkan sebuah monumen. Yang pertama adalah Monumen Kapten Kasihin. Monumen tersebut terletak di alun-alun Kota Nganjuk.

Monumennya berupa patung yang berdiri megah dan gagah yang menggambarkan Kapten Kasihin sedang memakai baju militer lengkap dengan pedangnya. Monumen ini dibangun untuk menunjukkan bahwa di daerah Nganjuk pernah terjadi perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Yang kedua adalah Monumen Jenderal Sudirman. Monumen tersebut dibangun di Desa Bajulan. Lokasinya sangat strategis, yaitu terletak di tikungan dekat jembatan yang agak panjang dan persis di sebelah barat SD bajulan 1.

Pada monumen ini Jenderal Sudirman digambarkan sebagai sosok yang utuh, berdiri tegak, dan memakai jas/mantel panjang dan memakai blangkon. Monumen ini dibangun di Desa Bajulan karena untuk mengenang perjuangan gerilya Jenderal Sudirman beserta pasukannya melawan pasukan penjajah.

Yang terakhir adalah Monumen Dokter Soetomo. Monumen ini terletak di Desa Ngepeh Kecamatan Loceret (7 km dari pusat Kota Nganjuk). Dibangun di sana karena merupakan tanah tempat kelahiran Dokter Soetomo. Secara keseluruhan monumennya berdiri di atas tanah seluas 3-4 ha.

Monumen Dokter Soetomo terdiri dari patung Dokter Soetomo, pendopo induk, dan bangunan pringgitan. Di monumen ini juga terdapat foto-foto kenangan dan kegiatan Dokter Soetomo baik pada masa kanak-kanak, masa muda, dan masa dewasa.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Imam Basthomi tinggal di Nganjuk, ditengah kesibukannya menjadi mahasiswa di uinsuka, Basthomi menekuni sejarah, pariwisata, museum dan cagar budaya lainnya.

Imam Basthomi tinggal di Nganjuk, ditengah kesibukannya menjadi mahasiswa di uinsuka, Basthomi menekuni sejarah, pariwisata, museum dan cagar budaya lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Situs Duplang, Peninggalan Nenek Moyang Zaman Megalitikum