Itinerary

Memandang Candi Prambanan dari Secangkir Kopi

Meskipun lahir dan besar di Sleman, tetapi baru satu atau dua kali saya menyinggahi Candi Prambanan. Itu pun karena agenda study tour semasa kanak-kanak. Sisanya saya hampir tidak pernah tega menukar uang Rp50.000 dengan tiket masuk taman wisata candi tersebut. Bukan tidak rela, melainkan alasan kondisi ekonomi yang belakangan ini hanya cukup membeli es oyen di pinggir kompleks candi.

Sampai kemudian kabar baik datang. Seorang kawan baru saja mampir ke sebuah kedai kopi bernama K-Space, dengan pemandangan langsung menghadap candi. Saya pun cukup tertarik ke sana dan menjajal pengalaman yang sama. Menyeruput segelas kopi dengan memandang Candi Prambanan.

Jarak dari rumah saya ke K-Space tidak terlalu jauh. Jika lalu lintas lancar, kira-kira membutuhkan waktu setengah jam berkendara dengan sepeda motor. Cukup mudah menemukan lokasinya, karena berada tepat di sisi barat panggung pentas Sendratari Ramayana Prambanan. Atau jika dari arah Kota Yogyakarta, kedai tersebut dapat kita temui di sisi utara Kantor Pusat PT Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko.

Belakangan saya tahu kalau K-Space merupakan anak usaha PT TWC yang bergerak di bidang food and beverage. Menurut salah satu karyawan kedai, operasional K-Space berlangsung dengan sistem koperasi.

Melihat Candi Prambanan dari Kejauhan

Waktu yang tepat untuk berkunjung ke K-Space adalah saat malam hari. Melalui area rooftop-nya, dari kejauhan pengunjung dapat menikmati pijar sinar alat penerang yang menembus bagian atap Candi Prambanan. Pancaran tersebut sangat berkesan bagi saya karena memperlihatkan guratan relief-relief candi yang dibangun pada abad ke-9 Masehi tersebut. Terbentang dari bawah sampai puncak, bahkan dalam kondisi minim cahaya sekalipun.

Saya sendiri sudah lupa dengan memori ketika pertama kali menghirup udara dari kompleks candi. Namun, sorot cahaya tersebut tiba-tiba membuka ruang ingatan saya. Perasaan ketika menyusuri setiap relief candi, saat guru saya memandu saya bersama teman-teman masa kecil. Memahami sejarah hingga makna dari setiap artefak yang ada di dalamnya.

Melalui lantai dua kedai, dinamika kultural yang pernah guru saya sampaikan seketika kembali hadir. Dinamika yang terjadi seiring hadirnya interaksi antara nenek moyang dengan ragam agama dan kepercayaan yang bangsa lain miliki, sehingga terbentuklah Candi Prambanan. Kurang lebih secercah memori itulah yang kembali muncul dalam ingatan saya.

Meskipun jalanan dan pagar membatasi jarak pandang saya, setidaknya ruang sela tersebut membuat saya mampu melihat Candi Prambanan dengan spektrum lebih luas. Bukan lagi sebatas bentuk fisiknya, melainkan membacanya dalam konteks historis. Dalam proses ini, saya mencoba melihat kembali peta persebaran ajaran Hindu di tanah Jawa. Peta yang mulai rentan terlupakan oleh generasi kita akhir-akhir ini.

Melalui secangkir kopi di K-Space, membuat pikiran saya menjadi lebih tenang dan terkendali ketika hendak membaca nilai historis candi tersebut. Alhasil, saya pun tergoda untuk menuliskannya sembari menikmati kemegahan pemandangan indah Candi Prambanan.

Ruang Alternatif bagi Penikmat Kopi

Jika membandingkan dengan kedai-kedai kopi yang bertebaran di Yogyakarta, saya menilai K-space jauh lebih menarik untuk disinggahi. Harganya terbilang cukup terjangkau. Secangkir kopi Americano dapat saya seruput hanya dengan mengeluarkan uang enam ribuan rupiah. 

Selain kopi, terdapat menu teh, susu, coklat, matcha, bahkan es krim yang juga tersedia di kedai ini. Saya pribadi kerap memesan Americano karena sangat sesuai dengan kondisi kedai menjelang malam hari yang cukup dingin.

Bahkan jika sudah kadung nyaman sampai timbul rasa lapar di kedai ini, saya dapat memesan makanan seharga Rp8.000 saja. Menu makanannya mulai dari mi goreng hingga nasi ayam goreng. Bahan mi yang digunakan pun berbeda dengan yang kerap kita temukan di warung-warung lainnya.

Kedai ini menyatu dengan sebuah minimarket. Posisi ini jelas lumayan menguntungkan bagi saya, sehingga segala kebutuhan yang tidak ada di kedai dapat saya peroleh melalui minimarket tersebut. Misalnya, camilan atau korek api sekalipun. Makanan ringan yang saya beli di minimarket tetap diperkenankan untuk dimakan di kedai, sembari menikmati kopi.

Namun, hal yang tidak bisa ditawar dari kegiatan ngopi di kedai ini adalah pengalaman langsung menyaksikan Candi Prambanan dalam jarak yang cukup dekat. Terlebih suasana malam yang dihasilkan oleh candi tersebut, membuat siapa pun yang memandang betah berlama-lama di kedai ini.

Meskipun demikian, saya cukup kecewa dengan jam operasional dari K-Space. Ketika saya bertanya jam tutup kedai kepada salah satu karyawan yang sedang bertugas, ia menjawab kedai ini tutup pukul delapan malam. Padahal kalau saya pikir-pikir, daya tarik dari kedai ini justru terletak pada suasana di malam hari, yakni ketika Candi Prambanan memancarkan guratan-guratan relief dalam balutan cahaya.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Kerap dipanggil sebagai Suden, kini tinggal di Yoyakarta dan sedang menempuh pendidikan panjangnya di menfess Twitter.

Kerap dipanggil sebagai Suden, kini tinggal di Yoyakarta dan sedang menempuh pendidikan panjangnya di menfess Twitter.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Pasar Senggol: Perayaan Kecil Masyarakat Selang Kebumen