Sejalan dengan kian bergeliatnya pariwisata pascapandemi COVID-19, desa-desa di banyak daerah di Indonesia bergerak senada. Khususnya yang memiliki potensi daya tarik wisata alam. Tak ketinggalan Desa Welora, yang terletak di sisi utara pulau kecil bernama Dawera, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku.
Laiknya daerah kepulauan lainnya, Desa Welora menjadi salah satu destinasi unggulan di area perairan Laut Banda dan Laut Timor. Terutama bagi pegiat wisata minat khusus menyelam, baik itu turis lokal maupun mancanegara yang terhitung sudah banyak berkunjung ke desa ini.
Keunggulan potensi bahari yang terkandung memang luar biasa. Gugusan terumbu karang berwarna-warni yang masih sehat dan berukuran besar. Di sekelilingnya ikan kerapu dengan ukuran hampir sepanjang dua meter berenang ke sana kemari. Tak mau kalah, kumpulan ikan barakuda yang memanjakan mata hingga ikan napoleon pun sering terlihat saat menyelam.
Kekayaan biota laut tersebut mengantar Desa Welora sebagai Juara 1 kategori destinasi baru terpopuler dalam ajang Anugerah Pariwisata Indonesia (API Award) pada 2020. Desa Welora meraih suara sebesar 39%, mengungguli Pulau Semau dari Kabupaten Kupang (Juara 2) dan Pasir Timbul, Bone Lambuta dari Kabupaten Buton Tengah (Juara 3). Sebuah pencapaian yang sepadan, karena keasrian desa dengan bangunan berjajar rapi ditambah keramahan penduduknya membuat siapa pun yang berkunjung akan betah untuk tinggal berlama-lama.
Pemerintah Desa Welora mencatat, dalam kurun waktu 2021–2023 terdapat 13 kapal yang telah singgah secara LoB (Live on Board). Total 291 penumpang dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Kanada, Belanda, dan Jerman berkunjung ke Welora. Catatan positif tersebut membuat para warga dan pengurus desa wisata terus berusaha mengembangkan Desa Welora agar dikenal luas oleh masyarakat.
Namun, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan agar pariwisata tidak menjadi dua mata pisau bagi Desa Welora. Bukan hanya sekadar kegiatan wisata alam biasa, melainkan konsep-konsep dasar wisata secara berkelanjutan atau ekowisata sebagai masa depan Desa Welora. Seperti dikemukakan oleh The International Ecotourism Society (TIES) pada awal 1990, bahwa ekowisata berarti melakukan perjalanan wisata secara bertanggung jawab ke tempat-tempat yang alami dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan budaya lokal, serta meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat.
Untuk itu Pemerintah Desa Welora bekerja sama dengan Yayasan WWF Indonesia mengadakan kajian daya dukung pariwisata bahari di wilayah Desa Welora dan perairan sekitarnya, termasuk area pesisir maupun wisata laut. Kajian ini dilakukan pada 20–24 Maret 2024 di empat titik garis pantai untuk mengetahui karakteristik pantai, serta lima titik penyelaman untuk mengetahui keanekaragaman hayati dan biota laut. Tujuan pelaksanaan kajian ini sebagai upaya pengembangan wisata bahari yang lebih berkualitas, berkelanjutan, ramah lingkungan, dan menghindari potensi terjadinya overtourism.
Anastasia Alerbitu, Marine Tourism and Community Officer WWF-Indonesia untuk Maluku Barat Daya, menambahkan perlunya kajian ini dalam sudut pandang konservasi. “Mengetahui potensi desa Welora saat ini, dirasa sangat perlu untuk pengembangan dan tata kelola wisatanya. Kajian yang telah dilakukan dapat mengetahui berapa jumlah batas tampung dari pantai-pantai yang ada di Welora, atau jumlah maksimal penyelam di dalam satu titik selam.”
Ia menambahkan, “Hal ini dapat mendukung Welora menjadi wisata yang berkualitas dan berkelanjutan untuk mencegah terjadinya overtourism.”
Hasil kajian daya dukung tersebut akan menjadi data dasar untuk kajian mendatang, yang terkait pengembangan wisata bahari berkelanjutan—terutama berhubungan dengan keanekaragaman hayati laut. Selain itu juga dapat digunakan sebagai bahan promosi wisata Desa Welora, di antaranya informasi peta penyelaman dan persebaran biodiversitas laut yang menjadi potensi wisata bahari dari keindahan Desa Welora.
Markus Laimera, sekretaris Desa Welora yang juga merupakan salah satu penggagas desa wisata, mengatakan, “Kami merasa sangat terbantu dengan adanya kajian daya dukung wisata ini. Mudah-mudahan dari hasilnya nanti, kami dapat berbenah dan meningkatkan pelayanan wisata hingga pengadaan fasilitas yang belum ada di Welora.”
Suara senada disampaikan oleh Sarjon Walupi, kepala Desa Welora. Ia berterima kasih sebesar-besarnya kepada WWF-Indonesia dan menjanjikan dukungan penuh selama kegiatan kajian daya dukung wisata bahari berlangsung sampai usai.
Lebih lanjut Sarjon menganggap kesempatan untuk bekerja sama dengan WWF-Indonesia semakin menumbuhkan kepercayaan diri masyarakat untuk membentuk desa wisata yang selaras dengan tujuan konservasi. Selama ini, masyarakat desa juga turut berpartisipasi dalam menjaga keanekaragaman hayati di laut sekitar Welora, baik secara personal maupun secara administratif.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.