EVENTSURBAN FUTURES

Lokakarya Simpang Belajar Menumbuhkan Gerakan Gastronomi Bandung lewat Konten Media Sosial

Lokakarya Simpang Belajar Menumbuhkan Gerakan Gastronomi Bandung lewat Konten Media Sosial
Foto bersama peserta, perwakilan DKPP, dan narasumber saat Lokakarya Pembuatan Konten di Bandung/Dokumentasi Simpang Belajar

Bandung, November 2025 — Sebagai salah satu kota dengan penduduk terpadat di Indonesia, Bandung memiliki ketergantungan pasokan pangan yang sangat tinggi. Data Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung mencatat, hampir 96 persen kebutuhan pangan di Kota Bandung berasal dari luar daerah. Kondisi ini diperparah oleh semakin menyusutnya lahan pertanian di Kota Bandung, akibat dari alih fungsi lahan yang terus terjadi. Pada 2024, luasan sawah di Kota Bandung tercatat hanya tersisa 702 hektare, atau sekitar 4 persen dari total luas wilayah kota. 

Penelitian Insy Alimatun Hasanah dari Universitas Padjajaran berjudul “Pengukuran Kondisi Ketahanan Pangan di Kota Bandung” menjelaskan, alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman yang banyak terjadi di Kota Bandung dapat mengancam ketersediaan pangan dalam kota. Munculnya persaingan pemanfaatan sumber daya lahan dan air antara perumahan dan lahan sawah juga membuat produksi pangan di Kota Bandung semakin sulit.

Sebagai bagian dari respons terhadap permasalahan pangan di Kota Bandung, Konsorsium Simpul Pangan yang  merupakan bagian dari program global Urban Futures yang diinisiasi oleh Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (Humanis), menyelenggarakan lokakarya “Simpang Belajar Bandung: Workshop Content Creation” atau Lokakarya Pembuatan Konten pada 25-27 Oktober 2025. Kegiatan ini bertujuan mengajak orang muda Bandung sebagai konten kreator di isu pangan lokal, untuk turut serta menyuarakan isu gastronomi dan sistem pangan berkelanjutan melalui media sosial.

Selama tiga hari kegiatan, 15 orang muda berusia 18–35 tahun mendapatkan materi dari tiga praktisi yang menjadi narasumber lokakarya: Novia Arifin, kreator konten lingkungan; Radni Thiemann Beelt, fotografer dan videografer; dan Nurul Fahma, praktisi pemasaran digital.

Menguatkan Peran Kreator Muda dalam Literasi Pangan

Pada sesi pertama, Novia Arifin mengisi materi riset dan penulisan naskah. Selain teknik storytelling dan personal branding, Novia juga menekankan pentingnya riset, premis, dan hook yang kuat sebagai fondasi penulisan naskah konten. Novia, kreator di balik akun Cerita Nupi, mulai mengangkat konten-konten isu lingkungan yang dibuatnya sejak tahun 2021. Keresahannya pada masalah sampah pangan (food waste) misalnya, membuat Novia berinisiatif untuk mengajak publik untuk mengadopsi gaya hidup minim sampah. Keresahannya itu juga berdasarkan kondisi di TPA Sarimukti yang telah melebihi kapasitas, karena menerima limbah pangan dari rumah tangga sebanyak 1.500 ton setiap harinya. 

Berangkat dari keresahan tersebut, Novia mengampanyekan gaya hidup minim atau nol sampah (zero waste) melalui media sosial. Riset menunjukkan media sosial dianggap sebagai alat komunikasi daring potensial—dengan strategi yang tepat—untuk menjangkau publik dan mendorong masyarakat mengurangi limbah konsumsi pangan mereka.1

Materi selanjutnya dipandu oleh Radni Thiemann Beelt, yang mengajarkan dasar-dasar visual storytelling. Radni meminta para peserta untuk menggunakan seluruh indra tubuh dalam menghasilkan gambar-gambar dari berbagai sudut pandang. Konfigurasi dan timing juga diperlukan dalam teknik penceritaan esai foto agar setiap gambar saling berkesinambungan membentuk narasi yang tepat dan menggugah audiens.

“Penciptaan konten di media sosial sangat berperan penting sebagai medium yang reflektif, juga sebagai medium komunikasi untuk menarasikan pengalaman personal-empiris setiap individu, memberikan pengaruh terhadap opini publik, mengadvokasi perubahan serta mengedukasi publik mengenai keberagaman topik atau pengetahuan (sistem pangan lokal),” kata Radni.

