Sebelum traveling menjadi tren seperti sekarang, Gola Gong (atau Gol A Gong), seorang pemuda Banten, sudah senang jalan-jalan. Nggak cuma “berkeliaran” di dalam negeri, Gola Gong juga bertualang sampai ke luar negeri.

Petualangan-petualangannya itu ia fiksikan kemudian dimuat sebagai cerita bersambung (cerbung) di Majalah Hai yang dulu tenar banget. Kemudian, setelah terkumpul, cerita-cerita itu dibundel dalam 10 jilid novelet berjudul “Balada si Roy.”

Nah, meskipun Balada si Roy tenar antara akhir 80-an dan awal 90-an, novelet ini masih recommended banget buat kamu baca. Kenapa? Ini 5 alasannya:

1. Tokoh-tokohnya sangat hidup

balada si roy

Setumpuk novelet Balada si Roy/Fuji Adriza

Membaca Balada si Roy, kamu bakal masuk ke dalam kehidupan seorang anak muda bernama Roy yang hobi jalan-jalan dan naik gunung. Karakternya hidup banget, sampai-sampai kamu bakal ngerasa bahwa Roy itu adalah teman SMA kamu—atau malah kamu sendiri.

Waktu Roy sedih, kamu juga ikut sedih. Saat Roy gembira, kamu juga ikut tersenyum. Pas Roy mau berantem sama musuhnya, tangan kamu juga pasti bakal ikut mengepal. Makanya Roy sempat jadi ikon petualang tahun 90-an. Tapi, nggak cuma tokoh Roy yang hidup. Karakter-karakter pendukung dalam novelet ini juga dibikin serealistis mungkin sama Gola Gong.

2. Mengandung kritik sosial

gola gong

Profil Gola Gong/Fuji Adriza

Sedikit-sedikit, Gola Gong juga menyisipkan kritik sosial dalam Balada si Roy. Kritik-kritik itu biasanya keluar dalam kegelisahan Roy melihat fenomena yang ada di depan mata. Waktu Roy sedang melintasi areal persawahan di Banten, misalnya, ia gelisah mendapati semakin banyak sawah yang dibangun. Kalau sudah begitu, pikir Roy, nanti manusia akan makan apa?

Contoh lain adalah ketika Roy bepergian ke Baduy dalam dan mendapati bahwa modernitas semakin merangsek ke dalam kehidupan tradisional mereka. Di Malaysia, ia prihatin melihat nasib calon TKI di sana yang ditipu agen-agen nakal.

3. Kisah Balada si Roy menantangmu untuk menembus “batas”

avonturir

Avonturir/Fuji Adriza

Roy adalah bocah yang nggak gampang menyerah. Tekadnya kuat. Kalau tekadnya lemah, barangkali ia lebih memilih buat tinggal di rumah nemenin ibunya dan nggak ke mana-mana. Ia cuma bakal belajar serius, mencari nafkah, dan menabung buat bekal hari tua. Tapi, ia mencoba untuk keluar dari segala konstruksi dan belenggu. Ia mendobrak batas.

Meskipun bukan anak orang kaya, Roy mampu menjelajahi Nusantara. Ia juga bahkan melancong ke luar negeri. Lewat Kalimantan, ia menyeberang ke Malaysia, terus menjelajahi Asia Tenggara sampai akhirnya tiba di India.

4. Petualangan-petualangannya mencengangkan

balada si roy

Traveler/Fuji Adriza

“Coba tolong dielaborasi maksudnya ‘menembus batas’ itu apa?” Jadi, untuk ukuran tahun 80-an akhir atau 90-an awal itu, jalan-jalan masih dianggap sebagai hobi elite. Untungnya Roy suka baca dan tahu bahwa ada cara hemat buat jalan-jalan, yakni backpacking. Jadi, Roy menembus sekat-sekat sosial. Dia, yang secara finansial biasa-biasa saja, ibarat “ngebajak” gaya hidup orang kaya.

Tapi, ya, itu tadi. Supaya bisa bertualang jauh, ia harus rela bepergian menumpang moda transportasi yang jauh dari kata “nyaman.” Ia harus naik bis reot, naik kereta ekonomi, ikut kapal nelayan, naik kapal laut seminggu, bahkan naik sepeda menelusuri Semenanjung Malaysia sampai Thailand.

5. Kamu bakal dapat gambaran suasana bertualang zaman dulu

balada si roy

Rendez-Vous dan Bad Days/Fuji Adriza

Sekarang, barangkali yang jadi rujukan kamu saat bertualang adalah ponsel pintar. Tinggal beli paket, terus browsing, kamu bisa mendapatkan berbagai informasi yang kamu butuhkan. Kamu bisa cari tahu aktivitas seru, tempat makan enak, penginapan murah, tiket harga miring, dan lain-lain.

Dulu, waktu ke luar negeri, Roy cuma mengandalkan tekad dan kemampuan bersosialisasi. Ia nggak bisa sewaktu-waktu menghubungi rumah karena saat itu belum ada ponsel pintar dan jaringan internet. Roy jelas juga nggak bisa Instastory. Kamu jadi bisa mengintip suasana “pahit” yang dialami petualang zaman dulu.

Nah, gimana? Berminat baca Balada si Roy? Kalau iya, buruan deh ke toko buku!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Tinggalkan Komentar