Interval

Melacak Sejarah Kuno Indonesia lewat Prasasti: Kumpulan Tulisan Prof. Boechari Tentang Indonesia di Masa Kuno

Sebagai salah satu ilmu yang berhubungan dengan tulisan kuno, epigrafi seringkali masih dianggap “belum terlalu penting” daripada ilmu-ilmu lainnya. Padahal, sumber primer sejarah berasal dari data-data epigrafi yang sudah melewati berbagai jaman. Banyak sumber data yang belum sampai ke kita karena belum ditemukan, rusak, aus, bahkan dirusak secara sengaja, dan diperjual belikan. Para epigraf di Indonesia sendiri sangat sedikit dan menjadi minoritas dalam penulisan sejarah Indonesia. Walaupun begitu, Indonesia pernah mempunyai seorang cendekiawan yang mendedikasikan hidupnya untuk penelitian epigrafi Indonesia.

Dari sekian banyak karya tulisnya, yang sempat saya baca sewaktu masih di dunia perkuliahan adalah kumpulan-kumpulan penelitian Boechari yang diberi judul Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewat Prasasti. Bagi penggemar aksara kuno, buku ini banyak memberikan pencerahan mengenai seluk beluk penelitian aksara kuno dari sudut pandang sejarah, arkeologi, filologi, dan epigrafi. Buku ini memperlihatkan semangat Prof. Boechari dalam menggali lebih dalam pengetahuan sejarah-budaya yang sebelumnya selalu didominasi peneliti asing.

Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewat Prasasti
Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewat Prasasti/M. Irsyad Saputra

Pada bagian pertama buku, ada sambutan dari Kresno Yulianto selaku Ketua Departemen Arkeologi FIB UI pada waktu itu yang mengungkapkan bagaimana keinginan kuat untuk mempublikasikan tulisan-tulisan Prof. Boechari sebagai sebuah buku. Persiapan ini tidak mudah, untungnya Ecole francaise d’Extreme-Orient (Lembaga Prancis untuk Kajian Asia) membantu penerbitan buku ini bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.

Sesuai peribahasa tak kenal maka tak sayang buku ini juga mencantumkan riwayat hidup singkat Prof. Boechari. Ia lahir di Rembang pada 24 Maret 1927 sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara dengan bapaknya, Martodihardjo, yang merupakan seorang guru. Boechari kecil mengenyam pendidikan di HIS di Cepu kemudian melanjutkan pendidikan menengahnya di Yogyakarta di HIK (Hollandsch Inlandsche Kweekschool)dan SGB (Sekolah Guru B) dan SMA. Pada pendidikan tinggi dia masuk ke FSUI (Fakultas Sastra Universitas Indonesia) Jurusan Ilmu Purbakala dan Sejarah Kuna Indonesia (sekarang menjadi Jurusan Arkeologi). Pertemuannya dengan orang-orang hebat seperti Prof. Dr. R.M.Ng. Poerbatjaraka, Prof. Dr. J.G. de Casparis, Louis-Charles Damais, dan lain-lain inilah yang akhirnya membuat dirinya tumbuh seperti mereka dengan minat khusus pada Epigrafi. Karya ilmiah yang dihasilkan Prof. Boechari sangat banyak, baik yang sudah diterbitkan maupun belum sempat diterbitkan. 

Pada halaman ke-3, Boechari mengungkapkan pentingnya epigrafi sebagai ilmu yang langsung mempelajari sumber data sejarah yang paling faktual. Boechari juga mendefinisikan prasasti sebagai sumber-sumber sejarah dari masa lampau yang tertulis di atas batu dan logam. Dia juga memaparkan bahwa prasasti-prasasti kebanyakan berasal dari kepulauan Indonesia sejak abad ke-5. Menurut Boechari, Krom masih menjadi rujukan para peneliti kesejarahan Indonesia karena karya-karyanya yang fenomenal. Meskipun begitu banyak penelitian oleh Krom, nyatanya masih banyak pekerjaan untuk merekonstruksi jalan sejarah secara lengkap.

Boechari memaparkan bagaimana tugas berat ahli epigrafi untuk merekonstruksi sejarah; tidak hanya meneliti prasasti-prasasti yang belum dibaca tetapi juga meneliti kembali prasasti-prasasti yang baru saja diterbitkan. Pada akhirnya epigraf menurut hematnya, tetap akan menemui kesulitan seperti prasasti yang tidak dapat terbaca lagi maupun pengetahuan tentang bahasa kuno yang masih sedikit. 

Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewat Prasasti
Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewat Prasasti/M. Irsyad Saputra

Pada bab lainnya, Boechari menuliskan tentang sejarah politik kerajaan-kerajaan jaman dahulu semisal Rakryan Mahamantri i Hino Sri Samgramawijaya Dharmaprasadottungadewi yang terkenal pada prasasti-prasasti masa Airlangga. Boechari menyebutkan dua pendapat sebelumnya; Krom menyatakan Sri Samgramawijaya Dharmaprasadottungadewi adalah anak perempuan Airlangga, Rouffaer menganggap ia adalah tradisi tentang Kili Suci, dan C.C. Berg dan juga Casparis beranggapan dia adalah permaisuri Airlangga yang berasal dari Sriwijaya. Boechari kembali melakukan untuk melakukan penelusuran-penelusuran untuk memastikan pendapat mana yang paling benar. 

Membaca lembar demi lembar tulisan pada buku ini akan menghidupkan ingatan kita bagaimana kehidupan-kehidupan masa lampau dihidupkan kembali dengan teori-teori serta pernyataan dari Prof. Boechari. Kita dibawa mengunjungi Mataram Kuno yang datanya didapat dari prasasti-prasasti, melihat bagaimana gelagat bandit pada masa Jawa Kuno, atau bagaimana pelaksanaan hukum pada masa Jawa Kuno. 

Buku ini saya kira sangat layak menjadi koleksi, tidak hanya bagi kalangan akademisi yang membutuhkan sumber bacaan yang akurat dan mumpuni, tetapi juga bagi masyarakat awam yang ingin terjun langsung pada bacaan heavy archaeology. Prof. Boechari telah memberikan kita warisan yang sangat besar dalam dunia kepurbakalaan Indonesia. Kita tentu merasa beruntung mempunyai Prof. Boechari, tapi apakah kita siap mengikuti langkahnya dalam penyusunan sejarah Indonesia kedepannya?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Penikmat budaya lintas masa dan lintas benua.

Penikmat budaya lintas masa dan lintas benua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Menyusuri Pasar Kumandang hingga Candi Bongkotan