Pada Sesi penutup, Nurul Fahma membahas strategi manajemen konten. Nurul menekankan pentingnya kalender produksi dan publikasi untuk menunjukkan konsistensi dan komitmen kreator dalam membuat konten. Untuk bisa membangun kesadaran publik soal literasi pangan, para peserta harus menentukan dua bagian konten, yakni konten pilar (berkaitan dengan nilai utama atau pesan besar yang ingin disampaikan) dan konten kategori (cara komunikasi yang dipilih untuk menyuarakan pesan konten)—edukasi, hiburan, storytelling, interaktif, dan promosi atau call to action.

“Konten media sosial yang berkualitas dapat memiliki dampak besar pada kesadaran dan perilaku masyarakat. Dengan membuat konten yang informatif, inspiratif, dan edukatif, kita dapat membantu meningkatkan kesadaran akan isu-isu penting [terkait sistem pangan lokal] dan mendorong perubahan perilaku yang positif,” ujar Fahma.

Di akhir lokakarya, para peserta melakukan praktik pembuatan konten berdasarkan konsep yang sudah dibuat sebelumnya. Pasar Cihapit, Pasar Kosambi, serta dua Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Nyengseret dan Tegallega, menjadi lokasi praktik para peserta 

Masing-masing peserta berusaha menampilkan dinamika pasar tradisional, alur pangan lokal, hingga proses pengelolaan sampah. Selain itu, praktik lapangan ini juga menjadi upaya mengarsipkan praktik kuliner, identitas budaya, serta persoalan lingkungan di perkotaan Hasil produksi konten berupa video (reels) dan sejumlah foto tersebut kemudian dipamerkan di hari terakhir lokakarya.

  • Lokakarya Simpang Belajar Menumbuhkan Gerakan Gastronomi Bandung lewat Konten Media Sosial
  • Lokakarya Simpang Belajar Menumbuhkan Gerakan Gastronomi Bandung lewat Konten Media Sosial

Di era digital, media sosial berperan penting dalam memengaruhi kesadaran publik. Kesadaran muncul dari keresahan pribadi maupun kolektif. Lokakarya Simpang Belajar yang diinisiasi oleh Pamflet Generasi dan Rombak Media ini hadir sebagai pemantik gerakan peduli sistem pangan lokal berkelanjutan..

Lokakarya Simpang Belajar diharapkan menjadi jembatan terciptanya konten-konten berkualitas yang bisa menggugah kesadaran masyarakat dalam mengampanyekan pelestarian pangan lokal dan gerakan minim sampah. Media sosial yang dikelola dengan penuh komitmen tidak hanya akan berdampak pada perubahan pola pikir, tetapi juga gaya hidup ramah lingkungan.

“Semoga para peserta terus mengembangkan diri untuk dapat menyuarakan keresahan (pangan dan lingkungan) secara menarik dan menjadi manfaat untuk masyarakat melalui media sosial,” tutup Novia di akhir sesi.

Narahubung:
Haykal Kamil Asmara
Project Manager Simpul Pangan – Rombak Media
+62 895-0937-2043 


Tentang Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (Humanis) – humanis.foundation
Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (Humanis), berafiliasi dengan Hivos, adalah organisasi pembangunan yang berbasis di Jakarta dan bekerja meliputi wilayah Asia Tenggara. Humanis bekerja dengan kelompok marginal dan masyarakat paling terdampak untuk memastikan setiap orang mendapatkan hak-hak dasarnya, membuat perubahan, dan memengaruhi kebijakan. Seperti namanya, Humanis mencita-citakan masyarakat yang adil dan berkelanjutan di Asia Tenggara, di mana setiap individu terlindungi haknya dan saling menghormati perbedaan. Untuk mencapai ini, Humanis bekerja melalui tiga impact areas, yakni: Gender Equality, Diversity, dan Inclusion (GEDI), Civic Rights in Digital Age (CRIDA), dan Climate Justice.

Tentang Urban Futures
Urban Futures (UF) adalah program global berdurasi 5 tahun (2023–2027) yang memadukan sistem pangan perkotaan, kesejahteraan orang muda, dan aksi iklim. Program ini dikelola oleh Hivos, Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (Humanis), serta mitra, jejaring, dan pakar lokal. Urban Futures akan beroperasi di 10 kota di Kolombia (Cali dan Medellin), Ekuador (Manabi dan Quito), Indonesia (Bandung dan Manggarai Barat), Zambia (Chongwe dan Kitwe), dan Zimbabwe (Bulawayo dan Mutare). Kota-kota perantara ini memiliki ukuran yang bervariasi namun memiliki kesamaan, yaitu berkembang dengan pesat, menghubungkan wilayah metropolitan dan pedesaan atau kelompok kota yang berbeda di dalam suatu sistem perkotaan, dan mengelola arus orang, barang, modal, informasi, dan pengetahuan. Masing-masing kota ini memiliki tantangan dan peluang yang berbeda.

Tentang Mitra Implementasi Urban Futures di Indonesia (Manggarai Barat)

Konsorsium Simpul Pangan
Simpul Muda untuk Pangan Berkelanjutan (Simpul Pangan) adalah konsorsium yang mendukung orang muda di Bandung dan Manggarai Barat untuk berkolaborasi dalam menyuarakan prioritasnya di sistem pangan berkelanjutan. Terdiri dari Pamflet Generasi dan Rombak Media, Simpul Pangan berperan sebagai sistem pendukung bagi orang muda untuk mempelajari, merefleksikan, menarasikan, dan mendorong sistem pangan kota yang ideal bagi mereka melalui aksi nyata. Dalam prosesnya, orang muda akan saling terhubung dan belajar dari jejaring pemangku kepentingan isu pangan, serta mengampanyekan solusi atas tantangan pangan berbasis lokal. 

Pamflet Generasi
Pamflet Generasi adalah organisasi nirlaba yang diprakarsai oleh dan untuk orang muda. Pamflet mengedepankan interseksionalitas, partisipasi orang muda yang bermakna dan inklusif, serta pemikiran kritis dalam kerja-kerja kami untuk mendorong dunia di mana orang muda dapat menikmati hak-hak asasi manusianya. Pamflet merupakan ekosistem pendukung orang muda melalui kerja Terhubung, Aktivisme, dan Belajar. Sejak 2013, Pamflet telah bekerja dengan orang muda lintas isu dan identitas, melakukan pelatihan aktivis muda, menguatkan jaringan orang muda di gerakan sosial, memfasilitasi konsolidasi, dan mewadahi kolaborasi untuk produksi pengetahuan berperspektif orang muda. Aktivitas ini mendorong terbentuknya simpul-simpul orang muda di beberapa wilayah di Indonesia. Dengan pengalaman 10 tahun, Pamflet telah menjangkau lebih dari 15.000 orang muda di seluruh Indonesia untuk menjadi penggerak sosial di isu HAM, gender, toleransi dan keberagaman, inklusivitas, pendidikan, disabilitas, hak kesehatan seksual dan reproduksi, kesehatan mental, krisis iklim dan sistem pangan berkelanjutan.

Instagram: www.instagram.com/pamfletgenerasi
Website: pamflet.or.id
Email: [email protected]

Rombak Media
Rombak Media adalah media digital yang menjangkau jutaan anak muda Indonesia (usia 18-34) dengan rekam jejak yang terbukti dalam berbagai proyek anak muda seperti “Creative Youth for Tolerance” dan “FAO Creators Challenge.” Keahlian mereka terletak pada pembuatan konten yang menarik dan pemberdayaan kreator edukator muda. Rombak Media digerakkan oleh orang muda (80% berusia di bawah 30 tahun!) dan bersemangat menggunakan platform digital mereka untuk memberikan dampak positif. Rombak Media memiliki sejarah kemitraan yang sukses dengan berbagai pemangku kepentingan termasuk pemerintah daerah, organisasi orang muda muda, perusahaan, dan organisasi internasional. Saat ini, Rombak Media mengelola 4 media berbasis orang muda, termasuk Kok Bisa, TelusuRI, Marketin, dan Moco.
Instagram: instagram.com/rombakmedia
Website: rombak.media
Email: [email protected]


  1. Eva L. Jenkins, Linda Brennan, Annika Malenaar, & Tracy A. McCaffrey, “Exploring the application of social media in food waste campaigns and interventions: A systematic scoping review of the academic and grey literature”, Journal of Cleaner Production, Volume 360, 1 August 2022, https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2022.132068. ↩︎

Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

TelusuRI

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Avatar photo

TelusuRI

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Simpang Belajar 2025: Melestarikan Pangan Lokal melalui Konten Media Sosial